Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, tapi Baby sudah bangun. Biasanya ia akan bangun pukul 6 pagi. Tapi khusus hari ini ia bangun lebih pagi dari sebelumnya. Karena hari ini ia akan melamar pekerjaan di perusahaan Xington.
Baby bersenandung Kecil sambil membuatkan bubur kesukaan Abangnya. Ia mencicipi buburnya, setelah dirasa pas Baby mematikan kompornya dan mengambil rantang makanan dan menaruh buburnya ke dalamnya.
"Sarapan buat Abang sudah siap, aku harus segera ke rumah sakit. Karena habis ini aku akan melamar pekerjaan"
Baby menaruh rantang makanannya di atas meja makan kemudian ditinggalkan begitu saja. Baby pergi ke kamarnya untuk mandi dan menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan ketika melamar pekerjaan nanti.
Baby menyiapkan semuanya sebelum ia benar benar masuk ke dalam kamar mandi. "Perfect" puji nya pada dirinya sendiri.
Baby mengambil handuk lalu mulai membersihkan dirinya. Tak butuh waktu lama bagi Baby untuk mandi dan bersiap siap. Saat ini Baby menatap penampilan dirinya di cermin.
Baby tidak tahu nanti ia akan diperkerjakan sebagai apa. Jadi dia hanya menggunakan kemeja berwarna hitam dan celana nya. Baby mengurai rambutnya dan sedikit membuatnya bergelombang.
Setelah dirasa semuanya siap Baby mengambil tas nya dan mengambil rantang makanannya untuk diantar pada Marvel, di rumah sakit.
Baby pergi ke rumah sakit dengan menaiki ojek online. Ia tak lagi menggunakan taksi, karena ia harus hemat.
Setibanya di rumah sakit, Baby turun dari atas motor ojek online mya kemudian membayar ongkosnya.
"Makasih neng"
"Iya bang"
Baby menoleh kanan kiri untuk menyebrang. Saat kendaraan mulai sepi Baby dengan cepat menyebrang jalan. Baby berjalan di koridor rumah sakit. Ia melangkahkan kakinya ke ruangan Marvel.
Baby membuka pintu ruangan itu dan masuk ke dalamnya. Dilihatnya Marvel yang sedang menonton televisi. Baby menaruh tas nya di nakas kemudian berjalan menghampiri Marvel.
"Good morning Abang" sapa nya pada Marvel.
Marvel yang mendengar suara Baby dengan cepat menolehkan kepalanya. Marvel melihat jam di ponselnya yang masih pukul 05. 20.
"Morning too dek, Tumben kamu jam segini udah datang. Biasanya kan kamu jam 6 aja masih bangun tidur" ucap Marvel kepada Baby.
Baby hanya menanggapinya dengan senyuman. "Hari ini Baby mau melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, Doain ya Bang semoga Baby diterima"
Marvel mengangkat alisnya heran. "Bukan kah kamu masih bekerja di cafe itu? Kenapa melamar pekerjaan lagi"
Baby memutuskan untuk duduk di samping Marvel sambil menyiapkan buburnya. "Maaf, Baby belum cerita sama abang. Sebenarnya kemaren Baby dipecat"
"Kok bisa? Memangnya kamu melakukan kesalahan?"
Baby menggelengkan kepalanya. "Baby juga tidak tau apa kesalahan Baby. Tapi ya sudah lah jangan dipikirkan toh nanti Baby mau melamar pekerjaan lagi"
Marvel mengangguk sambil mengelus kepala adiknya dengan sayang. "Baby bawain abang bubur lagi nih, abang makan ya?"
"Aye aye captain" ucap Marvel yang membuat Baby tertawa karenanya.
.
.
.
Leon memandangi tumpukan berkas berkas yang ada si hadapannya. Pikirannya sedang kacau, karena sejak kemarin Papa dan Mama nya terus memaksa nya agar cepat cepat menikah. Mereka mengancam akan menjodohkan Leon dengan anak dari sahabat mereka jika belum mendapatkan pasangan.
Leon menyentak berkas berkas itu dengan kasar. Tiba tiba seseorang mengetuk pintu. "Masuk!" Orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Bobi langsung masuk dan menutup pintunya kembali.
"Maaf Pak, ini data data orang yang melamar sebagai sekretaris bapak. Mereka sudah menunggu di luar."
"Oke, suruh mereka masuk satu persatu. Dan tetap awasi mereka"
"Baik pak" Bobi menunduk hormat pada Leon. Sedangkan Leon kini membaca identitas orang orang yang melamar pekerjaan di perusahaannya.
"Kalian bisa masuk secara bergantian, jangan sampai ada keributan." Ucap Bobi pada semua orang yang juga akan melamar di perusahaan itu. Baby menghela nafasnya gugup, ia memilih untuk jadi yang terakhir saja. Dengan begitu ia tidak perlu bersusah payah mengantri seperti yang lain.
Saat semuanya sudah selesai, kini tiba giliran Baby. Baby menarik nafas yang dalam dan menghembuskannya. Hal itu ia lakukan agar menghilangkan rasa gugupnya.
Membuka pintunya kemudian menutupnya kembali. Dilihatnya seorang laki laki yang tengah memeriksa berkas berkas perusahaan.
Leon menatap Baby sekilas kemudian mengalihkan pandangannya. "Cepat duduk, saya tidak punya banyak waktu untuk kamu" ucapnya.
Baby pun menarik kursi yang ada di depan Leon dan mendudukinya. "Kamu sudah memenuhi syarat yang saya minta?"
"Sudah pak" jawab Baby dengan tegas. Kemudian ia mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Kemudian menyerahkannya pada Leon. Leon menerimanya kemudian membukanya.
"Jadi pendidikan terakhir kamu di SMA?" tanya nya.
"Iya pak"
Leon melemparkan ijazah dan surat surat yang lainnya ke mejanya. "Bawa pulang semua ini, saya tidak butuh sekretaris yang hanya lulusan SMA."
Baby merasa orang yang ada di depannya ini sangat angkuh. Sehingga ia tertarik untuk melawan keangkuhannya itu. "Memangnya bapak pikir orang yang hanya lulusan SMA tidak bisa menjadi sekretaris begitu?"
"Berani sekali dia melawanku" batin Leon.
Leon menatap Baby dengan tajam. "Kamu pikir saja sendiri, perusahaan mana yang akan menerima karyawan yang hanya lulusan SMA apalagi untuk menjadi sekretaris." ucap Leon.
Baby merasa geram dengan Leon. Ingin rasanya ia mencakar wajah tampannya itu. Tapi ia menahan dirinya. "Bapak pikir bapak siapa? Yang bisa mengatur masa depan seseorang. Di luar sana masih banyak perusahaan yang menerima karyawan yang hanya lulusan SMA. Karena apa? Mereka sadar
Pintar bukan berarti harus bersekolah tinggi. Mereka tidak seperti bapak, Muka saja yang ganteng tapi sifatnya jelek"
Wajah Leon memerah, bukan karena malu melainkan karena marah. Leon bangkit dari duduknya kemudian mencengkram tangan Baby kemudian memojokkannya di dinding.
"Sebelum kamu mengatakan hal itu, harusnya kamu mengaca dengan siapa kamu berbicara. Saya bisa menghancurkan kamu dalam sekejap dan saya juga bisa membuatmu tidak diterima bekerja dimana pun"
Baby tertawa remeh, ia tidak takut sama sekali dengan Leon. Baby bersedekap dada dan menatap Leon. "Memangnya saya takut sama ancaman bapak? Tolong garis bawahi ya pak. SAYA TIDAK TAKUT SAMA SEKALI DENGAN BAPAK. Bapak bisa melakukan apa saja pada saya. Saya tidak masalah. Saya masih punya tuhan yang bisa membantu saya."
Perkataan Baby membuat Leon bungkam. Baby tersenyum smirk. Ia akan pergi tapi sebelum itu, Sepatu indahnya harus berkenalan dengan sepatu milik Leon. Baby menginjaknya kemudian pergi begitu saja.
"Baby Grezyca Aurora" gumam Leon. Ia melepas sepatu yang baru saja diinjak oleh Baby. Kemudian melemparnya pada tong sampah.
Baby keluar dari ruangan Leon dengan mulutnya yang terus mengumpati Leon. Ia tidak sadar jika kelakuannya dilihat oleh orang orang kantor.
"Aku berharap tidak akan bertemu dengan pria angkuh itu lagi. Cukup hari ini saja, tidak boleh ada hari hari yang lain" ucapnya pada dirinya sendiri.
Dari jauh, Leon tersenyum sinis melihat Baby berbicara pada dirinya sendiri. "Sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan denganmu, Baby"
Tepat saat Leon melempar sepatunya, ia segera mengambil koleksi sepatu lainnya di ruangannya itu. Kemudian berjalan keluar dan saat itu ia mendengar apa yang dibicarakan Baby pada dirinya sendiri.
"Selamat datang di Dunia Leon Pradipta Xington, Baby" Leon tersenyum smirk. Lalu segera pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Calista Sumarni
suka Ama bar2
2021-09-08
0
Cinta Sunarti
wah berani bener baby sama sang bos memaki" lagi
2021-05-17
0
Hervi
wah2 ..mulai nih
2021-04-23
0