Meminta Izin #2

Malam harinya.

"Kamu dosen nya Novia?" tanya papa angkat Novia.

"Iya pak betul," jawab Satrio dengan senyum ramahnya.

"Mau ada perlu apa ya?" tanya ayah kandung Novia.

"Begini pak, saya mau meminta izin saya memiliki perasaan kepada anak bapak, saya berniat ingin menikahi Novia," jelas Satrio.

"Hem gimana ya nak, Novia kan masih kuliah apa gak sebaiknya nunggu dia selesai kuliah dulu. Saya rasa juga ini terlalu cepat, usia Novia juga masih sangat muda," ucap papa Novia dengan wajah bingung nya.

"Betul itu, Novia itu masih terlalu muda untuk dijadikan istri lagian kan yang membiayai Novia ini kakeknya, pesan dari kakeknya Novia harus wisuda." Ayah Novia membenarkan ucapan kakak iparnya.

"Maaf pak masalah biaya pendidikan Novia nanti saya akan cover hingga dia S2 atau S3 jika Novia mau," ucapnya dengan tenang dan ramah.

"Beri keluarga kami waktu untuk berunding masalah ini ya, ada banyak hal yang harus kami pertimbangkan." Papa Novia meminta waktu untuk bisa mempertimbngkan dan memusyawarahkan hal tersebut bersama Ayahnya Novia.

"Baik pak saya akan menunggu," ucap Satrio dengan lembut.

Mereka akhirnya mengobrol dengan santai hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00 pak Satrio pun izin pamit pulang.

"Pak ini sudah larut, saya izin pulang ya." Satrio berpamitan untuk pulang.

"Oh iya iya.....hati hati dijalan nak," ucap Papa dengan ramahnya.

"Iyaaa pak," sahut Satrio.

Keesokan pagi nya Novia siap siap pergi ke kampus. Sebelum berangkat kampus biasa nya Novia selalu menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu. Novia pun menuju dapur untuk sarapan.

"Nov gimana semalem? kamu terima?" tanya ibunya dengan nada ketus.

"Gak tau bu Novia masih bingung," jawab Novia dengan suarah lirih.

"Kalo bisa gausah deh dia itu terlalu tampan dan terlalu dewasa buat kamu, lebih cocok sama kakak kamu," cela ibunya.

"Iya bu Novia faham." Langsung pergi karena tak ingin menanggapi ucapan ibunya yang menusuk dihati.

Novia sebenarnya sedih mendengar pernyataan ibu nya yang ingin menjodohkan pak Satrio dengan kakaknya.

Novia capek karena sedari kecil hal yang Novia miliki ia harus rela mengalah demi kakak nya itu baik itu barang maupun hal yang lain.

Novia hanya tersenyum kepada ibu nya tanpa menjawab, sebenarnya dalan senyum nya itu ada air mata yang ia tahan supaya tidak jatuh.

Novia langsung bergegas menuju kampus untuk kuliah.

"Nov, lo kenapa? " tanya Caca yang melihat sahabatnya yang sedih.

"Gak kenapa-kenapa kok ca." Mencoba menutupi kesedihan nya.

"Gak mungkin gak kenapa-napa sampe nangis gitu." Caca tak percaya dengan ucapan Novia, ia tau bahwa Novia sebenarnya sedang menutupi masalahnya.

"Ca gue mau cerita sama lo tapi lo harus janji gak boleh heboh apalagi ceritain masalah ini ke orang ya," pinta Novia kepada Caca.

"Iya gue janji, emang ada apaan si?" tanya Caca.

"Gue.....em.....dilamar," ungkap Novia dengan ragu.

"hah....dilamar?" Caca sontak terkejut.

"Sssttttt.......jangan kenceng kenceng dong ca." Novia sontak membungkam mulut Caca dengan tangan nya.

"Hehe iya maaf gue kepelasan nov, emang lo dilamar sama siapa nov?" tanya Caca seraya terkekeh.

"Anuu.....emmm......pak satrio." Dengan ragu Novia mengatakan yang sebenarnya.

"Hah........serius?" Caca terkejut mendengar penyataan dari sahabatnya itu.

"Iihh.....caca jangan kenceng kenceng ngomong nya ntar kedengeran anak kampus," ucap Novia dengan kesal seraya menutup mulut Caca dengan tangannya.

"Ya maaf gue kaget nov hampir aja jantungan." terkekeh melihat Novia yang berwajah kesal.

"Dih lebay banget lo." Menyenggol bahu Caca.

"Tuh kan nov, apa gue bilang bapak itu pasti suka sama lo orang dari cara dia natap lo aja udah beda," ujar Caca dengan begitu sok tau nya.

"Gak tau deh ca, sekarang gue malah bingung."

"Lah kenapa bingung? gila si kalo lo masih bingung. Apa coba yang kurang dari pak rio, udah ganteng, pinter, karismatik, badan nya keker, uhh idaman cewe cewe banget," ucap Caca dengan semangatnya.

"Ih bukan masalah itu ca, kaya nya gue harus ngalah deh sama kakak gue," ucap Novia frustasi.

"Hah.......gile kali lu ya, apa hubungan nya kan kakak lo sama pak rio gak saling kenal." Memasang wajah super bingungnya.

"Iya tapi ibu gue kekeh mau jodohin pak Rio sama kakak gue." Wajah Novia semakin terlihat frustasi.

"Yaelah ibu lo ini bisa bisa an aja kefikiran sampe kesitu." Kebingungan dan menggaruk kepala yang tak gatal.

"Ya gue juga gak tau." Mengedikkan bahunya.

"Yaudah ah gak usah sedih lagi, nanti selesai matkul gue traktir makan es cream sepuasnya," hibur Caca agar Novia tak merasa sedih lagi.

"Bener ya ca?" tanya Novia memastikan.

"Iyee," jawab caca dengan wajahnya yang datar.

Selesai jam mata kuliah pun mereka pergi ke toko es cream. Setelah memakan es cream Novia dan caca pun pulang kerumah masing masing. Sebenarnya Caca ingin mengantarkan Novia tapi Novia menolaknya dan lebih memilih untuk memesan ojek online. Namun saat hendak ingin memesan ojol tiba tiba ada mobil yang menghampiri nya dan membuka kaca jendela mobilnya.

"Nov, kamu kok disini?" tanya Satrio keheranan.

"Eh pak Satrio, iya pak saya abis makan es cream sama temen." Tersadar dari lamunan nya.

"Ini diluar kampus, gak usah panggil aku bapak terlalu formal," ujar Satrio menggoda calon istri nya tersebut.

"Hehe iya maaf mas suka lupa hehe." Menggaruk garuk kepala nya yang tak gatal dan terlihat seperti orang yang salah tingkah.

"Iya gak apa apa nanti juga terbiasa, oh ya kamu makan es cream sama temen kok aku gak diajak si." Melempar senyuman manis kepada Novia.

"Aduh aku takut ganggu, mas kan orang nya sibuk." Tersenyum lebar.

"Yaudah masuk mobil yuk aku anter pulang," ajak Satrio.

"Gak usah mas nanti saya pesen ojol aja."Merasa tidak enak.

"Hey kamu itu calon istri aku, gak boleh sungkan sungkan gitu, ayuk masuk atau mau aku gendong masuk," goda Satrio agar Novia masuk ke dalam mobil nya.

"Iyaaa...... oke yaudah aku masuk mobil." Tan basa-basi Novia langsung masuk ke dalam mobil Satrio karena takut digendong.

Di dalam mobil, Sepersekian menit keadaan hening. Sampai akhirnya Satrio memecah keheningan itu.

"Gimana kuliah tadi lancar?" tanya satrio sembari fokus menyetir mobil nya.

"Alhamdulillah lancar," jawab Novia dengan begitu santai nya.

"Ada yang sulit? atau ada dosen yang mempersulit?" tanya satrio memastikan.

"Gak ada kok, alhamdulillah semua nya lancar lancar aja." Walaupun wajah dan tingkah Novia sangat tenang tapi jantung Novia sedang dalam kondisi tidak aman saat ini.

"Alhamdulillah bagus kalo gitu." Tersenyum lega mendengar pernyataan Novia.

"Kamu mau makan bareng dulu gak? kebetulan aku belum makan tadi gak ikut makan bareng kepala jurusan," ajak Satrio agar ia bisa makan berdua dengan Novia.

"Kok sampe belum makan, tumben?" tanya Novia keheranan, karena biasa nya Satrio tidak pernah telat makam siang.

"Iya tadi lumayan sibuk jadi gak sempet ikut makan siang deh," menjawab Novia dengan sangat tenang dan wajah yang benar benar membuat teduh.

"Yaudah kalo gitu kita makan dulu, nanti mas sakit," ucap Novia seraya memegang tangan nya Satrio.

"Okee, kamu mau makan dimana?" Tanya satrio dengan begitu semangat.

"Terserah mas aja." Menjawab sembari memainkan ponselnya.

"Hem, perempuan ini suka kebiasaan ya kalo ditanya makan jawab nya pasti terserah." Tertawa meledek.

"Hehe yaa begitulah wanita." Menghentikan aktivitas nya bermain ponsel dan ikut tertawa mendengar pernyataan Satrio.

"Gimana kalo kita makan di resto langganan aku aja, mau gak?" ajak Satrio dengan semangat.

"Iya terserah mas aja." Menjawab satai tapi membuat Satrio frustasi mendengarnya.

"Kan terserah lagi." Satrio menepok jidat nya.

Novia hanya terkekeh melihat tingkah Satrio.

Sampai di resto.

"Kamu mau makan apa? jangan bilang terserah ya aku sentil ginjal kamu." Memasang muka kesal yang imut.

"Hehe kok ngamuk." Novia terkekeh.

"Em.........seafood saus padang aja deh." Seraya menunjuk ke daftar buku menu.

"Minum nya?" Tanya satrio dengan sangat sabar.

"Es teh manis aja mas." tersenyum imut ke arah Satrio.

"Seafood saus padang nya 2 es teh manis nya 2 ya mba." tersenyum kepada pelayan.

"Baik pak mohon ditunggu ya kami siapkan dulu." meninggalkan meja dan langsung ke bekalang untuk mempersiapkan pesanan.

"Loh mas kok Ikut ikut aku si mesan nya?" tanya nya seraya menatap Satrio dengan wajah bingung.

"Loh kenapa? emang nya aku gaboleh ngikutin kesukaan calon istri aku sendiri?" goda Satrio.

"Ya boleh si, udah ah gombal mulu." Pipi Novia memerah.

"Hemmm......mas aku boleh tanya sesuatu gak?"

"Enggak boleh." Dengan wajah meledek tapi tetap tersenyum manis.

"Ih mas serius"

"Iya...iya tentu boleh dong, emang mau tanya apa?" memegang tangan Novia dan tersenyum damai.

"Kenapa si mas kok bisa suka sama gadis biasa kaya aku?" tanya nya spontan membuat Satrio sedikit heran.

"Hey.... menurut aku kamu bukan gadis yang biasa kok, kamu mau tau apa yang buat kamu istimewa?" memegang tangan Novia dan menjawab pertanyaan Novia dengan penuh kelembutan.

"Apa mas?" tanya Novia penasaran.

"Hati kamu." Satrio memandang Novia dengan lekat.

"Hati?" Novia merasa bingung dengan pernyataan Satrio.

"Kamu punya hati yang tulus dan kelembutan, aku percaya itu Nov." Masih memegang tangan Novia dan memandangnya dengan lekat.

"Dan yang perlu kamu tau, aku yakin kamu bisa menjadi istri dan ibu yang hebat untuk anak anakku nanti," jelas Satrio seraya tersenyum sangat manis.

"Ih udah ah aku jadi malu." Melepaskan tangan satrio, pipinya pun kini tampak merah merona karena tersipu malu.

"Iya tuh pipi nya merah." Meledek.

"Ih.......apaan si orang enggak," ucap Novua malu-malu.

"Permisi pak ini pesanan nya"

Pelayan itu pun menaruh makanan nya dimeja.

"Silahkan menikmati," ucap pelayan itu penuh keramahan.

"Terimakasih mba."

"Udah dimakan nanti aku anter kamu pulang." Mengusap kepala kekasihnya itu.

Novia mengangguk patuh seraya tersenyum imut ke arah satrio. Merekapun mulai menyantap makanan yang sudah di pesan. Selesai makan pak satrio mengantarkan novia pulang kerumahnya.

Disepanjang jalan mereka berbincang-bincang dan saling melempar candaan. Novia begitu bahagia bersama dengan Satrio, tawa bahagia yang tak pernah iya rasakan kini bersama Satrio ia bisa merasakan nya.

Dirumah Novia.

"Assalamualaikum, ibu novia pulang." Mengucapkan salam seraya membuka pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam," jawab ibunya dengan singkat.

"Nov, ibu mau ngomong," ucap ibunya dengan nada yang tak dan lembut tak juga ketus.

"Ada apa bu?" tanya Novia seraya mendekat ke arah ibunya.

"Kakak kamu senin besok kan wisuda, kamu pagi nya tolong bantuin ibu beres beres rumah ya soalnya kita mau berangkat pagi," pinta ibunya dengan seenaknya.

"Iya bu," jawab Novia dengan wajah lelahnya dan Novia hanya bisa patuh dengan perintah ibunya.

Terpopuler

Comments

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

kaya ke babu aja tuh ke anak

2022-07-09

0

Tinta Rachel

Tinta Rachel

Mampir juga yuk kak ke karya pertamaku yang berjudul Dear Me Jesselyn Anastasya. Terimakasih kak...Tolong dukungannya ya Thor

2021-09-02

1

ratu adil

ratu adil

tp knpa g jdo nkah ma satrio apa d jbak ma ibune

2021-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!