Kara dan Reza sibuk dalam kegiatannya masing-masing, mereka sama membisu seolah-olah saling bermusuhan. Hanya suara gesekan sikat dan guyuran air yang membuat berisik ruangan itu.
Hal ini maklum karena Reza adalah seorang laki-laki sangat dingin dan cuek mungkin ia hanya bicara dalam hal-hal penting saja itupun dengan sangat singkat. Namun, di sisi lain ia juga seseorang yang sangat agresif dan tegas itu terbukti dengan seringnya terlibat perkelahian baik secara duel maupun tauran.
"huhh... akhirnya," ucap Kara menghela napas lega karena semua pekerjaannya selesai.
"Rez, aku sudah selesai! apa kamu perlu bantuan?" ucap Kara menawarkan jasanya pada Reza yang masih menyiram toilet.
"Tidak, pergilah!" sahut Reza datar tanpa menoleh.
"Okk..., aku duluan!" ucap Kara seraya beranjak karena ia juga malas berbicara banyak dengan Reza.
Sepeninggal Kara, tepatnya setelah Reza selesai membersihkan toilet ia segera keluar dari dari tempat tersebut. Namun, tanpa sengaja matanya menangkap sebuah benda yang tergeletak di lantai tak jauh dari tempatnya berdiri.
Reza pun mengambil benda tersebut yang rupanya sebuah kalung liontin yang telah putus dan berjenis berlian premium berbentuk seperti sebuah cincin dengan ukuran yang agak kecil, di sana terpampang jelas sebuah nama yang melintang menutupi lubang cincin. Nama tersebut jelas cukup di kenalinya yakni Kara Adelia Pramatasya sehingga jelaslah liontin ini milik Kara orang yang di hukum bersamanya tadi. Tetapi, hal janggal tiba-tiba di temuinya pada liontin itu dan itu membuatnya sangat penasaran yakni sebuah huruf dan angka yang terukir indah di di sisi-sisi cincin tersebut "REKA46".
"Apa ini hanya kebetuan atau benar-benar iya," pikir Reza seraya terus mengamati liotin tersebut.
"Ahh... jika ia pun aku tak akan peduli bahkan aku akan menentangnya," tambahnya lagi seraya memasukkan liotin tersebut ke dalam saku almamaternya.
***
Saat istirahat Kara masih duduk di kursinya sibuk mencatat beberapa materi yang ketinggalan hari ini.
"Ra, kamu gak ke kantin?" tanya Rena sahabat Kara.
"Gak, aku masih sibuk!" jawab Kara tanpa menoleh.
"Ishh... aku lapar sekali tahu, nanti saja dehhh... melanjutkannya!" celoteh Desi sahabatnya.
"Tidak, kalian saja," sahut Kara bersikeras.
"Ishh... tapi, kita udah lama banget gak makan bareng," ucap Desi agak merengek.
"Siang kara!" sapa Faris yang baru datang tiba-tiba.
Faris Gunawan Mahendra adalah kekasih Kara sejak empat bulan yang lalu, ia merupakan tipe seorang laki-laki yang perhatian dan sungguh penyanyang.
"Ris, bujuk dongk pacar kamu nihh... biar mau makan bareng kita," pinta Desi pada Faris.
Faris duduk di atas kursi yang tepat berhadapan dengan Kara, ia tersenyum manis saat menatap wajah cantik kekasihnya ini.
"Ra, kamu kenapa telat lagi?" tanya Faris lembut.
"Biasa," jawab Kara enteng juga tak menoleh, mungkin bagi nya kesibukannya lebih penting dari segalanya.
"Emmm... kalau begitu terus kamu bisa dapet panggilan dari BK!" ucap Faris memperingatkan.
"Sudah masuk daftar tinggal di panggil," sahut Kara masih sangat enteng.
"Apa! kamu gak bercanda kan?" tanya Faris terkejut.
"Kamu, beneran masuk daftar hitam!" ucap Rena tak kalah terkejutnya.
"Ya," jawab Kara dengan sangat santainya seolah-olah hal itu merupakan hal yang biasa saja.
"Huhh..." Faris menghela napasnya, "Kalau begini terus, lebih baik aku jemput kamu mulai besok," tambahnya.
Kara yang dari tadi terlihat santai dan tak peduli kini berubah menjadi terkejut karena ia sama sekali tidak menginginkan ucapan Faris barusan. Ia sedikit mendongak menatap wajah tampan Faris dengan tatapan yang sama sekali tidak dapat diartikan.
"Kenapa, kamu tidak mau?" tanya Faris heran.
"Emmm... aku bisa pergi sendiri!" jawab Kara dingin.
"Sekarang pergilah, aku sedang sibuk dan tidak ingin di ganggu!" tambah Kara, matanya Kembali berfokus pada catatannya.
"Aku mau ngomong!" ucap Reza yang tiba-tiba datang dan menarik tangan Kara.
Kara hanya terperanjat mendapatkan perlakukan tiba-tiba tersebut tanpa bisa berpikir maksudnya.
"Tunggu! Loe apa-apaan, jangan asal tarik aja! emang Loe siapa?" cegah Faris seraya menangkap tangan Kara satunya.
"Gue ada urusan sama dia," ucap Reza dingin, lalu kembali menarik tangan Kara tapi, tertahan karena Faris masih erat memegang tangannya.
"Loe gak bisa gitu, dia milik gue! Loe gak bisa seenaknya main tarik aja," ucap Faris dengan tatapan menusuk.
"Ini pacar Loe, Hehh... gue gak peduli itu, gue cuman mau ngomong berdua sebentar," ucap Reza dengan tatapan yang agak mengejek.
"Dia sedang sibuk, biar Loe ngomong di sini saja," ucap Reza dengan maksud mencegahnya.
"Gak bisa, gue cuman mau ngomong berdua saja," tolak Reza dengan nada menekan pada kata berdua, entah dengan maksud apa.
"Benarkah kamu sedang sibuk? apa aku tak bisa ngomong sebentar?" tambah Reza bertanya pada Kara.
"Emmm... emang kamu mau ngomong apa?" tanya Kara balik dengan tatapan herannya.
"Ikut saja," jawab Reza dingin.
"Kalau mau ngomong di sini saja, gak usah berduaan, emangnya sepenting apa hal yang bakal Loe katakan!" ucap Faris ketus.
"Udahlah Ris, gak papa kok, aku tinggal bentar yahh..." ucap Kara lembut pada Faris.
Tanpa sempat mendapat respon dari Faris, tangan Kara langsung ditarik Reza kembali dan dengan pasrah Kara mengikuti kemana ia ditarik.
"Huhhh... mengesalkan sekali, kenapa pula Kara mau aja di tarik sama cowok gak beretika seperti itu!" dengus Faris kesal.
"Giliran cowok lain ngajak dianya mau aja, ehh... temannya ngajak di cuekin," ucap Desi mencelutuk.
"Emmm... udahlah, yuk ke kantin! aku lapar banget nih," ajak Rena tak menanggapi respon negatif tersebut.
"Ya udah yuk, aku juga lapar!" sahut Desi seraya menarik tangan Rena duluan meninggalkan Faris yang berdiam diri.
"Ehhh... tunggu!" ucap Desi tiba-tiba menahan tarikannya pada Rena.
"Kamu gak ikut, Ris?" tanya Desi seraya berbalik menghadap Faris kembali.
"Tidak, kalian saja!" jawab Faris datar.
"Ishh... kok gitu sih, nanti kalau kamu kenapa-kenapa bagaimana? lagian Kara juga gak papa kok sama Reza," bujuk Desi penuh perhatian.
"nanti, kalian duluan saja!" suruh Faris.
"Gak mau bareng?" tambah Desi.
"Ya," jawab Faris singkat.
"Beneran!" kata Desi memastikan dengan tatapan membujuk.
"Ya, pergilah!" sahut Faris tetap datar.
"Okk... kami duluan yahh," pamit Desi lalu, kembali menarik lengan Rena.
****
Setibanya di sebuah koridor yang sepi Reza menghentikan tarikannya pada lengan kara lalu, menatapnya dengan ekspresi datar miliknya.
"Ada apa?" tanya Kara dengan tatapan heran dan menyelidik.
Reza diam saja tapi, tangannya dengan cepat mengambil benda yang tersimpan rapi di saku almamaternya dan memberikannya pada Kara.
"Ini milik Loe!" ucap Reza seraya menyerahkan benda tersebut yang tak lain adalah kalung liontin yang ditemukannya tadi.
Kara terdiam menatap liontin tersebut lalu, dengan cepat ia meraba lehernya mencari liontin yang biasanya tergantung di sana untuk memastikan apakah ia memang kehilangan benda itu.
"Ahh... ya, di mana kamu menemukannya?" ucap Kara seraya mengambil liontin tersebut, setelah tak mendapati benda tersebut di lehernya.
"Di lantai dekat toilet," jawab Reza datar.
"Ouhh... makasih yahh!" ucap Kara dengan senyuman manisnya.
"Apa maksud ukiran itu?" tanya Reza kemudian, seraya menunjukkan ukiran yang tadi dilihatnya pada sisi liotin itu REKA4 6.
Kara mengerutkan keningnya ketika melihat ukiran tersebut karena iapun sampai saat ini juga tak pernah mengetahui maksudnya tapi, sebenarnya ia juga tak berkeinginan mengetahuinya.
MAKASIH SUDAH MAMPIR🤗🤗🤗
OYA... JANGAN LUPA VOTE, LIKE DAN KOMENTARNYA YAHH...🙏😉😉
BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT UP-NYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Srie wibi
Reza kara disingkat jd reka, tp kl 46 nya itu apa ya
2021-05-16
1
ALMOZA KITA
jodohnya kali😁😁
2021-04-28
1
Moonlight
jodoh ya li berdua
2021-03-27
1