"Hei Tuan Galak!" Tasya menatap Angga dengan tajam.
"Kau!" Angga mengangkat jari telunjuknya. "Beraninya kau berteriak padaku!"
Tasya menggertakan giginya. Menatap wajah Angga dengan kesal.
Ia menghela nafas, "Bisa-bisanya orang sepertimu diterima di sini."
Angga menelpon seseorang, "Tuti! Cepat ke ruangan saya!" ia langsung menutup teleponnya.
Beberapa menit kemudian...
"Permisi Tuan!" ucap Tuti.
"Tuti, kenapa orang sepertinya bisa kau pekerjakan di sini? Saya tidak mau tahu. Pokoknya wanita ini saya pecat. Bawa dia pergi!"
"Tapi Tuan, kita akan kekurangan OB lagi. Roni sedang sakit. Sudah seminggu ia tidak masuk kerja. Dengan adanya Tasya, perusahaan ini sedikit terbantu." Ujarnya.
"Ini perusahaan besar! Masih banyak orang yang mengantri untuk bekerja di sini." Ucapnya dengan tatapan dingin.
"Tapi Tuan, tidak ada orang yang melamar pekerjaan lagi di sini," Tuti menundukkan kepalanya.
"Apa? Bagaimana bisa?" Angga mengeryit tidak mengerti, perusahaan besar miliknya itu sudah terkenal. Namun mengapa tidak ada orang yang ingin melamar pekerjaan di perusahaannya.
"Mungkin mereka takut! Bos segalak ini, ck! Siapa yang mau bekerja dengannya!" celetuk Tasya.
"Kau!" Angga melototi Tasya.
"Lihat ini Tuti! Dia tidak sopan pada atasannya! Jadi kau usir dia dari sini! Dan cari OB baru! Saya akan menggajinya dua kali lipat." Ucapnya masih melototi wajah Tasya.
"Tuan yakin??" tanya Tuti terkejut.
"Ya! Cepat bawa dia pergi!"
"Tasya, ayo ikut saya!" Tuti mengambil tangan Tasya, dan keluar dari ruangan itu.
Pipinya menggembung, "Hei Tuan Galak! Aku doakan, tidak akan ada yang melamar pekerjaan lagi di perusahaanmu ini!" teriaknya, ia memanyunkan bibirnya.
"Dasar Gadis kecil!" ucap Angga dalam hati.
"Sudahlah Tasya!"
Tasya menunduk, "M-maaf Bu."
"Mengapa kamu membuat masalah dengan Tuan Angga?"
"Ohh... jadi namanya Angga..." gumamnya.
Tuti mengeryit, "Jawab Tasya!"
Tasya tersentak, "Eh? Dia yang lebih dulu Bu. Dia memuji kopi buatanku, tapi saat dia melihat wajahku. Dia bilang kopi buatanku tidak enak."
"Hanya gara-gara itu?" Tuti berkacak pinggang.
"......"
Ia menghela nafasnya, "Baiklah, Tasya... karena kamu sudah dipecat. Saya tidak bisa mempekerjakan kamu lagi."
"Tapi saya sangat membutuhkan pekerjaan ini Bu..." lirihnya.
"Maaf Tasya, Ibu tidak bisa berbuat apa-apa. Pekerjaanmu memang bagus. Tapi jika Tuan Angga sudah tidak ingin mempekerjakan kamu. Ibu tidak bisa membantu." Tuti mengambil sejumlah uang, "Tasya, ini untuk kamu. Ini gajimu selama bekerja di sini." Tuti memberikan beberapa lembar uang kepada Tasya.
"Baiklah... terima kasih Bu..." Tasya pergi meninggalkan tempat itu.
***
"Lho, Nona sudah pulang?" tanya Ratih, menyambut kedatangan Tasya.
"Tasya dipecat Bi..." ia mengambil minuman, lalu meminumnya.
"Lho... kok bisa Non?"
"Ini semua gara-gara Tuan galak yang kejam itu!" Tasya memejamkan matanya, mengingat wajah Angga dengan kesal. Ingin rasanya, ia mencabik-cabik wajah si Tuan galak itu.
"Nona, sebaiknya Nona makan dulu. Bibi sudah menyiapkan makanan untuk Non Tasya."
"Iya Bi... nanti akan Tasya makan. Terima kasih..."
"Aku harus mencari kerja di mana lagi?" batin Tasya.
Malam harinya...
Ting!
Ting!
Tasya membalas pesan WhatsApp teman-temannya.
^^^"Tasya, kamu dipecat? Serius ini???" tanya Yuli.^^^
^^^"Iya nih! Kata Bu Tuti, Tuan Angga mecat kamu gara-gara kopi? Bener itu?" timpal Riri.^^^
"Iya. Aku dipecat. Sebenarnya bukan gara-gara kopi..."
^^^"Lha... terus gara-gara apa?" tanya Riri.^^^
"Sebenarnya, aku pernah bertemu dengan dia sebelumnya."
^^^"Bertemu? Di mana? Kalian musuh sejak lama ya??" tanya Riri.^^^
^^^"Hei, Riri! Jangan suudzon dulu kamu!" timpal Yuli.^^^
"Gak lama juga sih Kak. Tasya ketemu si galak di jalan. Tahu gak Kak? Waktu itu Tasya lagi kambuh. Eh si galak hampir nabrak Tasya. Untung gak kenapa-kenapa. Tapi si galak malah ngomel-ngomel. Mungkin sejak itu si galak gak suka sama Tasya. Pas tadi ketemu di ruangannya. Si galak kaget deh?! Jadi malah ngomel lagi. Sebelum liat wajah Tasya, si galak puji kopi buatan Tasya. Eh, pas liat Tasya, si galak langsung hina kopi buatan Tasya. Nyebelin banget kan, Kak?"
^^^"Haduh! Tasya, kamu bilang Tuan Angga galak?" tanya Riri.^^^
^^^"Wah dendam pribadi ini mah!" celetuk Yuli.^^^
"Habisnya, emang galak. Apa-apa marah!"
"Kak, maaf Tasya gak pamit sama kalian tadi 😔"
^^^"Iya gak apa-apa. Semoga segera dapat pekerjaan lagi Tas..." Yuli.^^^
^^^"Iya, semangat Tasya!"^^^
***
"Angga..." Mona berlari dan langsung memeluk Angga. "Aku mohon... bekerja samalah dengan perusahaan Papa. Mamaku juga sedang sakit. Mama ingin melihat aku berhasil bekerja sama dengan perusahaanmu ini."
Angga melepaskan pelukan Mona, "Aku tidak suka kamu main meluk aku kayak gitu. Ingat?! Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa!" ucapnya mengingatkan.
"Dan apa hubungan antara aku, dan Mama kamu? Kenapa kamu sangat memaksa? Bukankah sudah jelas, kalau aku tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan ayahmu." Sambungnya.
"Angga, aku mohon... ini keinginan Mama, kasihan Mama jika keinginannya tidak dipenuhi. Mama sedang sakit keras. Kalau kamu tidak percaya, ayo ikut aku ke rumah sakit!" Mona mengambil tangan Angga dengan paksa.
"Mona!" Angga menatap wajah Mona tidak suka.
"Angga, aku mohon..."
"Tidak bisa Mona!"
"Atau kita bisa berpura-pura bekerja sama? Agar Mama tidak merasa sedih?"
"Apa-apaan kamu ini! Aku tidak punya waktu untuk itu."
"Aku mohon... bantulah aku Ga. Mamaku sedang sakit keras. Apa kamu tega sama Mamaku Ga? Aku mohon... demi Mamaku..." bujuknya.
Angga melihat mata Mona, " Baiklah... ini hanya sementara."
"Kamu setuju Ga??" matanya berbinar-binar, "Terima kasih!" Mona memeluk Angga lagi.
"Sudah aku bilang, jangan memelukku!" ia menekankan suaranya.
"M-maaf... aku terlalu senang Ga..." ia melepas pelukannya, "Kamu mau jenguk Mama kan?" Angga mengangguk.
Mereka sampai di rumah sakit. Nampak Mama Mona tengah terbaring menggunakan alat infus di tangannya.
"Nak Angga... itu kamu Nak?" tanya Mama Mona lemah.
"Iya ini Angga Tante..." Angga menyimpan keranjang buah yang ia beli sebelum ke RS. "Tante sakit apa?"
"Tante sakit biasa saja Nak," jawabnya.
"Ma... Mama harus banyak istirahat. Mama harus sembuh," timpal Mona.
"Mama baik-baik saja Mona... uhukk... uhukk..."
"Tante, minum dulu..." Angga memberikan gelas yang berada di atas nakas.
"Terima kasih Nak..." Mama Mona meminum air itu.
"Sepertinya rencanaku berhasil! " ucap Mona dalam hati, ia menyeringai.
"Angga... biarkan Mama istirahat. Ayo keluar dulu," ajak Mona.
"Tante, lekas sembuh..."
"Iya Angga. Terima kasih..." jawabnya.
"Ayo Angga..." Mona membawa Angga keluar.
"Aku tidak bisa berlama-lama di sini."
"Angga, apa kamu tidak ingin makan siang dulu bersamaku?"
"Lain kali saja."
"Baiklah... hati-hati Ga," Mona melambai-lambaikan tangannya. "Aku sayang kamu!" ucapnya sedikit berteriak, agar terdengar oleh Angga yang telah memasuki mobilnya.
***
Happy reading 🥰.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Suartatihsb
wah cewek jadi-jadian
2021-10-14
1
Yukity
Mampir di sini...
like♥️
2021-09-25
1
Little Peony
Like like like
2021-07-21
1