Empat

#bab sebelumnya..

Wanita itu kembali melambaikan tangannya angkuh dan berbalik memunggungi Ariel. Ia menajamkan pandangan di tengah gelapnya malam, mencoba mencari benda berwarna putih yang mungkin terselip di antara rambatan tanaman yang membentuk dinding setinggi dua meter.

Ariel menelengkan kepalanya. "Jadi kamu kesal karena selama sebulan ini klienmu sudah menyiksamu untuk mendapatkan sepatu itu?"

"Bisa dibilang bukan hanya sebulan ini. Seumur hidup aku sudah membenci mereka semua," geram wanita itu sambil menunduk, semakin menyibak tanaman di hadapannya.

Ariel kini ikut-ikutan menajamkan pandangan. Bukan untuk mencari pasangan sepatu yang hilang, tapi melihat apa yang disajikan wanita unik itu dengan gaun putih pendek yang dikenakannya. Senyum Ariel semakin lebar saat mendengar gerutu kesal keluar dari mulut wanita itu ketika tangannya meraih benda yang dikiranya pasangan sepatu yang sedang dicarinya.

"Mendengar ocehanmu, hmm... biar kutebak... kamu shoes designer ya?" Ariel kembali duduk di bale terbuka itu dan melipat kakinya santai. Matanya tidak dibiarkannya lepas dari siluet wanita "gila" yang telah menghibur malamnya.

Gerutuan tidak jelas terdengar dari wanita itu yang kini benar-benar merangkak dan meraba-raba sudut taman labirin. Ariel menganggap gerutuan itu sebagai jawaban iya.

"Mungkin kamu butuh pendengar dalam hal ini. Aku bisa menjadi pendengar yang baik lho," lanjut Ariel riang. "Memendam kekesalan untuk waktu yang sangat lama nggak baik buat kesehatan otakmu."

Wanita itu kembali menjawab, yang di telinga Ariel terdengar sebagai gerutuan tidak jelas seperti sebelumnya. "Keraskan sedikit suaramu! Bagaimana aku bisa menjadi pendengar yang baik kalau kamu cuma menggerutu," Ariel berteriak. Kepala hingga punggung wanita itu sudah melesak ke rimbunnya tanaman rambat labirin. Hanya setengah tubuhnya yang masih tampak di hadapan Ariel, menyisakan pemandangan bokong bundar terseksi yang pernah dilihatnya.

Ucapan wanita itu baru terdengar agak jelas saat ia memundurkan tubuhnya ke sisi yang lain. "... dia hanya melemparkan selembar kertas begitu saja dan memintaku menyelesaikannya dalam waktu sebulan. Sebulan! Coba bayangkan! Dengan semua tuntutan itu, dia memberiku deadline seakan aku nggak melakukan pekerjaan lain selain menunggunya datang ke rumahku dan memerintahku semaunya."

Ariel meraih botol minumannya yang terbuka dan menenggaknya dengan mata yg masih terpaku pada bokong wanita itu.

"... dengan gaya princess nya yang memuakkan itu! Dasar penyihir sialan..." Suara wanita itu kembali lenyap ditelan rimbun tanaman.

Ariel berdiri dan perlahan menghampirinya lalu menendang pelan ujung kaki wanita yang menggumamkan ocehan dari mulutnya.

"Hei! Hei!" Ariel menendang kaki wanita itu agak keras saat dia malah menepis kaki Ariel agar berhenti menendangnya.

"Apa sih yang kamu lakukan? Sepertinya aku hampir menemukannya." Wanita itu menarik tubuhnya lalu duduk mendongak di hadapan Ariel yang menyodorkan botol minuman ke depan wajahnya. Setelah melihat dari dekat, Ariel menyadari wajah wanita itu bersemu merah karena efek alkohol yang tadi diminumnya.

"Minum seteguk lagi nggak akan membuatmu mabuk," ujar Ariel tanpa meninggalkan senyum andalannya. "Anggap saja ini pelampiasan kekesalanmu. Aku nggak berniat jahat kok," lanjut Ariel saat melihat keraguan di mata wanita itu.

Wanita itu berpikir sejenak sebelum meraih minuman yang ditawarkan Ariel. "Yah... seteguk nggak akan membuatku mabuk. Lagi pula aku haus setengah mati karena berteriak-teriak terus." Wanita itu tersenyum kecil lalu meneguk isi botol minuman itu. Ia sempat mengernyit akibat rasa panas alkohol di tenggorokannya.

Ariel hampir tergelak melihat wanita itu tidak dapat menghentikan kerakusannya menenggak minuman. Setelah menyeka bekas air di sisi mulutnya, wanita itu mengembalikan botol minuman itu ke tangan Ariel lalu kembali merangkak dan bergumam tidak jelas. Ariel cengar-cengir menikmati pemandangan menggiurkan di hadapannya. Sesaat kemudian wanita itu kembali merebut botol minuman dan menenggaknya.

Setelah beberapa kali kejadian itu berulang, wajah wanita itu semakin memerah dan gerutuannya semakin tidak jelas, Ariel tersadar ia sudah membuat wanita aneh yang tidak dikenalnya mabuk berat.

"Hei! Aku menemukannya!" Wanita itu mengambil pasangan sepatu dari balik semak-semak tidak jauh dari tempat sepatu pertama ditemukan. Karena terlalu girang dan mabuk, sepatu itu terlepas dari genggamannya dan terlempar ke depan wajah Ariel yang spontan langsung menangkap dengan kedua tangannya.

Wanita itu terjungkal karena terlalu banyak bergerak lalu tertawa terbahak-bahak dalam posisi duduk. Ariel melirik botol minumannya dan melontarkan makian keras saat menyadari isi botolnya sudah habis oleh wanita yang sekarang sedang menertawakan entah apa.

"Good! Bagus! Sepertinya aku sudah membuatmu benar-benar mabuk," Ariel mendesah kesal. "Ambil sepatu ini lalu katakan berapa nomor kamarmu!" Ariel melemparkan sepatu itu.

"Nomor kamar? Siapa yang membutuhkan benda itu?" Wanita itu menatap Ariel angkuh Dagunya terangkat tinggi dengan gaya yang sangat sombong. Tangannya mendekap erat-erat sepatu yang tadi dilemparkan Ariel di depan dadanya. "Dengar, laki-laki pemabuk! A aku... Aku adalah pemilik seluruh lahan ini. Aku pemilik sah tempat ini dan aku tidak membutuhkan nomor. Aku hanya membutuhkan... membutuhkan..."

Ariel menunduk dan mengerutkan dahi penasaran. Suara tertawa wanita itu membuatnya kembali tersenyum. Ariel berkacak pinggang dan tergelak kecil. "Saat ini kamu membutuhkan toilet cantik. Dan... bukan aku yang pemabuk, tapi kamu. Yah... meski sebenarnya ini salahku karena sudah membiarkanmu semabuk ini. Tapi kamu juga bersalah karena membuatku tidak dapat berpikir jernih."

Ariel menunduk menelusuri puncak hidung wanita itu dengan telunjuknya. Sementara wanita itu mendongak, terdiam, dan menikmati apa yang dilakukan Ariel. Saat telunjuk Ariel hampir menyentuh ujung dagunya, wanita itu kembali bersendawa dan membuat Ariel tergelak untuk kesekian kalinya.

"Sebaiknya katakan di mana kamarmu. Aku bersedia menggendongmu kembali ke kamar asal kamu nggak muntah di punggungku," ucap Ariel di sela-sela tawanya.

Wanita itu kembali mengerutkan bibir, matanya semakin terlihat sayu. "Sudah kubilang aku nggak butuh nomor. Aku nggak perlu... Aku membencinya. Aku ingin..." Wanita itu mendekap sepatunya semakin erat ke dadanya dan kedua matanya semakin memicing perlahan.

"Hei! Hei!" Ariel bergegas menahan tubuh wanita itu sebelum menyentuh tanah. "Kamu bahkan belum menyebutkan namamu. Jangan tidur dulu!"

Ariel berjongkok dengan kedua tangan mencengkeram erat lengan wanita itu, yang kini terlelap dengan wajah yang memerah. Air liur berbau alkohol menyengat keluar dari sudut mulutnya.

"Selamat malam, Cantik. Sepertinya aku harus membawamu ke kamarku malam ini. Jangan marah! Kamu sendiri yang pasrah. Tapi aku janji, malam ini bakal menjadi malam yang sangat menyenangkan buat kita berdua," ucap Ariel sambil tersenyum lebar pada wanita yang sudah tertidur lelap di hadapannya.

***__***

Jangan lupa like, komen, dan vote nya 🤗

terimakasih 😘

Terpopuler

Comments

★Chelow

★Chelow

semoga nggak di anu" kamu lun😳

2022-05-09

1

ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖

ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖

Omo 😳 Omo😱
maksudnya indah apa ril😳😳😳
jangan bilang lu mau manfaatin Luna yg lagi mabuk 😱😱😱
oooh no no no 🤐🤐🤐🤣🤣🤣🤣

2022-05-08

28

𝕱𝖘💓Nona Shi💓ᶯᵗ⃝🐍♕

𝕱𝖘💓Nona Shi💓ᶯᵗ⃝🐍♕

jangan jangan Ariel nih mau niat jahat sama Luna karena Luna di buat mabuk ma dia

2022-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!