Tuan Galak & Nona Kecil

Tuan Galak & Nona Kecil

Chapter-1

"No! Mom! Aku tidak ingin menikah."

"Angga, kamu sudah hampir berkepala tiga! Mama ingin segera menggendong cucu. Kalau kamu tidak menikah juga, Mama akan jodohkan kamu dengan anak sahabat Mama!" Santi meninggalkan putra semata wayangnya dengan kesal.

"Ma... Mama gak bisa maksa Angga buat nikah." Angga menatap mamanya yang telah meninggalkannya sendirian di ruang keluarga.

"Bagaimana caranya agar Mama tidak memaksaku untuk segera menikah?" batin Angga.

"Permisi Tuan, ada sekretaris Bije di luar menunggu Tuan," ucap Asih, asisten rumah tangga.

"Ya, terima kasih Bi." Angga mengambil beberapa berkas perusahaan, lalu ke luar menemui sekretaris sekaligus sahabatnya.

"Angga! Kau lama sekali..." ujar Bije.

"Panggil aku Tuan, ini masih jam kerja. Kau harus profesional!" Angga menatap Bije dengan dingin.

"Ya, Tuan Angga. Mari, jam 10 ini ada meeting bersama perusahaan PT. ERK Sejahtera," tutur Bije dengan senyuman yang terpaksa.

"Hem!" Angga mengangguk. Mereka berdua masuk ke dalam mobil.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 27 menit. Mereka telah sampai ke tempat tujuan. Rays Drc, adalah nama perusahaan yang di dirikan oleh Angga Pratama. Perusahaanya cukup besar di Indonesia. Hingga perusahaannya menempati peringkat 3 besar di Indonesia.

***

"Bibi, tolong ambilkan tas makeupku!" ucap Tasya, sambil memakai sepatunya.

"Ini Nona," Ratih menyerahkan tas make up milik Tasya.

"Terima kasih Bi," Tasya mengambil tas itu, lalu memeluk Ratih. "Bibi yang terbaik!" bisiknya.

Ia tersenyum, "Hati-hati Non!" katanya.

"Oke! Bi, aku pergi ya?! Dadah Bi!" serunya.

Tasya menaiki mobil merahnya. Tasya sampai di perusahaan milik mendiang ayahnya. Perusahaan ini dijalankan oleh pamannya.

BRAK!

"Astaga Tasya! Kau mengagetkan Paman! Ketuk pintu dulu, sebelum masuk. Paman kan sering mengatakannya." Romi menatap keponakannya, dahinya mengernyit.

"Paman ini," Tasya menghampiri pamannya.

"Paman, kapan aku akan bekerja di sini? Paman bilang kalau aku sudah berusia 20 tahun, aku akan menjadi bosnya di sini?!" Tasya berkacak pinggang menatap pamannya.

"Tasya, kamu masih kekanak-kanakan. Paman tidak bisa menyerahkan tanggung jawab besar padamu."

"Paman ini, aku sudah dewasa! Bukan anak-anak." Tasya mengerucutkan bibirnya.

"Paman selalu berbohong!" Tasya menghentak-hentakkan kakinya, lalu pergi meninggalkan ruangan CEO.

BRUK!

"Tasya!" Romi menatap pintu yang tertutup rapat.

Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku. Saat ku harus bersabar dan terus bersabar. Menantikan kehadiran dirimu, - suara ponsel Tasya.

"Ya? Ya? Hallo!" Tasya menempelkan ponsel di telinganya.

"........"

"Oke, aku segera ke sana."

"........"

"What?! dalam 5 menit?"

"........"

"Beri aku waktu 10 menit. Aku bakal ngebut!"

"........"

"Oke, Bye!" Tasya mematikan ponselnya, ia berjalan cepat menuju mobil merahnya.

Tasya melajukan mobilnya, sampai akhirnya ia sampai di tempat yang ia tuju.

"Tasya, cepat ke sini!" Erys mengayun-ayunkan tangannya ke udara.

"Iya tunggu!" Tasya bejalan mendekati Erys.

"Cepat bantu aku, kau kebagian merias dua orang pagar ayu." Erys mengajak Tasya masuk ke ruangan rias.

"Melly, Cinta, kalian akan dirias sama Kakak Tasya ya?" gadis-gadis berusia 14 tahunan itu mengangguk.

"Hallo? Siapa yang mau dirias duluan?" tanya Tasya.

"Cinta!/ Melly!" sahut mereka berdua bersamaan.

"Eits! Kakak jadi bingung?! Bagaimana kalau kalian suit? Yang menang akan dirias duluan sama Kak Tasya," ujarnya. Mereka mengangguk, lalu melakukan suit.

"Aku duluan Kak," kata Melly.

"Oke, Cinta... karena kamu kalah suit. Kamu harus menunggu Melly ya? Jangan marah." Kata Tasya.

Tasya merangkum wajah Cinta. "Kak Tasya pasti akan membuat kalian terlihat sangat cantik. Oke?!" sambungnya.

"Oke, Kak Tasya..." jawab Cinta.

Tasya mulai merias wajah Melly. Pertama-tama, ia menyemprotkan setting spray, lalu dilanjutkan dengan yang lainnya.

"Memang, akad nikahnya dimulai jam berapa?" tanya Tasya memecah keheningan.

"Jam 10 Kak," jawab Melly.

"Oh, jadi sekitar satu jam lebih lagi ya?!" Tasya mengangguk-angguk, ia mulai memakaikan bedak ke wajah cantik Melly.

Tasya meriasi wajah Melly. Lalu menata rambutnya. Setelah selesai, kini giliran Cinta yang dirias. Tasya mengoleskan make up ke wajah Cinta dengan sabar. Memang sudah hobinya merias wajah. Kini, hobinya itu bisa menghasilkan uang. Dari pada menunggu pamannya yang tidak jelas akan menyerahkan jabatannya atau tidak?!

Tasya selalu mendatangi kantor tempat pamannya bekerja hampir setiap hari. Namun, selalu tak ada hasil. Akhirnya, suatu hari Tasya bertemu dengan Erys sang MUA. Karena kepandaian Tasya dalam merias, Tasya selalu diajak Erys untuk membantu pekerjaannya.

"Yup! Sudah selesai!" Tasya menatap kedua pagar ayu yang ia rias dengan tangannya sendiri. "Wah... kalian sangat cantik!" pujinya.

"Terima kasih Kak Tasya!" seru mereka berdua.

***

Sore hari yang begitu melelahkan. Meski begitu, Tasya merasa sangat senang. Tasya melajukan mobilnya dengan kencang.

Ciiittt!

"WTF!" Tasya keluar dari mobilnya. "Cih! Kau manja sekali!" Tasya menepuk-nepuk mobilnya.

"Hah..." Tasya menghela nafasnya. "Mengapa kau harus bocor di saat-saat seperti ini?!" Tasya menggerutu pada mobil merahnya. "Mana bengkel jauh!" Tasya merogoh tasnya, lalu mengambil ponsel.

TUT...

TUT...

TUT...

Nomor yang anda tuju, tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi,- bunyi ponselnya.

"Paman ini selalu tidak ada saat aku membutuhkan bantuan!" Tasya menggerutu lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Tahu... tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, gurih-gurih nyoi... - suara rekaman pedagang tahu bulat.

"Mas!!" Tasya melambaikan tangannya. Mobil itu berhenti, dan Tasya menghampiri mobil tukang tahu bulat itu.

"Tahu bulatnya sepuluh ribu ya, Mas?!" ucapnya sambil menyerahkan uang sepuluh ribu rupiah. "Yang masih anget," tambahnya.

"Siap Neng!" tukang tahu bulat itu dengan cepat memasukkan tahu bulatnya ke dalam kantung plastik. "Bumbunya apa-apa saja Neng?" tanya tukang tahu bulat itu.

"Semuanya saja Mas!" serunya.

Tukang tahu bulat itu memasukkan berbagai bumbu, "Siap!" tukang tahu bulat itu menyerahkan kantung plastik berisi tahu bulat pada Tasya.

"Terima kasih Mas!" Tasya kembali ke mobilnya. Tasya duduk di dekat mobilnya. Ia memakan tahu bulat itu dengan lahap. "Tahu bulat memang enak!" gumamnya.

"Sebaiknya aku pulang naik taksi?!" Tasya mengambil ponselnya. "What?!" ia menghela nafas panjang. "Gak mobil, gak ponsel sama-sama menyebalkan!" Tasya menatap ponselnya yang mati.

Tasya menatap jalanan, banyak mobil yang berlalu-lalang. Namun, tak ada satupun taksi atau angkutan umum yang melewatinya. Akhirnya Tasya memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki.

"Hah!" nafas Tasya mulai tak beraturan. Mungkinkah penyakitnya kambuh?

TIT!!

Tasya menengok ke belakang. Tasya baru tersadar kalau dia berjalan hampir ke tengah-tengah jalanan.

"Hei! Kau mau mati ya?!" teriak seseorang.

"Ma-maafkan saya Paman!"

"Paman??" orang itu mendekati Tasya. "Apa aku terlihat seperti pamanmu?" tanya orang itu.

Tasya menggeleng, "Tidak Paman!"

"Hei gadis kecil! Aku ini bukan pamanmu!" bentak orang itu.

Tasya menggembungkan pipinya, "Aku juga bukan anak kecil Paman! Umurku sudah 21 tahun," ujarnya.

"Hahaha!" orang itu tertawa. "Hei kau, Nona! Jangan memanggilku Paman, jika tak ingin kupanggil gadis kecil!" orang itu berkacak pinggang.

"Baiklah Om!"

"Hei!!!" orang itu melotot. "Jangan panggil aku Om!"

"Oke... Tuan!" jawabnya.

"Nah, itu lebih baik," katanya.

"Tunggu! Apa yang kau lakukan di sini?" tambahnya.

"Tentu saja berjalan Tuan, apa Tuan katarak?" Tasya memiringkan kepalanya dan menatap Tuan tampan yang ada di depannya.

"Shit!" umpatnya. "Maksudku, apa yang kau lakukan di tengah jalan? Apa kau mau bunuh diri? Hah?!"

"Tuan tampan. Sudah kubilang, kalau aku sedang berjalan. Bukan bunuh diri!" Tasya ikut berkacak pinggang.

Orang itu menghela nafas panjang, "Nona, mengapa tadi kau berjalan di tengah jalan?" tanyanya dengan manis.

"Oh itu, asmaku kambuh Tuan. Jadi, aku tidak fokus pada jalanan, "jelasnya.

"Tuan? Bolehkah aku menumpang di mobilmu?" tambahnya.

"Apa?? Kau sudah hampir membuatku celaka. Sekarang malah minta menumpang?!" gerutunya.

Tasya tersenyum manis, seperti orang yang tak bersalah, "Ku mohon Tuan, antarkan aku pulang. Bagaimana kalau asmaku kambuh? Nanti, malah bertemu orang seperti Tuan lagi..." bujuknya, matanya memelas kasihan dan berkedip-kedip imut. Siapapun yang melihatnya, pasti akan luluh... mungkin?

"Tidak bisa!" bentaknya.

"Ku mohon Tuan, ban mobilku bocor. Jadi, aku terpaksa jalan kaki. Kalau Tuan mengantarku pulang. Aku akan membayar Tuan seratus ribu? Gimana Tuan?"

"Cih! Aku tidak butuh uangmu. Pergilah! Aku sibuk!"

"Hei, Paman ini sombong sekali!" Tasya mengerucutkan bibirnya.

"Apa kau bilang?!! Sudah kubilang jangan memanggilku dengan sebutan Paman!" bentaknya sambil mencengkram tangan Tasya.

Tasya melepaskan tangannya dari cengkraman orang itu. "Tuan ini, tampan-tampan tapi galak!" ucap Tasya dengan ketus.

"Terserah!" orang itu meninggalkan Tasya, dan masuk ke dalam mobilnya.

"Selamat tinggal Tuan galak! Jangan sampai kita ketemu lagi!" teriak Tasya, melambai-lambaikan tangannya ke arah mobil yang ditumpangi orang itu.

"Dih! Siapa juga yang ingin bertemu dengannya lagi!" gumam orang itu.

***

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Little Peony

Little Peony

Halooo Thor salam kenal dari Crushed by CEO dan Shadow ya ✨✨✨

2021-07-21

0

❤️yoomi❤️

❤️yoomi❤️

aku mampir thooorrr

2021-06-12

1

Anugrah Galuh Fitriana

Anugrah Galuh Fitriana

kyknya seru nih aku favorit dehh😁

2021-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!