Akhir Kisah Cinta Tria

Akhir Kisah Cinta Tria

eps I

Dengan langkah terburu-buru Tria yang mengenakan seragam putih abu-abu bergegas jalan menuju sekolahnya.

Terburu-buru bukannya ia takut akan di marahi oleh guru jika terlambat datang ke sekolah, yang ia takutkan adalah akan berdempetan dengan teman sekolahnya saat berkerumun di depan dinding mading.

Hari ini adalah hari berita kelulusan bagi siswa dan siswi SMA kelas tiga. Berita kelulusan tersebut di umumkan pada dinding mading sekolah.

”Rusnani, Rusmini, Satrio Nugraha, Sutrisno, Tria Handayani,” senyum Tria merekah seketika saat membaca namanya, ”Yes, Alhamdulillah aku lulus.” Ia sangat gembira. Senyumnya tidak pernah lepas dari sudut bibirnya.

”Tria, kamu lulus?” terdengar suara seseorang bertanya padanya. Tria menoleh melihat si pemilik suara tersebut. Dia adalah Nani.

Di genggamnya erat jemari tangan Nani dan berkata, ” Iya, Nan. Alhamdulillah, aku lulus...”

Nani menyambut senang. ”Alhamdulillah, aku senang untuk mu. Gimana dengan aku, apa lulus?” Nani maju selangkah ke depan mading sebelum mendengar jawaban Tria.

Tangan kanan Tria bersandar di bahu Nani dan menjawabnya, ”Iya, kamu lulus. Em, yang lainnya juga lulus, loh!!” Tangan Tria berpindah memeluk erat tubuh Nani seraya berkata, ”Aaaa... aku sangat senang Nani! Upaya belajar kita dalam sebulan untuk menghadapi ujian, tidak sia-sia.”

Nani masih belum merespon Tria. Matanya sedang membaca daftar nama-nama yang tertera di selembaran kertas, di dinding Mading tersebut.

Matanya terbuka lebar saat menemukan namanya dan melihat nilai nya sangat bagus. Ia berbalik menghadap Tria, di peluknya tubuh Tria yang masih memeluk dirinya dan berkata, ”Ah... nilai ku tidak mengecewakan. Aku sangat senang! Alhamdulillah kita semua lulus....”

”Sudah pasti nilai kita bagus-bagus! Kalau tidak...percuma dong kita belajar sungguh-sungguh sebulan ini,” Tria menanggapi. Pelukan mereka telah terputus. Mereka kembali melihat papan mading.

Nani dan Tria menoleh ke belakang saat merasakan bahu mereka bertengger sebuah tangan dan terdengar suara yang bertanya pada mereka, ”Apa kalian berdua lulus?”

Nani dan Tria berbalik badan menghadap wanita tersebut. Mereka memandang Mini dengan wajah bersinar bahagia dan sama-sama menjawab Mini, ”Iya. Alhamdulillah, kami berdua lulus. Kamu, Rio, dan Risno juga lulus kok!! Nilai kita juga sangat bagus!”

”Iya, kah? Coba ku lihat.” Mini maju selangkah ke depan, ia membaca nama-nama yang tertera di selembaran kertas putih tersebut.

”Ah, benar! Kita semua lulus! Wah, nilai kita memang sangat bagus-bagus! Usaha belajar satu bulan terakhir gak sia-sia.” Mini berbalik ke belakang memeluk erat kedua sahabatnya, melepaskan bahagianya.

”Oh, jelas!!” Tria dan Nani merespon.

”Sabar!” Mata Mini mencari sosok seseorang. Kening Nani dan Tria mengerut mengikuti arah mata Mini memandang. ”Di mana dua pria tampan milik kita? Apa belum datang?” tanya Mini.

”Oh, kamu sedang mencari kedua pria itu?” Nani menanggapi. Mini mengangguk.

”Kedua pria kita belum datang. Mungkin sedang dalam perjalanan ke sini. Kenapa? Rindu?” Tria ikut menanggapi, menggoda Mini. Mini tersipu malu.

Nani terkekeh geli melihat Mini yang tersipu. Ia ikut menggoda sahabatnya itu, ”Ah, iya. Kamu benar, Tria. Rindunya Mini pasti sudah menumpuk untuk Risno. Kira, selama satu bulan penuh tidak bertemu dengan sang kekasih. Dan lagi, selama ujian sekolah berlangsung mereka berdua selalu bertolak belakang datangnya jika kita berkumpul. Di saat Mini ataupun Risno yang datang, salah satu di antara mereka sudah pulang duluan.”

Mini terdiam, menunduk malu di godain sama kedua sahabatnya itu. Ia tidak mengelak, ucapan kedua sahabatnya benar. Dia merindukan Risno, Sutrisno, yang sudah ia pacari.

”Wah, pagi-pagi sudah menggoda orang! Gak kasian apa?” terdengar suara seseorang dari arah belakang mereka bertiga.

Ketiga wanita tersebut tersenyum merekah dan berbalik melihat pria yang barusan bicara, pria yang sudah mereka tunggu kedatangannya. Terutama Mini, gadis itu terasa sangat bahagia melihat kekasihnya datang.

”Ah, Risno! Em...akhirnya... pria tampan ku datang juga.” Nani menyenggol lengan Mini, masih dalam mode menggoda sahabatnya itu. Tria hanya tersenyum saja.

”Udah... udah! Jangan di godain terus dong temannya! Makanya... punya pacar juga jadi tahu gimana rasanya rindu.” Risno membela Mini, kekasihnya.

Mini merasa senang di bela oleh Risno. ”Iya, benar tuh! Betah bangat menjomblo.” Ia mencibir Tria dan Nani, sahabatnya tersebut.

Tria terdiam, senyumnya berubah kecut. Ia berkata dalam benaknya. Tidak perlu berpacaran baru bisa merasakan rindu. Meski teman, tapi...jika pria itu kita sukai, bila tidak bertemu...rasa rindu akan mengobrak-abrik hati...meminta untuk bersua... matanya mencari sosok pria yang ia cintai.

”Idih, mentang-mentang ada pembela...merasa jago dia.” Nani balas mencibir Mini. Tria kembali memperhatikan ketiga sahabatnya, saat sosok yang ia cari belum terlihat.

”Eh, udah...udah! Gimana, apa kalian bertiga sudah melihat hasil pengumuman? Apa kita semua lulus? Gimana dengan nilainya? Apakah memuaskan?” Risno sengaja mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau melihat wajah kekasihnya yang menahan malu di godain terus sama Nani dan Tria.

”Eh, iya hampir lupa. Iya, Ris, ucapan mu sebelumnya benar! Kita semua memang lulus dan nilai kita bagus-bagus, loh!” jawab Tria.

”Iya, kah? Alhamdulillah! Berarti sesuai dengan perkataan sebelumnya ya, siapa nih yang janji mentraktir makan?” Risno melirik Mini.

”Rusmini...” jawab Tria dan Nani.

”Ok, tenang...tenang! Aku orang yang menempati janji kok, gak akan ingkar!” Mini tidak mengelak. Matanya mencari seseorang. Ia melanjutkan ucapannya, ”Tapi... kita harus tunggu Rio, pria itu kenapa belum datang ya?”

”Hah, apa sih yang membuat Rio sampai telat? Kita janjian jam 07.00 tepat harus sudah berkumpul disini. Kok, dia belum datang ya?” Nani berkomentar kesal.

”Udah...udah! Kita tunggu aja lagi, ini juga baru jam 06 : 46 menit. Masih ada waktu 15 menit lagi untuk dia datang.” Tria merespon.

”Baiklah, tapi... sebaiknya kita nunggunya di kantin aja deh,” usul Risno.

”Ok,” sahut Nani, Tria, dan Mini. Mereka semua berjalan menuju kantin. Sesekali Tria menoleh kebelakang, melihat sosok pria yang di nantinya itu.

Apakah sesuatu terjadi padanya? Tidak biasanya dia datang terlambat, bukankah dia yang selalu datang lebih awal? Rio... benak Tria.

Hati Tria berdetak tidak menentu memikirkan pria itu.

*

*

*

Perkenalan tokoh.

Tria Handayani Marzuki adalah seorang gadis yang mandiri, berusia 18 tahun, dan menyukai sahabatnya sendiri, Rio. Ia anak satu-satunya dari pasangan Marzuki dan Nur Hasanah.

Satrio Nugraha, ia adalah anak tunggal dari seorang pengacara, Fadillah dan Mina. Berusia 20 tahun, ia sangat menyukai sahabatnya, Tria.

Rusmini, merupakan sahabat Tria. Dia adalah kekasih dari Risno. Usianya 18 tahun, penampilannya sedikit tomboi.

Sutrisno, atau yang biasa di panggil Risno, kekasih dari Mini. Usianya 19 tahun, lebih muda satu tahun dari Rio. Dulunya, dia adalah seorang anak jalanan.

Rusnani, sering di panggil Nani, usianya 18 tahun. Ia sangat membenci lelaki yang mendekatinya untuk mengajak pacaran. Karena itulah, ia selalu lengket dengan Rio. Hingga orang berpikir Nani dan Rio berpacaran.

Tria, Nani, Mini, Risno, dan Rio, adalah sahabat semenjak masa orientasi siswa-siswi baru di sekolahnya. Mereka begitu akrab dan menjalin persahabatan sampai sekarang. Meskipun kadang persahabatan mereka sering diuji, mereka selalu bisa melewati permasalahan yang ada dengan kepala dingin dan saling mendengarkan antara satu sama lain. Itulah kekompakan diantara mereka dan yang penting lagi, mereka selalu berbagi suka dan duka bersama-sama dan saling membantu satu sama lain.

*

*

*

Di kantin sekolah.

Nani, Tria, Mini, dan Risno melangkah masuk ke dalam kantin. Mereka duduk di tempat biasa, ketika mereka datang ke kantin di jam-jam istirahat ataupun di saat nongkrong.

”Kamu pesan apa Tria?” tanya Bagas, saat ia melihat Tria dan teman-temannya duduk di kursi.

”Em... nanti, Mas. Sementara... kami duduk-duduk aja dulu. Masih menunggu teman datang,” jawab Tria.

”Oh, kalau sudah ingin pesan... bilang saja ya.” sahut Bagas. Tria mengangguk.

Bagas adalah kemenakan dari Bu Inah, sang pemilik kantin. Ia adalah seorang mahasiswa akhir yang kuliah di salah satu Universitas ternama di Medan. Ia memiliki sebuah bengkel dan juga depo air, usahanya yang ia rintis sendiri.

Bagas merupakan orang yang baik, tampan, ramah dan tidak sombong. Bagas sering sekali menyempatkan waktu untuk ketempat Bu Inah hanya untuk bertemu ataupun bercengkrama dengan Tria. Bagas sangat menyukai Tria dan sudah dua kali ia mengajaknya untuk berpacaran tapi Tria selalu menolak dengan alasan masih sekolah.

”Apa perlu menunggu Rio baru kita pesan makanan?” tanya Nani sambil melihat Risno, Mini, dan Tria. ”Jujur, aku sudah lapar,” ucapnya lagi memelas.

”Ok, kalau begitu kita makan saja. Bagaimana dengan kamu Tria? Mau makan atau nunggu Rio dulu?” tanya Risno.

”Kalau kalian mau makan, ya... kita makan bersama saja. Rio... biar dia datang baru dia makan.” jawab Tria. Namun, di hatinya berkata lain. Sebenarnya, ia ingin menunggu Rio baru makan. Tetapi, ia tidak ingin ada temannya ataupun Rio sendiri menyadari jika ia menyukai pria pemilik nama tersebut.

”Mas Bagas,” Risno memanggil Bagas saat Bagas kembali dari belakang. Bagas melangkah menghampiri Risno.

”Bagaimana?” tanya Bagas.

”Kami mau memesan makanan,” Risno melihat tiga wanita di depannya. ”Ayo, pesan apa yang ingin kalian makan,” ucapnya lagi pada ketiga wanita tersebut. Bagas melihat Tria, Nani, dan Mini, menunggu mereka berbicara.

”Aku pesan makanan yang biasa aku makan aja, Mas. Minumannya juga masih tetap,” ucap Tria, Nani, dan Mini.

Mereka tidak perlu menyebutkan satu persatu makanan dan minuman apa yang ingin mereka makan dan minum. Karena mereka tahu jika Bagas sudah mengetahui makanan dan minuman favorit dari mereka semua. Apalagi untuk menu kesukaan Tria, Bagas sangat hafal.

”Aku juga Mas, seperti biasa juga.” Risno memesan makanan dan minumannya setelah tiga wanita tercintanya.

”Oh, baiklah! Aku siapkan dulu.” Bagas berlalu dari hadapan mereka.

Dengan telaten, Bagas membantu Bu Inah menyiapkan pesanan Risno, Tria, Nani, dan Mini.

Risno mengenal Bagas karena Bagas adalah teman dari abangnya dan Bagas sering datang bermain kerumahnya. Karena itulah, Risno mendukung Bagas untuk menjalin hubungan dengan Tria, saat ia tahu Bagas menyukai Tria.

Bu Inah dan Bagas membawakan pesanan Tria dan temannya. Setelah menata makanan mereka di atas meja, Bagas ikut bergabung duduk dengan mereka.

Trrtrtrrt trrtrt! Bunyi suara handphone milik Tria berdering saat sedang menikmati makanannya. Semua mata melihat Tria.

Tria mengambil handphone dan melihat di layar tertera mama is calling. Ia menekan tombol hijau menjawab panggilan tersebut.

”Halo, Ma. Assalamu 'alaikum.”

”Wa 'alaikum salam!!” Karmila menjawab kasar.

”Ada apa Ma?” Tria tetap berkata lembut pada Karmila, meski Karmila berlaku kasar padanya.

”Cepat pulang! Sekarang!!” Karmila memutuskan sambungan telfon, setelah ia berbicara.

”Tapi Ma, Aku... Tut tut tut,” Tria terdiam saat mendengar suara sambungan telfon terputus. Ia menghela nafas sambil menarik benda pipih dari telinganya. Ia melihat layar handphonenya dengan sedih, Karmila telah memutuskan sambungan telepon di saat ia masih bicara.

Tria memasukan kembali handphone ke dalam sak celananya, wajahnya cemberut dan tampak berpikir.

Ada apa dengan mama? Mengapa menyuruh ku pulang secepatnya? Apakah ada sesuatu lagi? benaknya.

Nani, Bagas, Risno, dan Mini mengerutkan kening melihat Tria seraya bertanya serentak pada Tria, ”Kenapa?”

Tria melihat temannya dengan tersenyum di paksakan dan menjawab, ”Tidak apa-apa. Mama yang menelfon barusan, mungkin ada hal yang penting di rumah. Aku harus pulang.” Ia berdiri.

”Makanan mu?” Nani, Mini, Risno menatap Tria dengan iba.

”Em...” Tria bingung untuk menjawabnya. Ia melihat makanannya masih tersisa sedikit. Dia ingin habiskan, tetapi perintah mamanya dia harus pulang secepatnya.

”Biar saja tidak apa-apa. Aku berikan pada kucing bi Inah saja.” Risno merespon cepat melihat Tria yang bingung. Tria mengangguk.

”Maaf, aku harus pulang.” Tria merasa tidak enak meninggalkan temannya. Risno, Nani, dan Mini mengangguk terpaksa.

”Aku antar ya?” tawar Bagas.

”Tidak usah Mas. Nanti merepotkan mu,” tolak Tria.

”Tidak ada kata-kata repot untuk mu. Jangan menolak! Aku tetap mengantar mu pulang....” Bagas bersikeras.

Tanpa menunggu jawaban dari Tria, Bagas beranjak berdiri. Ia mengambil kunci motor di dalam laci Bu Inah lalu ia kembali ke meja makan Tria dan temannya.

Bagas melihat Tria dan berkata, ”Aku tunggu kamu di halaman parkir.” Ia segera pergi setelah berucap.

Tria menatap teman-temannya seakan meminta tanggapan mereka atas ajakan Bagas.

”Pulanglah! Biarkan saja Bagas yang antar kamu pulang. Kamu ingin cepat sampai di rumah juga, kan?” Nani berkomentar. Tria mengangguk.

”Jadi... pergilah dengan Bagas.” ucap Nani lagi.

Tria kembali mengangguk dan berkata, ”Baiklah, Aku pulang duluan ya. Maaf loh... aku gak bisa ikut pembahasan dengan kalian.” Ia menampakan wajah sedihnya. ” Nanti kalian beritahu aku ya hasil dari pembahasan kalian,” ucapnya lagi memelas.

”Ok. Kamu pulanglah,” sahut Risno. Nani dan Mini mengangguk mengiyakan.

Tria bergegas pergi ke halaman parkir sekolah, Bagas sudah menunggunya di sana.

*

*

*

Di halaman parkir sekolah.

”Maaf, sudah membuat mu menunggu.” Tria merasa tidak enak pada Bagas.

”Tidak apa-apa. Nih, pakai helmnya.” Bagas menyerahkan helm pada Tria. Tria mengambil dan memakai helmnya, lalu, ia naik ke atas motor.

”Pegangan!” ucap Bagas lagi. Tria menurut, ia berpegangan pada baju Bagas.

”Jangan ngebut ya, Mas,” pinta Tria.

”Iya, sayang...” sahut Bagas gemes. Ia mulai menjalankan motornya.

Tria sudah terbiasa dengan panggilan sayang yang keluar dari mulut Bagas untuknya. Ia juga tidak menyangkal kalau Bagas masih menaruh hati padanya. Meskipun sudah sering ditolak, Bagas tak pernah menyerah. Ia terus berusaha untuk memikat hati Tria.

Bukan! Bukan Tria tidak menyukai Bagas, tapi ia tidak bisa menerima dan membalas perasaan Bagas. Bukan juga karena Tria tidak berani untuk membuka hati kepada pria manapun, juga bukan karena ia takut akan patah hati jika sudah mulai mencintai. Tapi ia sudah memiliki satu pria yang menghuni relung hatinya.

*

*

*

Di kantin sekolah.

Nani, Risno, dan Mini sangat kesal karena mereka sudah lama menunggu kedatangan Rio, tapi, pria itu belum juga datang. Mereka telah lama menunggu bahkan sampai mereka telah selesai makan, Rio belum juga datang.

”Di mana Rio, ya?” Nani sudah sangat kesal. Ia melihat pintu masuk kantin, menunggu sosok Rio melewati pintu tersebut. ”Kok, Rio belum juga datang? Ini sudah lewat dari jam 07 : 00 loh.”

”Aku coba ulang telfon Rio.” Risno merogoh hapenya dari sak celananya, ia menggeser layar mencari kontak Rio.

”Hum. Telfon dia deh, sudah suntuk nih nungguin dari tadi.” Mini ikut merespon. Risno menunjukkan layar hapenya pada Mini yang menghubungi Rio. Telfon tersambung.

”Halo, Bro! Posisi di mana?”

”Masih di jalan, Bro! Bentar lagi nyampe di sekolah.”

”Oh, ok, buruan! Sudah lama nih nungguin kamu. Langsung ke kantin biasa ya kalau sudah nyampe di sekolah...”

”Ok, Bro! Siap!”

”Ok!” Risno mengakhiri panggilannya dan menyimpan kembali handphonenya.

”Bagaimana? Apa katanya? Di mana dia?” tanya Mini.

”Dia lagi di jalan, bentar lagi nyampe. Kita tunggu saja,” jawab Risno.

”Oh.” Hanya itu sahutan Mini dan Nani. Mereka menunggu kedatangan Rio.

Beberapa menit berlalu. Rio berjalan masuk ke dalam kantin.

”Sori, Bro! Aku telat.” Rio menepuk bahu Risno dan duduk di sampingnya.

”Santai aja Bro!” sahut Risno.

”Sori... aku telat! Aku salah, jangan ngambek lagi dong! Mukanya jelek bangat tau.” Rio membujuk kedua teman wanitanya yang sedang merajuk. Tapi, ia tidak berhasil memujuk Nani dan Mini, mereka masih cemberut.

”Tunggu... tunggu! Loh, kok cuman kalian berdua, di mana Tria?” Rio baru sadar jika Tria tidak ada di sana.

”Tria... Tria sudah pulang setelah mendapat telfon dari mamanya.” Risno menunjuk piring makanan Tria. ”Tuh lihat, makanannya aja gak di habis kan.”

Kening Rio mengerut melihat piring makanan Tria yang masih tersisa. Dalam benaknya ia berkata, Ada apa dengannya, ya? Apa lagi yang akan di lakukan mamanya, padanya?

Sebagai sahabat, mereka tahu tentang kehidupan yang di jalani oleh Tria. Gadis itu, hanya bersama dengan mereka saja bisa tertawa lepas dan tersenyum bahagia. Sedangkan di rumahnya, ia begitu tertekan dan terbebani oleh kedua orang tua dan kedua saudaranya.

Mereka ingin sekali membantu Tria, tapi, Tria selalu menolak. Tria tidak menginginkan itu, dia masih bisa atasi sendiri permasalahan yang menyangkut diri pribadinya.

Dan itu merupakan masalah keluarganya, mereka tidak bisa ikut campur tanpa dimintai langsung oleh Tria. Itu adalah salah satu perjanjian mereka agar persahabatan diantara mereka tetap terjalin, mereka harus saling menghormati privasi masing-masing meskipun tentang cinta.

Terpopuler

Comments

Aldin Andi

Aldin Andi

diam diam cinta... langsung saja katakan kalau cinta...nanti xesel loh kalau Rio mencoba mencintai wanita lain.

2022-04-05

0

Aldin Andi

Aldin Andi

wah...saingan cintax Rio..

2022-04-05

0

Aldin Andi

Aldin Andi

benar sekali...rindu itu sangat menyiksa....

2022-04-05

0

lihat semua
Episodes
1 eps I
2 eps2
3 eps3
4 eps 4
5 eps 5
6 eps6
7 eps 7
8 eps8
9 eps9
10 eps10
11 eps11
12 eps12
13 eps 13
14 eps14
15 eps15
16 eps 16
17 eps 17
18 eps18
19 eps19
20 eps20
21 eps21
22 eps22
23 eps23
24 eps24
25 eps25
26 eps26
27 eps27
28 eps28
29 eps29
30 eps30
31 eps31
32 eps32
33 eps33
34 eps34
35 eps35
36 Eps36
37 eps37
38 eps38
39 eps 39
40 eps40
41 eps 41
42 eps 42
43 eps 43
44 eps 43
45 eps44
46 eps 45
47 eps 46
48 eps47
49 eps48
50 eps49
51 eps 50
52 eps51
53 eps52
54 eps53
55 eps54
56 eps55
57 eps56
58 eps57
59 eps57
60 eps58
61 eps59
62 eps60
63 eps61
64 eps 62
65 eps 63
66 eps64
67 eps65
68 eps 66
69 eps67
70 eps 68
71 eps 69
72 eps 70.
73 eps71
74 eps72
75 eps73
76 eps74
77 eps75
78 eps76
79 eps77
80 eps78
81 eps79
82 eps80
83 eps81
84 eps82
85 eps83
86 eps84
87 eps85
88 eps86
89 eps87
90 eps88
91 eps89
92 eps90
93 eps91
94 eps 92
95 eps 93
96 eps 94
97 eps 95
98 eps 96
99 eps97
100 eps98
101 eps 99
102 eps 100
103 eps101
104 eps 102
105 eps 103
106 eps 104
107 eps 105
108 eps 106
109 eps 107
110 eps 108
111 eps 109
112 eps 110
113 eps 111
114 eps 112
115 eps 113
116 eps 114
117 eps 115
118 eps 116
119 eps 117
120 eps 118
121 eps 119
122 eps 120
123 eps 121
124 eps 122
125 eps 123
126 eps 124
127 eps 125
128 eps 126
129 eps 127
130 eps 128
131 eps 129
132 eps 130
133 eps 131
134 eps 132
135 eps 133
136 eps 134
137 Eps 135
138 eps 136
139 Eps 137
140 eps 138
141 eps 139
142 eps 140
143 eps 141
144 eps 142
145 eps 143
146 eps 144
147 eps 145
148 eps 146
149 eps 147
150 eps 148
151 eps 149
152 eps 150
153 Eps 151
154 eps 151
155 eps 152
156 eps 154
157 eps 155
158 eps 156
159 eps 157
160 eps 158
161 eps 159
162 eps 160
163 eps 161
164 eps 162
165 eps 163
166 eps 164
Episodes

Updated 166 Episodes

1
eps I
2
eps2
3
eps3
4
eps 4
5
eps 5
6
eps6
7
eps 7
8
eps8
9
eps9
10
eps10
11
eps11
12
eps12
13
eps 13
14
eps14
15
eps15
16
eps 16
17
eps 17
18
eps18
19
eps19
20
eps20
21
eps21
22
eps22
23
eps23
24
eps24
25
eps25
26
eps26
27
eps27
28
eps28
29
eps29
30
eps30
31
eps31
32
eps32
33
eps33
34
eps34
35
eps35
36
Eps36
37
eps37
38
eps38
39
eps 39
40
eps40
41
eps 41
42
eps 42
43
eps 43
44
eps 43
45
eps44
46
eps 45
47
eps 46
48
eps47
49
eps48
50
eps49
51
eps 50
52
eps51
53
eps52
54
eps53
55
eps54
56
eps55
57
eps56
58
eps57
59
eps57
60
eps58
61
eps59
62
eps60
63
eps61
64
eps 62
65
eps 63
66
eps64
67
eps65
68
eps 66
69
eps67
70
eps 68
71
eps 69
72
eps 70.
73
eps71
74
eps72
75
eps73
76
eps74
77
eps75
78
eps76
79
eps77
80
eps78
81
eps79
82
eps80
83
eps81
84
eps82
85
eps83
86
eps84
87
eps85
88
eps86
89
eps87
90
eps88
91
eps89
92
eps90
93
eps91
94
eps 92
95
eps 93
96
eps 94
97
eps 95
98
eps 96
99
eps97
100
eps98
101
eps 99
102
eps 100
103
eps101
104
eps 102
105
eps 103
106
eps 104
107
eps 105
108
eps 106
109
eps 107
110
eps 108
111
eps 109
112
eps 110
113
eps 111
114
eps 112
115
eps 113
116
eps 114
117
eps 115
118
eps 116
119
eps 117
120
eps 118
121
eps 119
122
eps 120
123
eps 121
124
eps 122
125
eps 123
126
eps 124
127
eps 125
128
eps 126
129
eps 127
130
eps 128
131
eps 129
132
eps 130
133
eps 131
134
eps 132
135
eps 133
136
eps 134
137
Eps 135
138
eps 136
139
Eps 137
140
eps 138
141
eps 139
142
eps 140
143
eps 141
144
eps 142
145
eps 143
146
eps 144
147
eps 145
148
eps 146
149
eps 147
150
eps 148
151
eps 149
152
eps 150
153
Eps 151
154
eps 151
155
eps 152
156
eps 154
157
eps 155
158
eps 156
159
eps 157
160
eps 158
161
eps 159
162
eps 160
163
eps 161
164
eps 162
165
eps 163
166
eps 164

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!