Kringg... jam beker yang selalu setia membangunkan Kara dari lelapnya tidurnya berbunyi. Kara bangun dan duduk di atas kasurnya seraya mengucek-ucek matanya, ia tak segera beranjak dari tempatnya tapi, hanya duduk termangu untuk menetralkan kesadarannya dan rasa kantuk yang masih mendera.
Pukul 06:46 ia baru beranjak dari kasurnya untuk bergegas mandi serta berpakaian karena hari ini ia harus ke sekolah lagi.
Kara turun dari kamarnya dan berjalan santai menuju dapur di mana tempat biasanya keluarganya berkumpul untuk menikmati makanan. Namun, hari ini adalah hari yang sama seperti minggu-minggu lalu, sunyi tak berpenghuni.
Ya... keluarganya akhir-akhir ini sangat jarang berada di rumah, semua alasannya adalah tuntutan tugas dan pekerjaan. Kara memang memaklumi keadaan ini sebelumnya, karena ia tahu keluarganya memiliki kesibukan-kesibukan tersendiri tapi, rasa maklum itu berangsur-angsur pudar berubah menjadi marah, benci dan merasa terkucilkan. Apalagi dengan keharmonisan orang tuanya yang kian hari makin memburuk membuat rumah besar dan mewah ini seperti rumah kosong.
Meski walaupun sebenarnya, di rumah itu telah ada enam orang pembantu yang mana terdiri dari dua orang ART, satu orang satpam, satu tukang kebun, dan tiga orang sopir pribadi Mama-papanya serta dirinya tapi, keberadaan mereka tak berpengaruh sama sekali terhadapnya karena ia masih sangat membutuhkan kehangatan keluarga bukan kehormatan dan perhatian dari para pembantunya.
Kara menghembuskan napasnya kasar, matanya tetap awas menatap seluruh ruang makan tersebut berharap tiba-tiba salah satu keluarganya datang dan mengajaknya sarapan kali ini tapi, harapannya hanyalah sebuah mimpi indah yang tak mungkin terjadi saat ini. Maka, dengan gontai ia berbalik badan meninggalkan ruang makan tersebut tanpa memperdulikan keadaan dirinya lagi.
"Non Kara, Non! ayo sarapan dulu! ini Bibik telah buatkan nasi goreng kesukaan Enon!" seru Bik Ella tiba-tiba.
"Tidak," sahut Kara seraya menggeleng lemah tanpa menoleh sedikitpun.
"Aduhh... bagaimana ini? siapa yang akan menghabiskan makanan ini?" gumam Bik Ella sendiri seraya membereskan makanan-makanan tersebut kembali.
"Apa tidak ada yang sarapan pagi ini?" tanya Bik Sasa yang datang dari arah dapur.
"Ya, sepertinya penghuni rumah ini sedang puasa semua," ucap Ella asal.
"Hustt... jangan ngomong begitu! bagaimana kalau tuan atau nyonya mendengarnya!" tegur Bik Sasa seraya membantu beres-beres.
"Emmm... maaf!" ucap Bik Ella atas kekhilafannya.
"Ini bagaimana? apa harus di buang lagi?" tanya Bik Ella bingung.
"Ya, bagimana lagi? jika di simpan pun tak akan ada yang memakannya bahkan sampai makanan ini membusuk," jawab Bik Sasa.
"Emmm... sayang sekali!" gumam Bik Ella pelan.
****
Sementara itu di halaman rumah yang luas dan bersih, telah menunggu pak Niko sopir pribadi Kara di samping mobilnya. Maka, saat kara keluar dari rumah dan beranjak begitu saja ia pun segera memanggilnya untuk mengantar Kara sesuai tugasnya.
"Enon Kara, mari saya antar!" panggil pak Niko sopir pribadi Kara.
"Tidak, aku ingin pergi sendiri!" tolak Kara tanpa menghentikan langkahnya ataupun menoleh.
"Jangan Non, nanti tuan dan nyonya marah!" ucap pak Niko khawatir.
"Tidak akan, asal anda tidak melapor!" sahut Kara dingin.
"Tapi, Non!" seru pak Niko seraya hendak mengejar tapi, ucapannya terhenti ketika Kara tiba-tiba berbalik dan membentaknya.
"Jangan membantah! turuti saja apa kemauanku, apa susahnya tinggal dan bersantai di rumah ini? dan lagian Mama-papaku tak akan memperdulikan masalah ini!" bentak Kara kemudian, kembali berbalik dan beranjak meninggalkan pak Niko yang hanya bisa terdiam tanpa berani membantah lagi.
****
"Heyyy... kamu kenapa telat juga?" bentak pak satpam ketika Kara tiba di depan gerbang sekolahnya. Di sana juga ada tiga siswa yang bernasib sama dengannya.
"Ahh... maaf pak, sopir taksi nya sangat lambat datang!" jawab Kara beralasan.
"Alasan kamu! pokoknya telat tetap telat, sekarang ikut saya kelapangan!" bentak pak satpam tersebut seraya membuka pintu gerbang yang telah di tutupnya tadi.
Mereka berempat pun menurut dengan berjalan di belakang pak satpam galak tersebut. Tanpa ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun. Di antara mereka berempat mungkin hanya Kara yang terlihat sangat santai dan cuek sekali mungkin karena faktor ia telah sangat sering melakukanya sedangkan yang lain mungkin siswa yang tak pernah berulah jadi, dari ekspresi mereka nampak sekali rasa cemas berlebihan.
"Berdiri di sini dan hormat bendera!" perintah pak satpam tersebut setelah sampai di lapangan di mana di sana berdiri tegak sebuah tiang yang di atasnya terdapat sebuah kain berwarna merah putih sedang berkibar-kibar ditiup angin menampakan kegagahannya.
Mereka berempat pun segera homat dengan patuh tanpa adanya bantahan ataupun keluhan yang keluar.
"Tunggu di sini, bapak ingin mengambil catatan pelanggaran!" ucap pak satpam lagi seraya beranjak meninggalkan empat murid tersebut, di bawah terik matahari yang mulai naik.
Tidak berapa lama kemudian, bapak satpam tersebut kembali lagi dengan sebuah buku hitam besar dan tebal. Ia membuka lembar demi lembar halaman buku tersebut yang telah sarat dengan tulisan-tulisan beraneka bentuknya.
"Nama kamu siapa dan dari kelas mana?" tanya pak satpam tersebut pada anak paling Kiri, setelah beliau berhasil menemukan bagian yang masih kosong dan merupakan urutan selanjutnya halaman buku tersebut.
"Diki Ihsan, pak! dari kelas XII IPA 2," jawab anak yang paling kiri.
"okk, selanjutnya!" ucap pak satpam tersebut seraya mencatat di buku itu.
"Raihan Putra Ferdian, Pak! dari kelas XII IPA 2," sahut anak selanjutnya.
"Okk... terus!" perintah beliau sambil terus mencatat.
"Reza Arka Fahriza, pak! dari kelas XII IPA 1," jawab Reza.
"Ya... kamu!" tunjuk pak satpam tersebut tanpa menoleh pada Kara.
"Kara, Pak! dari kelas XII IPS 3," jawab Kara santai.
Pak satpam tersebut segera menulis nama kara tapi, tiba-tiba gerakan tangannya berhenti dan matanya segera beralih ke bagian atas lembar tersebut karena nama tersebut sudah tak asing di dengarnya bahkan, mungkin juga sudah sering di tulisnya dan benar saja, di atas dan di beberapa bagian halaman lainnya juga terpampang jelas nama Kara.
"Heyy... kamu, tak malu kahh... sesering ini telat! apa kamu tidak bisa membiasakan disiplin? memang kamu pikir ini sekolah milik kamu yahh..." bentak pak satpam tersebut kesal.
"Ahh... bukannya begitu, pak! tapi..." ucap Kara mencoba menjelaskan tapi, dengan cepat di potong pak satpam tersebut.
"Sudah, bapak tidak mau mendengar penjelasan kamu lagi, di sini sudah terbukti kamu memang sengaja melakukannya dan mungkin tidak ada niat untuk mengubahnya lagi!" potong pak satpam.
"Pokoknya hari ini namamu masuk daftar di BK atas semua kecerobohan mu," tambah pak satpam lagi.
Kara pun hanya diam mendengar ucapan tersebut karena baginya sama sekali tak akan bisa mengubah keadaan dirinya.
"Oke, untuk hukuman kali ini untuk kamu berdua bersihkan lapangan sedangkan kalian berdua bersihkan seluruh toilet dan kamar mandi!" perintah pak satpam memberi hukuman lalu, beranjak pergi.
kempat murid tersebut yang tak lain adalah Diki, Putra, Reza dan Kara segera beranjak juga untuk menjalankan hukuman mereka di mana hukuman tersebut telah di bagi tadi. Yakni, Diki dan putra membersihkan lapangan sedangkan Reza dan Kara membersihkan toilet dan kamar mandi.
MAKASIH SUDAH MAMPIR🤗🤗🤗
OYA... JANGAN LUPA VOTE, LIKE DAN KOMENTARNYA YAHH...🙏😉😉
BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT UP-NYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Dodi Syaputra
joss
2021-08-01
0
🍇ᴅʏᴀʜⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
efek broken home 💔💔
2021-06-03
0
Deli Erlina
wah satpam galak
2021-03-12
2