***
Di Gudang.
Devani saat ini sedang mengambil pakaiannya.
"Ini mbak," ujar Tea dengan tersenyum.
Lalu, Devani mengambil pakaian itu dari tangan Tea.
"Terima kasih mbak," ujar Devani.
Lalu, Devani mengganti pakaiannya.
"Bagaimana mbak?" ujar Devani yang saat ini telah mengenakan pakaian official girl.
"Bagus mbak," ujar Tea.
***
Di Ruangan CEO.
"Der, sampai kapan proses pendaftaran ini? Sudah banyak yang daftar," ujar Jerry.
"Kamu benar Jer, kita harus tutup pendaftarannya sekarang. Dan mulai menyeleksi calon," ujar Derry.
"Proses seleksi sudah dimulai dari tadi Der, aku yang mulainya," ujar Jerry.
"Oke, tapi pengumuman nya sudah diberi tau belum?" ujar Derry.
"Belum Der," ujar Jerry.
"Aku saja yang umumin kalau kita cari bukan satu tapi dua, kan satunya lagi buat loh," ujar Derry.
"Kalau bukan buat kamu ngerti pentingnya sebuah hubungan, aku nggak akan lakuin ini," ujar Jerry di dalam hatinya.
"Baiklah, ayo!" ujar Jerry.
"Lantai berapa tes seleksi nya?" ujar Derry.
"Lantai dua Der," ujar Jerry.
Lalu, mereka berdua menaiki lift khusus untuk ke lantai dua.
***
Disisi, lain Devani saat ini sedang membersihkan lantai dua sampai lantai empat.
"Perusahaan ini sangat besar, jikalau karyawan office girl nya hanya sepuluh orang. Entah kapan akan selesai bersih-bersih nya," ujar Devani di dalam hatinya.
"Dev, sudah selesai ayo kita kembali ke ruangan karyawan," ujar salah satu karyawan office girl.
"Iya, ayo," ujar Devani.
Lalu, Devani dan yang lain pergi. Mereka menuruni tangga satu persatu, dari lantai empat ke lantai tiga dan ke lantai dua.
"Capek juga ya," ujar Devani.
"Sebenarnya ada lift Dev, tapi sekarang kan lagi tes seleksi calon istri. Jadinya, kita dilarang memakai liftnya," ujar salah satu karyawan office girl.
"Oke," ujar Devani dengan tersenyum.
"Tes seleksi yang tidak jelas itu ternyata, menjadi masalah utama disini. Andai aku bertemu sama si pembuat rencana itu, pasti sudah aku omelin dia," ujar Devani di dalam hatinya.
Saat ini Devani dan yang lain tidak sengaja melewati ruangan di mana tempat tes itu berlangsung.
"Dev ayo kita intip tes nya!" ujar salah satu karyawan.
"Jangan lah itu perbuatan yang tidak baik, sudah ayo kita cepat pergi dari sini," ujar Devani.
"Iya Devani benar, ayo kita buruan pergi," ujar karyawan yang lainnya.
"Kalian memang tidak penasaran seperti apa tesnya?" ujar salah satu karyawan.
"Penasaran sih," ujar karyawan yang lain.
"Baiklah, kalau hanya sebentar sepertinya tidak masalah kan," ujar Devani.
Lalu, mereka pun mengintip bagaimana proses tesnya.
***
Disisi lain, pintu lift yang ditunggu-tunggu akhirnya terbuka.
"Ayo cepat kita ke ruangannya," ujar Derry.
Disaat Derry dan Jerry hampir tiba di ruangannya, mereka berdua melihat ada beberapa karyawan office girl yang sedang mengintip.
"Ehm, kalian lagi apa?" ujar Jerry dengan tersenyum.
"Lagi lihat bagaimana tesnya lah," ujar salah satu karyawan.
"Kenapa mereka semua mau ikut lowongan yang aneh itu? Padahal kan diri mereka itu jauh lebih berharga, daripada uang yang akan mereka dapatkan," ujar Devani sambil mengintip.
Derry yang mendengar perkataan Devani menjadi kesal. Dan Jerry yang melihat tuan muda Derry akan marah langsung menghentikan kegiatan mengintip mereka.
"Kalau kalian masih mengintip maka, akan dipecat sekarang!" ujar Jerry.
Lalu, semua karyawan office girl langsung menatap ke arah orang yang baru saja mengancam itu.
"Tuan Jerry," ujar mereka serentak sambil menunduk ke bawah.
"Tuan Jerry? Apa maksud mereka? Apakah dia adalah bos disini?" ujar Devani di dalam hatinya sambil menunduk juga.
"Maafkan kami tuan," ujar mereka serentak.
"Baiklah, kalian semua saya maafkan tapi, jangan diulangi lagi perbuatan ini," ujar Jerry.
"Iya tuan kami mengerti," ujar mereka serentak.
"Cepat kembali ke ruangan kalian!" ujar Jerry.
Lalu, satu persatu karyawan office girl pergi ke ruangan mereka. Disaat Devani akan pergi,
"Kamu tetap disini," ujar Derry sambil menunjuk ke arah Devani.
"Kenapa aku dihentikan? Apakah perkataan yang aku ucapkan tadi didengarnya?" ujar Devani di dalam hatinya.
Lalu, Devani menjadi ketakutan.
"Siapa nama kamu?" ujar Derry.
"Dev-vani tuan," ujar Devani dengan gugup sambil menundukkan wajahnya.
"Devani? Baiklah kamu tau mengapa aku menghentikan mu?" ujar Derry.
"Aku harus menyelamatkan perempuan ini, Derry pasti tidak akan memaafkannya," ujar Jerry di dalam hatinya.
"Tuan Der, sebaiknya kita segera masuk ke dalam sekarang," ujar Jerry.
"Tunggu Jer, biarkan saja mereka menunggu. Masalah ini lebih penting," ujar Derry.
"Maafkan aku, tidak bisa menyelamatkan anda nona," ujar Jerry di dalam hatinya.
Devani yang melihat tatapan Jerry, seakan mengerti bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan nya sekarang.
"Belum juga sehari aku bekerja di sini dan sekarang akan dipecat," ujar Devani di dalam hatinya.
"Maaf tuan, aku tidak sengaja mengatakannya," ujar Devani.
"Seakan membohongi diri sendiri, kenapa aku jadi penakut begini? Harusnya aku yang omelin dia karena buat lowongan tidak jelas itu," ujar Devani di dalam hatinya.
"Jangan bohong! Aku tau bahwa kamu sedang berpura-pura meminta maaf, terlihat jelas di wajahmu itu," ujar Derry.
"Kenapa dia bisa tau sih? Dasar aneh!" ujar Devani di dalam hatinya.
"Tidak tuan aku berkata yang sebenarnya, aku minta maaf atas semua perkataan yang aku ucapkan tadi," ujar Devani.
"Tuan Der, kita sudah sangat terlambat," ujar Jerry.
"Emm, baiklah kamu silahkan pergi ke ruangan mu sekarang," ujar Derry.
"Terima kasih tuan," ujar Devani lalu, dengan langkah secepat kilat Devani pergi dari sana.
"Memang semua perempuan itu hanya menyusahkan saja," ujar Derry.
"Sepertinya dia cocok untukmu Der," ujar Jerry di dalam hatinya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan Jer?" ujar Derry sambil menatap Jerry yang sedang tersenyum.
"Tidak ada," ujar Jerry.
Lalu, mereka berdua masuk ke dalam ruangan tes.
***
Di sisi lain, Devani saat ini sedang berada di ruangan karyawan.
"Untung saja aku bisa melarikan diri," ujar Devani
"Dev bagaimana? Apakah tuan muda marah?" ujar karyawan yang bersama dengan Devani tadi.
"Nanti mbak, aku capek," ujar Devani.
Lalu, Devani minum dan segera duduk di kursi.
"Ayo cerita Dev?" ujar karyawan yang lain.
"Oke, tuan muda tadi hanya bertanya mengenai perkataan aku tadi. Dan untungnya dia memaafkan," ujar Devani.
"Syukurlah Dev, aku kira tadi kamu bakalan dipecat," ujar karyawan itu.
"Iya aku tadi sudah ketakutan banget, tangan dingin, jantung berdetak dengan cepat seakan tidak sanggup berdiri tadi," ujar Devani.
"Iya Dev untung kamu tidak apa-apa," ujar karyawan itu.
***
Disisi lain, Derry saat ini sedang berada di dalam ruangan tes seleksi. Semua orang disana menyambut kedatangannya dengan tersenyum.
"Baiklah, saya disini untuk memberitahukan bahwa nanti yang terpilih hanya ada dua perempuan, maksudnya satu untuk saya dan satu nya lagi untuk asisten saya," ujar Derry.
Lalu, semua perempuan bertepuk tangan atas pengumuman yang baru saja Derry umumkan.
"Artinya kesempatan kita bertambah," ujar salah satu perempuan di sana.
"Iya, benar banget. Kita harus berhasil," ujar temannya.
Derry lalu pergi meninggalkan ruangan itu tanpa mendengarkan mereka.
"Baiklah, Van kamu yang urus ya," ujar Jerry lalu pergi meninggalkan ruangan itu juga.
"Siap tuan," ujar Evan.
"Nanti kalau sudah ada tiga finalis biar saya sama tuan muda Derry yang memilihnya," ujar Jerry.
"Baik tuan," ujar Evan.
Bersambung ....
Bagaimana kah kisahnya? Kalau kalian suka terus dukung ya cerita ini.
Terima kasih^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments