Hari ini adalah hari pertama Tasya bekerja. Meskipun tak terbiasa membersihkan rumah, dengan telaten Tasya menyapu lantai tempat ia bekerja. Setelah itu ia mengepel di lantai tiga. Nampak sesekali ia mengusap keringat di dahinya.
"Tasya, pagi ini akan ada meeting, tolong selesaikan dengan cepat pekerjaanmu!" kata Tuti.
"Baik Bu!" jawabnya.
Tasya segera menyelesaikan pekerjaannya. Setelah itu, ia pergi ke dapur.
"Dengar-dengar Tuan Bos akan segera menikah katanya," kata Riri.
"Ia benar. Aku dengar sendiri dari mulut Tuan dan sekretarisnya," ujar Yuli.
"Kamu menguping pembicaraan mereka?" tanya Riri.
"Bukan nguping! Hanya kebetulan melewat saja, jadi sekalian aku dengar..." bantah Yuli.
"Ck, itu sama saja Yul..." ucap Riri, memutar bola matanya.
"Eh... eh... Tasya, gimana hari pertama kamu? Capek ya?" tanya Yuli.
Tasya sedari tadi hanya mendengar gosipan mereka akhirnya ditanya. "Ya... beginilah Kak," lirihnya sembari tersenyum.
"Kalian, buatkan kopi untuk Bos dan tamunya." Ucap Tuti, tiba-tiba masuk ke dapur dan memberi perintah.
"Baik Bu..." jawab mereka. Tuti langsung meninggalkan dapur itu.
"Siapa yang mau ngantar kopi ke lantai lima?" tanya Riri.
"Bagaimana kalau kamu Tas..." ujar Yuli.
"Saya?" ucapnya sembari menyentuh dada.
"Iya, kamu kan baru di sini. Jadi, sekalian saja kamu yang antar kopi. Kamu belum pernah ke lantai lima kan?"
Ia mengangguk, "Tapi, saya tidak tahu ruangan mana yang harus saya antarkan kopi," tuturnya.
"Itu lho... ada pintu yang tulisannya CEO." Kata Yuli.
"Oh, kalau begitu baiklah. Saya akan buatkan kopinya dulu." Kata Tasya. Tasya memang bisa membuat kopi dan memasak beberapa jenis makanan. Semua itu karena diajari oleh Ratih.
Setelah membuat kopi, Tasya membawa kopi-kopi itu dengan hati-hati.
"Semangat Tasya! Hati-hati!" ucap Yuli menyemangati.
"Iya Kak!" sahutnya.
Tasya sampai di lantai lima menggunakan lift. Sebenarnya, ia merasa gugup. Ini, pertama kalinya ia bekerja di sebuah perusahaan besar. Ia mengetuk pintu bertuliskan CEO itu.
"Masuk!" sahutan dari dalam.
Tasya menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap siapa-siapa saja yang ada di dalam. Tasya mulai meletakkan cangkir-cangkir berisi kopi itu dengan rapi.
"Ya! Nanti saya akan ke sana," ucap Tuan CEO pada teleponnya.
Tasya segera pergi dari ruangan CEO yang nampak beraura dingin itu. Ia mengelus dadanya dan bernapas lega. Lalu kembali ke dapur.
"Wah... Tasya, gimana?" tanya Riri menyambut kedatangan Tasya.
"Gimana apanya ya Kak?" tanyanya balik.
"Itu... Tuan Bos... gimana? Ganteng ya?!" ucap Riri.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Yuli, menyenggol lengan Riri.
"Ya... ingin tahu pendapatnya saja, Yul!" jawabnya. "Gimana Tas?" tanyanya lagi.
"Ng... saya tidak memperhatikan wajah beliau Kak!" jawabnya.
"Ih... kenapa? Padahal ya, kalau kamu lihat wajahnya. Pasti kamu langsung jatuh cinta!" ujar Riri, kecewa.
"Ri, wajar saja. Tasya kan baru hari ini kerja. Mungkin dia belum berani menatap Tuan Bos kita." Kata Yuli.
"Benar juga..." gumamnya.
***
Hari berikutnya, seperti kemarin. Tasya menyapu, mengepel, membersihkan kaca. Hari ini kedekatannya dengan para OG lain menunjukkan perkembangan. Tasya sudah tidak terlalu canggung lagi pada mereka. Namun, Tasya tetap memanggil mereka Kakak.
Pukul 12 siang mereka beristirahat. Teman-temannya menunaikan ibadah shalat. Namun, karena Tasya masih berhalangan. Ia memutuskan untuk tetap di dapur. Tasya membuatkan makanan untuknya dan teman-temannya. Di dapur, memang hanya ada mie untuk para OB/OG dan para karyawan. Jika ingin memakan makanan selain itu, mereka harus membelinya sendiri.
Teman-temannya nampak sudah kembali dari mushola. Tepat dengan itu, mie yang dibuat Tasya sudah siap disajikan. Teman-temannya sangat senang. Mereka berterima kasih padanya. Mereka menyantap mie itu bersama-sama.
"Hei kalian... di panggil Tuan Bos. Katanya yang tadi buatkan kopi disuruh menghadap ke ruangan Tuan Bos." Ucap Tuti terburu-buru.
Deg!
"Sa-saya Bu! Saya yang buat..." ucap Yuli, ia menelan salivanya.
"Apa kamu membuat kesalahan pada Tuan Bos?" tanya Tuti, berkacak pinggang.
"Ti-tidak Bu! Saya tidak tahu. Saya tidak merasa membuat kesalahan."
"Sebaiknya kamu segera ke ruangannya!"
Yuli pergi meninggalkan teman-temannya. Ia segera ke ruangan bosnya. Yuli mengetuk pintu yang terbuka.
"Tuan memanggil saya?"
Ia membalikan badannya, "Ya." Jawabnya singkat.
"A-apa saya me-melakukan kesalahan Tuan?" Yuli menunduk.
"Tidak, kamu tidak membuat kesalahan." Ia menatap Yuli dengan tatapan dingin. "Saya hanya ingin bertanya, mengapa rasa kopi buatanmu berubah-ubah?"
"Berubah-ubah Tuan?" Yuli menengadahkan kepalanya.
Ia mengangguk, "Saya ingin rasa kopi yang kemarin kamu buat."
"T-tapi Tuan, kemarin bukan saya yang membuatnya. Yang membuat kopi kemarin adalah OG baru," jelasnya.
"Kalau begitu, suruh dia untuk membuatkan kopi yang sama untuk saya."
"Baik Tuan!" Yuli segera meninggalkan ruangan itu.
Yuli menghela nafas lega, "Kukira dia akan marah," gumamnya.
Yuli telah sampai di dapur. "Tasya kamu disuruh buatin kopi sama Tuan Bos!"
"Iya Kak!" Tasya langsung membuat kopi.
"Kopi yang kamu buat, bahannya sama dengan yang sering aku dan Riri buat. Tapi mengapa Tuan Bos hanya ingin kopi buatanmu?" ucap Yuli sambil memperhatikan Tasya yang sedang membuat kopi.
"Emang Tuan bilang gitu sama kamu Yul?" tanya Riri.
"Iya, kukira dia akan memarahiku. Ternyata cuma bertanya soal kopi..." ujarnya.
"A-apa Kak Yuli marah padaku?" tanya Tasya gugup.
"Untuk apa aku marah? Sepertinya lidah Tuan Bos sedang bermasalah. Kopi buatan kita itu sama, tapi kenapa dibilang berbeda?" Yuli tidak mengerti, apa bedanya kopi yang dibuatnya dengan yang dibuat Tasya? Perasaan sama saja. Tidak ada bahan yang berbeda di dalamnya.
"Ka-kalau begitu aku akan antarkan kopi ini dulu." Tasya meninggalkan mereka. Sebenarnya Tasya merasa heran pula, benar dengan apa yang dikatakan Kak Yuli. Kopi yang mereka buat itu sama bahannya. Tapi, mengapa rasanya bisa berbeda?
Tasya mengetuk pintu CEO.
"Masuk!!"
"Permisi Tuan, saya mengantarkan kopi untuk Tuan."
"Ya," jawabnya singkat sembari fokus pada laptopnya.
Tasya meletakkan cangkir kopi itu.
"Tunggu, kamu OG baru di sini?" tanyanya masih fokus pada laptopnya.
"Iya Tuan. Saya baru bekerja kemarin," jawabnya masih tak berani melihat tuannya.
Ia menyeruput kopinya, "Kopi buatanmu enak." Pujinya.
"Terima kasih Tuan."
"Ya, kam--" ia menengok ke arahnya. "Lho... kamu?!" ia langsung berdiri dari kursi kerjanya.
Tasya tersentak dan otomatis melihat ke arahnya juga. "Tuan?!" matanya melotot.
"Kalau aku tahu dia yang membuatkanku kopi. Aku tak akan memujinya!" gerutunya dalam hati.
"Jadi kamu OG baru itu? Kalau aku tahu itu kamu sejak awal. Aku tidak ingin meminum kopi buatanmu!" ucap Angga dengan ketus.
"Kuralat perkataanku, kopi buatanmu tidak enak sama sekali!" mata elangnya menatap tajam Tasya.
"Hei Tuan Galak!"
.
Happy reading 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
mami Fauzan
sering berantem Tar klo GK ketemu pst kangen tuchhh ntar.....😀😀😀
2021-12-11
1
Dezy Dwi Hafiani
awas lho Ngga gara2 ngatain kopi buatan tasya ga enak bs bucin sm tasha
2021-07-29
2
Nina Puji Handayani
dari kopi turun ke hati 😁😁
2021-06-29
1