Persiapan Dan Pergi.

Malam ini Harya mulai berkemas karna jadwal bis yang akan ia naiki besok sangat pagi jadi karna tak ingin ketinggalan, Harya bergegas bersiap agar tak repot esok pagi.

"Aku akan ke Kota yey, hidup baru di Kota yey" girang Harya sambil memasukkan pakaiannya kedalam tas ransel miliknya

Mbah Setu masuk kedalam kamar Harya dan melihat Harya tengah bersiap-siap.

"Semangat banget Yak" ucap mbah Setu yang berdiri di ambang pintu

"Woiyalah jelas! Harya bakal kuliah di Univ impian Harya" jawab Harya tanpa melihat mbah Setu karna asik menyiapkan barangnya

"Ini Henry mau dibawa kah Yak?" tanya mbah Setu

Henry adalah ikan tarung yang Harya tangkap sendiri disungai, warnanya yang indah membuat Harya ingin memeliharanya, Henry selalu menemani Harya jika ia mengerjakan tugas hingga larut malam dan itu membuat Harya merasa bahwa ia tidak kesepian.

"Tentu saja Henry dibawa, yakali Arya tinggal di rumah" balas Harya "nanti Henry bakal Harya taruh diplastik biar nggk mati"

"Yasudah, padahal mau mbah jual ke tetangga lain" sedih mbah Setu

"Mana boleh jual Henry!"

Mbah Setu hanya mencibir dan pergi dari kamar Harya entah kemana, Harya juga tidak terlalu peduli toh mbah nya itu palingan ngopi di teras rumah.

Harya selesai mengemasi barang-barangnya kemudian ia keluar untuk bertemu dengan nek Putri karna nek Putri menyuruhnya untuk datang kekamar mbah Setu jika sudah selesai berkemas.

'Kenapa nenek manggil aku? apa jangan-jangan mau dikasih hadiah?' pikir Harya

Di dalam kamar mbah Setu sudah ada nenek yang duduk di pinggiran kasur kayu dan saat melihat Harya masuk...nenek langsung menyuruh Harya untuk duduk disampingnya.

"Kenapa nek?" tanya Harya

"Mbah mu mau ngasih ini tadi, cuman dia malu-malu" ujar nek Putri menyerahkan sebuah kalung dengan ukiran air mata ditengahnya kepada Harya.

Harya bingung, mengapa neneknya memberikan ia sebuah kalung seperti ini...apa nenek membeli ini untuk nya?

"Ini punya siapa nek?" tanya Harya menatap lekat kalung yang ada di tangannya

"Ini punya Harya, waktu mbah temukan kamu di sungai...kamu pakai ini di lehermu jadi menurut mbah ini bisa menuntun kamu mencari keluarga kamu" jelas nek Putri

"Memangnya mbah ama nenek bukan keluarga Arya?" tanya Harya menatap lurus sang nenek

"Bukan gitu Yak, kami memang keluarga mu tapi bukan keluarga aslimu, jadi mbah dan nenek harap kamu menemukan keluarga asli mu di kota sana" ucap nek Putri memberikan penjelasan agar sang cucu tidak salah paham

Harya mengangguk mengerti dan nek Putri mengalungkan kalung itu dileher Harya, setelah itu nek Putri menyuruh Harya segera istirahat agar tidak terlambat besok.

Pagi hari sudah tiba, kini Harya sudah berada di teras rumah untuk berpamitan kepada sepasang suami istri tua itu, walau berat tapi itu sudah harus dilakukan oleh Harya.

"Harya pamit ya mbah, nek" ucap Harya mencium punggung tangan kedua orang tua itu

"Hati-hati ya nak, nanti telepon nenek dengan Handphone yang diberikan mbah mu itu" ujar nek Putri menyeka air matanya dan mengingatkan Harya untuk sering-sering menelpon nya

"Iya nek, pasti kok nanti Harya telpon kalau sudah sampai ya" ucap Harya meyakinkan wanita tua itu

Mbah Setu merogoh kantung bajunya dan mengambil beberapa lembar uang dengan nominal besar dan menyerahkan ke tangan Harya.

"Apaan nih mbah?!"

"Anak ayam...ya uang lah buat kau nyari kontrakan nanti" ucap mbah Setu

"Harya nggak butuh mbah, nanti Harya cari kerja paruh waktu aja" balas Harya yang ingin mengembalikan uang itu

"Sudah pakai aja, orang mbah juga cuman ngasih sekali doang" tolak mbah Setu

"Dasar orang tua keras kepala"

"Betuah punya cucu!"

Setelah selesai berpamitan dengan mereka, Harya langsung berjalan menuju terminal yang tak lumayan jauh tetapi karna ia jalan kaki maka harus bangun pagi.

"Aku akan cari kontrakan dekat Universitas saja kalau tidak ada ya aku cari yang lain" ucap Harya pada dirinya sendiri

Harya merasa gugup pada saat itu, mengingat bahwa di kota terdapat hukum rimba maka hari-hari Harya tidak akan semudah yang ia bayangkan belum lagi ia kuliah di Universitas elit...hadeh...

Harya memasukan kalung miliknya kedalam baju agar tidak dapat dilihat siapa-siapa karna bisa saja ia malah kena rampok nanti nya walau dia bisa ilmu bela diri.

Di Teriminal.

Harya duduk di bangku yang disediakan untuk menunggu bis disana dan karna dahaga menyerang, Harya harus mengambil botol airnya untuk dimakan...maksudnya diminum.

"Haduh hausnya, padahal masih pagi begini" keluh Harya

Tak lama disamping nya ada seorang bapak-bapak dengan pakaian rapi duduk dengan keringat mengucur di wajah nya, bapak itu tampan tetapi ia menggunakan kacamata baca yang memperlihatkan bapak itu minus.

Bapak itu terus saja menatap botol air yang dipegang Harya dan itu membuat Harya sedikit risih.

"Bapak haus?" tanyanya

"Begitulah dek, mobik saya tiba-tiba mogok di Desa sana jadi saya keliling nyari terminal buat balik ke Kota" jelas bapak itu sambil menghela napas

"Bapak dari Kota toh, kalau bapak haus ngomong dong pak biar saya bisa berbagi air dengan bapak" ucap Harya memberikan satu botol plastik mineral yang ia bawa sebagai cadangan.

"Nggak papa kah dek kalau bapak minum ini?" tanyanya menunjuk botol yang diberikan Harya

"Nggak papa kok pak, lagian air saya masih banyak" jawab Harya

Penumpang Bus Sakti Jaya tujuan Kota Leaf segera naik keatas Bus karna kami akan segera berangkat, Terima kasih.

Saat mendengar pemberitahuan itu, Harya bergegas menyimpun kembali barangnya dan kembali menggantungkan tas ransel nya di punggung.

"Saya duluan ya pak, sudah mau jalan soalnya" ucap Harya pamitan pada bapak itu

"Oh, iya dek makasih yah airnya dan ini" balas bapak tersebut dan memberikan sebuah kartu nama miliknya "ini kartu nama bapak, kalau adek mau minta tolong bisa hubungi bapak saja"

Harya tidak punya banyak waktu untuk membaca kartu nama itu, ia langsung menyimpannya kedalam kantung celananya dan mengucapkan "Terima kasih" dan pergi menuju Bus nya.

Harya sudah menemukan tempat duduknya, posisi yang sangat Harya sukai yaitu dekat jendela jadi ia bisa melihat pemandangan diluar sana.

"Duh, semakin gugup saja aku" keluh Harya "nggak papa Harya, ini demi mbah dan nenek di Desa"

"Apa para penumpang sudah lengkap? kami akan segera berangkat dan mohon pastikan barang bawaan anda tidak ada yang tertinggal karna kami tidak akan bertanggung jawab akan itu" ucap salah satu orang yang bekerja di Bus itu

Bus mulai berangkat meninggalkan terminal, kehidupan Harya yang penuh kebingungan dan kerja keras untuk bertahsn di Kota pun akan segera dimulai.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

good job thor lanjut

2022-10-11

0

Black & White

Black & White

ini kayak nya si penulis ni yang nambahin😆😆

2022-06-06

1

Braiyen Siburian

Braiyen Siburian

next

2022-05-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!