eps 5

Keesokan paginya, di kediaman Burhan.

”Tria, bangun Nak.” Burhan membangunkan Tria dengan pelan menyentuh bahunya. Ia menatap Tria dengan iba yang tertidur meringkuk di teras rumah, saat ia membuka pintu rumah.

”Um!” Tria terbangun. Perlahan matanya terbuka, ia melihat Burhan duduk berjongkok di depannya. Tria bergegas bangun dan duduk.

”Pa, maafin, Tria! Tolong... jangan mengusir Tria dari rumah, Pa! Tria mohon, maafkan, Tria!” Matanya berkaca-kaca memohon pada Burhan agar tidak di usir. Burhan menghela nafas. Hatinya pedih teriris melihat Tria saat ini.

”Tria mohon, Pa! Jangan usir Tria,” ia kembali memohon pada Burhan agar tidak mengusirnya.

Mata Burhan berkaca-kaca. Ia sangat sedih melihat Tria yang tidak berdaya. Gadis kecil yang berusia 12 tahun, semalam tidur di luar, di bawah derasnya hujan, menahan rasa dingin. Bahkan untuk tinggal di rumahnya sendiri, ia harus bermohon.

”Bapak tidak mengusir kamu, Nak! Ini... ini hanya peringatan saja dari mamamu! Kedepannya... menurut lah sama mama dan Bapakmu,” ucapnya menasehati Tria. Tria mengangguk patuh.

”Iya, Pa! Tria janji... Tria akan menuruti apapun perkataan mama dan Bapak. Maafkan Tria, Pa! Tria gak akan mengulanginya... Tria janji!” Meski matanya berkaca-kaca, wajahnya sedih, namun ia memaksakan tersenyum pada Burhan.

”Bagus! Anak pintar! Sekarang... kamu masuklah ke dalam rumah, bersihkan dirimu! Papa pergi kerja dulu,” suara Burhan bergetar menahan tangis. Hatinya sangat tersentuh melihat senyuman yang di pancarkan Tria untuknya.

”Iya, Pa,” Tria berdiri melangkah dengan pelan memasuki rumah. Burhan memperhatikan setiap langkah kaki Tria, sampai langkah gadis kecil itu hilang di balik pintu.

Semalam Burhan tidak bisa tidur, ia terus memikirkan Tria yang berada di luar, apalagi hujan turun begitu deras. Biar bagaimanapun, Tria adalah anak dari abangnya dan ia bertanggung jawab atas diri Tria.

Ia memberitahu Karmila agar membiarkan Tria masuk ke dalam rumah, tetapi, istrinya menolak.

”Ma, biarkan Tria masuk. Di luar, hujan sangat lebat. Nanti dia sakit,” Burhan membujuk Karmila untuk membiarkan Tria masuk ke rumah.

”Sesekali biarkan anak tidak tau di untung itu merasakan bagaimana berada di luar sana! Jadi... dia tidak akan berani lagi untuk melawan atau membentak ku! Biarkan dia belajar arti kesopanan dan kepatuhan! Biarkan dia di luar semalaman! Dengan begitu dia akan nurut tidak akan membangkang! Lebih baik, Papa tidur saja!!” Karmila menolak Tria masuk ke rumah.

Burhan bergegas pergi bekerja setelah ia memastikan di dalam sana tidak terjadi keributan dengan masuknya Tria di dalam rumah. Ia bisa tenang pergi ke luar kota.

Tria kembali menghela nafas sambil memejamkan mata setelah ingatannya tentang peristiwa pilu yang ia terima ketika dirinya berusia 12 tahun.

Semenjak hari itu... aku selalu berhati-hati bekerja dan berbicara di rumah ini.

Samar-samar telinga Tria mendengar suara gelas yang jatuh di lantai, dari arah dapur. Tria bergegas pergi ke dapur.

Di dapur.

”Yuli?” Tria terkejut melihat Yuli masuk dapur, bahkan Yuli sedang berusaha membuat kopi.

Ada apa dengan Yuli hari ini? Tumben dia ke dapur dan membuat kopi sendiri. Biasanya dia selalu berteriak padaku untuk di buatkan minuman untuknya.

Lihatlah, di lantai ada pecahan gelas. Di tempat cuci piring sudah terdapat empat gelas yang kotor bekas kopi. Dan sekarang dia mengambil dua gelas bersih lagi untuk membuat kopi. Untuk siapa kopi itu?

Tria menghampiri Yuli. ”Biar aku aja kak yang buat kopinya,” ucapnya. Ia mengambil gelas yang di ambil Yuli tadi. Dia menaruh gula dan kopi di dalam gelas dengan takaran tepat. Yuli memperhatikan takarannya.

”Untuk siapa kopi ini, kak?” Tria menuangkan air panas di dalam gelas yang sudah terisi gula dan kopi tersebut. Kemudian, Tria mengaduknya.

”Tidak usah banyak tanya! Kalau sudah selesai... berikan padaku! Kamu... pergilah! Eh, sebelum pergi... bersihkan pecahan gelas itu,” Yuli berkata ketus. Tria menghela nafas.

”Ini kopinya,” Tria menyerahkan dua gelas kopi itu pada Yuli.

”Hum!” Yuli menggeser tubuh Tria sedikit, lalu, ia mengangkat nampan yang berisi dua gelas kopi tersebut dan pergi dari dapur, tanpa mengucapkan terima kasih untuk Tria.

”Langsung pergi begitu saja? Tidak perlu kah mengucapkan terima kasih untuk ku?” Tria membersihkan pecahan gelas dan mencuci gelas yang kotor akibat Yuli.

Tapi... untuk siapa ya kedua kopi tersebut? Apakah ada tamu yang datang?

Tria penasaran. Ia pergi ke depan setelah mencuci gelas kotor.

Di depan, di ruang tamu.

”Ini kopinya... Om Fadil, kak Rio.” Yuli menaruh gelas kopi di hadapan Rio dan Fadil.

”Terima kasih,” ucap Rio.

Kening Tria mengerut mendengar suara pria yang ia kenal. Ia penasaran, langkahnya di percepat.

”Ternyata kamu pandai membuat kopi. Biasanya anak perempuan jaman sekarang sangat jarang tahu membuat kopi,” ucap Fadil memuji Yuli. Yuli tersenyum senang di puji Fadil.

Tria terkejut setelah sampai di depan bibir ruang tamu, ia melihat Rio. Tebakannya memang benar, suara pria yang ia dengar adalah suaranya Rio, teman sekaligus pria yang dalam diam ia cintai.

Rio! Apakah Yuli dan Rio saling mengenal? Om Fadil juga datang bertamu, bukankah om Fadil akan datang setelah aku berusia 20 tahun? Kenapa tiba-tiba on Fadil datang?

Tria masih berdiri di bibir ruang tamu memperhatikan Rio dan Fadil.

”Silahkan di minum kopinya Om, Rio,” Yuli mempersilahkan Rio dan Fadil untuk mencicipi kopinya.

”Terima kasih, Nak Yuli,” sahut Fadil.

”Tambah cantik saja anakmu ya, Pak Burhan,” ucapnya lagi memuji Yuli. Yuli tersenyum malu.

Karmila dan Burhan ikut tersenyum senang mendengar pujian Fadil untuk Yuli.

”Alhamdulillah, Pak Fadil. Kecantikannya, turunan dari ibunya,” sahut Burhan.

”Hahahaha! Iya, kamu benar! Kecantikan anak perempuan turunan dari ibunya dan ketampanan anak laki-laki turunan dari ayahnya,” sambung Fadil.

”Hahahaha! Benar sekali ucapan Pak Fadil,” sahut Burhan.

Fadil mengambil cangkir kopinya dan meneguknya. Ia tidak sengaja melihat keberadaan Tria di depan bibir ruang tamu, saat matanya melihat ke bagian dalam rumah.

”Eh, Nak Tria! Sini, Nak... mari... duduk di samping Paman,” ia memanggil Tria. Tria menurut, ia melangkah menghampiri Fadil.

Rio mendongak melihat Tria saat ayahnya memanggil nama wanita itu. Ia tersenyum manis melihat sahabatnya itu sekaligus wanita yang ia cintai dalam diam.

Yuli dan Karmila tidak senang dengan kehadiran Tria di sana.

”Mengapa kamu tidak menyapa Paman? Bagaimana kabar mu?” tanya Fadil setelah Tria duduk di sampingnya.

”Tria baik-baik saja, Paman.” Jawab Tria.

”Dulu... terakhir melihat mu di usia 12 tahun, masih kecil. Sekarang, usia mu sudah 18 tahun... kamu tumbuh dengan sangat baik... juga cantik! Apa kamu masih sekolah?”

”Tidak, Papa! Em... maksud ku... Tria sudah lulus sekolah, sama-sama dengan Rio, Pa.” Rio yang menjawab langsung pertanyaan Fadil mewakili Tria.

Tria terdiam dalam terkejutnya. Ia tidak menyangka jika Fadil, pengacara ayahnya adalah papanya Rio.

Ja, jadi... Rio adalah anaknya Om Fadil? Oh, iya, nama orang tuanya Rio adalah Mina dan Fadil. Kenapa aku bisa lupa itu? Hanya saja... aku tidak menyangka... jika Fadil itu adalah Fadil pengacara almarhum ayah. benak Tria.

”Oh, yah? Kamu sudah lulus? Kamu dan Rio saling kenal?” Selidik Fadil. Ia juga tidak menyangka jika Tria dan Rio ternyata satu sekolah bahkan sekelas.

”Iya, Paman! Tria sudah lulus sekolah. Rio dan Tria satu kelas,” jelas Tria.

”Rupanya... Pak Fadil gak tahu juga ya kalau Rio dan Tria satu sekolah juga satu kelas?” Ucap Burhan.

”Benar, Pak Burhan. Aku tidak tahu... aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku. Jadi... aku kurang memperhatikan teman-teman dari anakku sendiri,” terang Fadil.

”Padahal, Tria sering datang ke rumah kita untuk kerja kelompok loh, Pa!” Ungkap Rio.

”Ya, meskipun dia cuma sebentar saja datangnya... setelah kerjakan tugas, ia langsung pulang. Makanya Papa gak pernah bertemu dengan Tria saat Tria datang di rumah kita,” ungkapnya lagi.

”Oh, yah? Berarti kita berdua gak jodoh untuk bertemu di rumahnya Paman ya Tria,” sesal Fadil.

”Mungkin itu benar, Paman,” sahut Tria.

”Oh, iya! Rio... Tria ini adalah anak dari klien sekaligus sahabatnya Papa dulu, Marzuki,” Fadil menjelaskan hubungan antara Tria dan dirinya pada Rio.

Kening Rio mengerut. ”Marzuki? Papanya Tria... bukankah...” Rio menghentikan ucapannya mencoba memahami ucapan papanya.

”Yang ada di depan mu sekarang ini adalah orang tua angkat dari Tria... Burhan dan Karmila. Sementara orang tua kandung Tria adalah Marzuki dan Nur Hasanah... mereka berdua sudah lama meninggal,” ungkap Fadil. Ia mengerti maksud Rio yang melihat Burhan dan Karmila.

”Sudah lama meninggal...” Rio mengulang kembali perkataan terakhir papanya.

”Iya. Ibu kandung Tria meninggal sewaktu Tria masih sekolah dasar kelas tiga SD. Dan ayahnya meninggal sewaktu Tria masih duduk di bangku kelas enam SD. Sebelum almarhum ayahnya meninggal, Tria di titipkan pada Burhan dan Karmila, adik angkat dari almarhum Marzuki,” jelas Fadil. Rio terdiam sambil melihat Tria.

Ternyata.. kamu tinggal di rumahmu sendiri dengan orang tua angkat mu, yang tadinya... aku mengira mereka adalah orang tua kandungmu. Dan mereka memperlakukanmu seperti itu di rumahmu sendiri, bagaimana kamu menjalani hidupmu, Tria? Tria... benak Rio. Ia iba terhadap kehidupan Tria.

”Oh, ternyata begitu,” ucap Rio dengan sedih. Rio masih menatap Tria. Tria menyadari Rio melihatnya saat ia memutar wajah melihat Rio.

Apa arti dari tatapan mu, Rio? Apa kamu mengasihani ku? Aku memang pantas untuk dikasihani. Aku... yang tinggal bersama orang tua angkat ku, di rumah ku sendiri dan mereka memperlakukanku seperti pembantu. Dan aku tidak berdaya untuk melawannya, aku hanya berharap suatu saat aku bisa keluar dari rumah ini dan mencari kebahagiaan ku sendiri. benak Tria.

Yuli tidak senang melihat Rio yang terus melihat Tria. Ia marah dan cemburu. Terlebih lagi... ia tahu jika Rio mencintai Tria. Kabar itu ia dengar dari sepupu Rio, temannya Yuli.

”Oh, iya, Pak Fadil. Apa ada tujuan tertentu hingga Bapak menyempatkan diri berkunjung kemari?” tanya Burhan.

”Oh, tidak ada tujuan khusus, Pak Burhan. Kebetulan saja saya lewat di sini. Jadi... saya berfikir untuk sekalian mampir sebentar untuk melihat keadaan sekeluarga saja. Rupanya... lama tidak bertemu, ternyata anak-anak mu tumbuh dewasa dan cantik-cantik,” jawab Fadil.

”Hahaha. Pak Fadil bisa aja! Alhamdulillah, saya dan istri merawat mereka bertiga dengan sangat baik,” sahut Burhan

Kenyataannya kamu membedakan antara anak angkat mu dan anak kandungmu, Paman! Kamu berlaku tidak adil pada putri-putrimu. benak Rio sambil memandang Burhan dengan marah.

”Ternyata... almarhum tepat memberikan tanggung jawab anaknya padamu. Padahal... jika saja kalian menolak untuk merawat Tria 6 tahun yang lalu, saya siap untuk merawatnya,” ucap Fadil sambil melirik Tria.

”Hehehe, masih ada Pamannya di sini yang mau merawatnya, Pak Fadil.” Karmila yang menyahuti.

”Kopinya silahkan di minum, Rio, Pak Fadil, keburu kopinya dingin,” ucapnya lagi, mengingatkan Rio dan Fadil pada kopi mereka.

”Ah, iya, hampir lupa,” Fadil meraih cangkirnya dan meminumnya sampai habis. Rio juga melakukan hal yang sama, menghabiskan kopinya yang masih hangat itu.

”Terima kasih, Pak Burhan, Bu Karmila, Yuli atas kopinya. Kami berdua pamit dulu... sudah terlalu lama kami berada di sini.” Fadil berpamitan.

”Ah, iya, Pak Fadil. Jangan sungkan-sungkan! Seringlah mampir ke sini di waktu luang,” sahut Burhan.

”Insya Allah, saya akan berkunjung lagi,” Fadil melihat Tria. ”Tria, Paman pulang dulu,” pamitnya.

”Iya, Paman. Hati-hati di jalan!” Sahut Tria.

Fadil dan Rio berdiri, Burhan dan Karmila ikut berdiri, begitu pula dengan Tria dan Yuli, mereka ikut berdiri.

Burhan dan Karmila mengantar Fadil dan Rio hingga di teras rumah. Tria pergi ke kamarnya setelah ia membawa gelas kotor di dapur.

Burhan dan Karmila kembali ke ruang tamu, mereka berdua duduk di kursi, menemani Yuli mengobrol

”Mama perhatikan kamu terus menatap Rio. Apa kamu suka dengan anaknya Fadil itu? Hum?” Karmila menggoda Yuli.

”Apaan sih, Ma! Yuli kan hanya melihatnya saja... kenapa Mama langsung artikan aku suka?” Yuli mengelak mengakui jika ia memang mencintai Rio. Namun, ekspresi wajahnya tidak bisa menutupi rasa sukanya pada pria tampan yang baru datang bertamu di rumahnya itu.

”Hahahaha! Pa, lihatlah anakmu! Anakmu ini sedang malu mengakui perasaannya!” Karmila menggoda Yuli.

”Apakah itu benar, Yuli? Kamu menyukai Rio, Nak?” tanya Burhan.

”Dia sedang malu untuk mengakuinya, Pa. Tapi, cobalah lihat ekspresi wajahnya yang jujur itu, dia menyukai Rio,” Karmila yang menjawab, mewakili Yuli.

”Mama!” Yuli merasa malu.

”Em...Pa, Ma, Yuli memang mencintai Rio. Perasaan Yuli sudah lama untuk dia,” ia akhirnya jujur mengakui perasaannya.

”Sudah lama? Berarti kamu sudah lama mengenal Rio, Nak?” Selidik Karmila.

”Iya, Ma. Yuli mengenalnya, dia adalah sepupunya teman ku. Aku juga pernah datang ke rumahnya Rio bersama teman ku itu. Dari situlah Yuli melihat dia dan menaruh hati padanya,” ungkap Yuli.

”Jika kamu serius, Papa akan mencoba untuk menjodohkan mu dengan dia. Papa akan mencoba berbicara dengan Fadil.” Ucap Burhan. Yuli tersenyum senang.

Bapak dan Mama mendukung ku! Ini bagus. Jadi... aku tidak perlu repot-repot untuk mengejar cinta Rio. benak Yuli.

”Iya, Pa. Mama sangat setuju! Kalau bisa segeralah, Pa! Jangan di tunda-tunda!” Karmila menegaskan Burhan.

”Terserah Bapak saja, Yuli menurut saja,” ucap Yuli.

”Baiklah! Jika ada waktu Papa, Papa akan membicarakan langsung dengan Fadil. Papa ke kamar dulu, mau cek pekerjaan Bapak tadi.” Burhan beranjak berdiri dan langsung pergi dari ruang tamu. Meninggalkan Yuli dan Karmila.

”Tapi, Ma! Sepertinya Rio menyukai Tria,” ucap Yuli, wajahnya cemberut.

”Mama juga bisa melihat itu tadi, kamu tenang saja! Mama punya ide untuk mengubur perasaan Rio pada Tria.” Karmila tersenyum licik memikirkan idenya.

”Mama punya ide apa?” Yuli penasaran.

”Ini urusan Mama! Kamu pergilah istirahat! Mama ingin menemani papa mu melihat kerjaannya.” Karmila berdiri dan melangkah pergi ke kamar meninggalkan Yuli sendirian di kursi.

Selain papa membicarakan perjodohan ku dengan Rio, aku juga akan berusaha untuk mencari perhatian pada orang tua Rio. Untuk mempermudah di terimanya aku di keluarga mereka. benak Yuli.

Di kamar Tria.

Drrrrrt drrrrrt! Tria terbangun mendengar suara ponselnya berbunyi. Dengan malas, ia meraih ponselnya. Namun, panggilannya telah berhenti. Ia melihat waktu di layar handphonenya, pukul 05 : 30.

Drrrrrt drrrrrt! Kembali terdengar nada ponselnya berbunyi. Ia melihat jelas di layar tertulis ”Rio memanggil...” Ia mengangkat telfon tersebut.

”Halo! Assalamu 'alaikum, Rio.”

”Wa 'alaikum salam, Tria! Apa aku menganggu mu?”

”Tidak! Ada apa, Rio? Mengapa menelfon?”

”Kamu baru bangun atau... sedang menangis? Suaramu kok serak begitu?” Selidik Rio, ia khawatir saat mendengar suara nada Tria yang serak.

”Aku baru bangun tidur! Tidak usah khawatir! Ada apa menelfon?”

”Kamu tidak berbohong padaku?” Rio memastikan.

”Tidak, Rio!” Sahut Tria dengan kesal.

”Kamu kesal karena aku bertanya begitu?” Rio tidak terima.

”Tidak, ada apa kamu menelfon?” Untuk ketiga kalinya Tria menanyakan maksud Rio menelfon nya.

”Bagaimana? Apa kamu sudah mempersiapkan keperluan yang akan kamu bawa besok untuk kita berlibur?”

”Aku sudah persiapkan semuanya, hanya saja aku belum izin sama mama dan papa. Rencananya... sebentar malam baru aku izin.”

”Oh, nanti beri tahu aku setelah kamu sudah izin sama mereka. Soalnya... besok aku yang akan menjemput kamu.”

”Tidak perlu Rio!” Tolak Tria. Rio tidak senang di tolak.

”Kalaupun mama dan papa mengizinkan aku pergi... kemungkinan papa yang akan mengantarku ke sana,” lanjutnya menjelaskan.

”Besok aku akan tetap menjemput mu, kamu di izinkan pergi atau tidak... aku tetap ke sana menjemput mu! Jadi kamu bersiaplah untuk ku jemput besok.” Ucap Rio dengan marah.

”Tapi, Rio__” Tut tut tut. Tria melihat layar handphonenya, ternyata pria itu telah memutuskan sambungan telfonnya.

Tria menghela nafas. ”Sepertinya dia sedang marah.”

Terpopuler

Comments

Miah Restiana

Miah Restiana

lanjut..

2021-09-25

1

Fathia Nur Jannah

Fathia Nur Jannah

Lanjut

2021-04-27

8

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

semangat ka😘👌

2021-03-29

2

lihat semua
Episodes
1 eps I
2 eps2
3 eps3
4 eps 4
5 eps 5
6 eps6
7 eps 7
8 eps8
9 eps9
10 eps10
11 eps11
12 eps12
13 eps 13
14 eps14
15 eps15
16 eps 16
17 eps 17
18 eps18
19 eps19
20 eps20
21 eps21
22 eps22
23 eps23
24 eps24
25 eps25
26 eps26
27 eps27
28 eps28
29 eps29
30 eps30
31 eps31
32 eps32
33 eps33
34 eps34
35 eps35
36 Eps36
37 eps37
38 eps38
39 eps 39
40 eps40
41 eps 41
42 eps 42
43 eps 43
44 eps 43
45 eps44
46 eps 45
47 eps 46
48 eps47
49 eps48
50 eps49
51 eps 50
52 eps51
53 eps52
54 eps53
55 eps54
56 eps55
57 eps56
58 eps57
59 eps57
60 eps58
61 eps59
62 eps60
63 eps61
64 eps 62
65 eps 63
66 eps64
67 eps65
68 eps 66
69 eps67
70 eps 68
71 eps 69
72 eps 70.
73 eps71
74 eps72
75 eps73
76 eps74
77 eps75
78 eps76
79 eps77
80 eps78
81 eps79
82 eps80
83 eps81
84 eps82
85 eps83
86 eps84
87 eps85
88 eps86
89 eps87
90 eps88
91 eps89
92 eps90
93 eps91
94 eps 92
95 eps 93
96 eps 94
97 eps 95
98 eps 96
99 eps97
100 eps98
101 eps 99
102 eps 100
103 eps101
104 eps 102
105 eps 103
106 eps 104
107 eps 105
108 eps 106
109 eps 107
110 eps 108
111 eps 109
112 eps 110
113 eps 111
114 eps 112
115 eps 113
116 eps 114
117 eps 115
118 eps 116
119 eps 117
120 eps 118
121 eps 119
122 eps 120
123 eps 121
124 eps 122
125 eps 123
126 eps 124
127 eps 125
128 eps 126
129 eps 127
130 eps 128
131 eps 129
132 eps 130
133 eps 131
134 eps 132
135 eps 133
136 eps 134
137 Eps 135
138 eps 136
139 Eps 137
140 eps 138
141 eps 139
142 eps 140
143 eps 141
144 eps 142
145 eps 143
146 eps 144
147 eps 145
148 eps 146
149 eps 147
150 eps 148
151 eps 149
152 eps 150
153 Eps 151
154 eps 151
155 eps 152
156 eps 154
157 eps 155
158 eps 156
159 eps 157
160 eps 158
161 eps 159
162 eps 160
163 eps 161
164 eps 162
165 eps 163
166 eps 164
Episodes

Updated 166 Episodes

1
eps I
2
eps2
3
eps3
4
eps 4
5
eps 5
6
eps6
7
eps 7
8
eps8
9
eps9
10
eps10
11
eps11
12
eps12
13
eps 13
14
eps14
15
eps15
16
eps 16
17
eps 17
18
eps18
19
eps19
20
eps20
21
eps21
22
eps22
23
eps23
24
eps24
25
eps25
26
eps26
27
eps27
28
eps28
29
eps29
30
eps30
31
eps31
32
eps32
33
eps33
34
eps34
35
eps35
36
Eps36
37
eps37
38
eps38
39
eps 39
40
eps40
41
eps 41
42
eps 42
43
eps 43
44
eps 43
45
eps44
46
eps 45
47
eps 46
48
eps47
49
eps48
50
eps49
51
eps 50
52
eps51
53
eps52
54
eps53
55
eps54
56
eps55
57
eps56
58
eps57
59
eps57
60
eps58
61
eps59
62
eps60
63
eps61
64
eps 62
65
eps 63
66
eps64
67
eps65
68
eps 66
69
eps67
70
eps 68
71
eps 69
72
eps 70.
73
eps71
74
eps72
75
eps73
76
eps74
77
eps75
78
eps76
79
eps77
80
eps78
81
eps79
82
eps80
83
eps81
84
eps82
85
eps83
86
eps84
87
eps85
88
eps86
89
eps87
90
eps88
91
eps89
92
eps90
93
eps91
94
eps 92
95
eps 93
96
eps 94
97
eps 95
98
eps 96
99
eps97
100
eps98
101
eps 99
102
eps 100
103
eps101
104
eps 102
105
eps 103
106
eps 104
107
eps 105
108
eps 106
109
eps 107
110
eps 108
111
eps 109
112
eps 110
113
eps 111
114
eps 112
115
eps 113
116
eps 114
117
eps 115
118
eps 116
119
eps 117
120
eps 118
121
eps 119
122
eps 120
123
eps 121
124
eps 122
125
eps 123
126
eps 124
127
eps 125
128
eps 126
129
eps 127
130
eps 128
131
eps 129
132
eps 130
133
eps 131
134
eps 132
135
eps 133
136
eps 134
137
Eps 135
138
eps 136
139
Eps 137
140
eps 138
141
eps 139
142
eps 140
143
eps 141
144
eps 142
145
eps 143
146
eps 144
147
eps 145
148
eps 146
149
eps 147
150
eps 148
151
eps 149
152
eps 150
153
Eps 151
154
eps 151
155
eps 152
156
eps 154
157
eps 155
158
eps 156
159
eps 157
160
eps 158
161
eps 159
162
eps 160
163
eps 161
164
eps 162
165
eps 163
166
eps 164

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!