Beri Vote
Beri Like
Beri Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
Beri Komentar
Jika kalian menyukai cerita ini. Dukungan kalian adalah salah satu bagian untuk motivasi author dalam berkarya.
Keesokan harinya..
“Lim ponsel mu....” Carmel membangunkan Lim untuk menjawab panggilan yang membuat ponsel yang berdering hampir belasan kali.
“Biarkan saja Mel.”
“Bangun sayang...” Carmel menggoyang-goyangkan tubuh Lim agar segera bangun.
“Hoam....” Lim menguap. Dan menarik Carmel untuk berbaring lagi disisinya.
“Aku tidak ingin kemana-mana, bisakah kita disini saja berdua seharian.” Lim persis tampak seperti anak kecil yang tidak ingin berangkat sekolah sekarang.
“Tentu saja bisa.” Jawab Carmel.
Lim sangat bersemangat mendengarkannya.
“Kau memang pengertian sekali.” Lim semakin memeluk Carmel erat.
“Tentu saja. Kekasih ku adalah pemilik AB Group mana mungkin aku mengaturnya !.”
“Ya kau benar sayang.” Ucap Lim.
“Baiklah lepaskan aku sekarang. Aku ingin berangkat kerja.”
“Jangan bercanda, bukankah kau mengatakan ingin menemaniku disini sayang.”
“Lim... Kapan aku bilang begitu? Aku hanya bilang kau boleh melakukan apapun karena kau adalah pemilik AB Group. Tapi aku hanya karyawan biasa sayang. Aku tidak boleh seenaknya membolos.” Ucap Carmel, sambil tertawa karena berhasil membuat ekspresi wajah Lim berubah drastis, tapi itu sangat imut menurutnya.
Bukannya melepas, Lim malah terus-terusan mengunci Carmel dalam dekapannya.
“Lim lepaskan aku sekarang.” Pinta Carmel.
“Bagaimana jika AB Group ku berikan padamu saja. Asal kau selamanya tetap di sisiku.”
"Kau mulai gila.” Decak Carmel.
“Anggaplah aku memang gila. Tapi aku gila karena menggilaimu Carmel Abigail !.” Bisik Lim lembut.
“Kau bilang ingin berangkat sayang. Baiklah. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat.”
“Apa yang mau kau lakukan.” Carmel menyilang kan tangan menutupi tubuhnya.
Lim hanya tersenyum, lalu menarik tangan Carmel perlahan. Membuka satu persatu kancing kemeja Carmel.
“Lim...” Tahan Carmel lagi.
“Tidak apa-apa sayang.”
Lim mencium bibir ranum Carmel lembut, membuat sang empunya, memejamkan mata menikmatinya. Saat Lim mengeksplorasi isi mulutnya, Carmel hanya bisa menerima, dan sesekali membalasnya.
Lim pindah ke punggung Carmel, mengecup dan menghirup aroma tubuh wanitanya itu. Carmel memang wanita yang sempurna, segala yang dimilikinya membuat Lim tidak akan pernah bosan padanya. Fisik dan hatinya tidak pernah membuat Lim ragu sedikitpun pada perasaanya pada Carmel.
Cup.
Cup.
Cup.
“Kenapa kau seindah ini...” Puji Lim, memperhatikan tiap lekukan tubuh Carmel.
Carmel spontan mengalungkan tangan pada tengkuk Lim, dan menatap mata pria yang sudah terbakar api gairah itu.
💕Dan terjadilah sesuatu yang harus terjadi 💕
“I Love You.” Ucap Carmel, saat mata mereka saling menatap.
“Too...Honey....” Balas Lim, kemudian kembali mencium bibir merah muda Carmel.
Hampir setengah jam lebih Lim dan Carmel masih dengan permainan mereka.
Yang akhirnya terselesaikan setelah beberapa menit kemudian.
“Astaga aku hampir terlambat.” Carmel bergegas ke kamar mandi membersihkan dirinya. Sementara Lim hanya berbaring dengan santai di atas tempat tidur.
Lim mengambil ponselnya dan melihat pesan-pesan dari Caroline yang mencarinya sejak semalam.
Lim yang merasa tidak enak, akhirnya memutuskan menghubungi Caroline.
📞Memanggil Caroline...
“Lim...Kemana saja kau? Kau tidak pulang ke rumah. Kau dimana? Tega sekali, aku sangat khawatir padamu.” Belum apa-apa sudah begitu banyak kalimat yang Carol tanyakan pada Lim.
“Maafkan aku. Aku sedang di rumah teman, semalam kami terlalu banyak minum. Kau tahukan tidak ada orang mabuk yang bisa menjawab panggilan.” Ucap Lim berbohong.
“Teman yang mana? Aku tidak pernah tahu kau hobi dengan minum-minuman.”
“Jordan. Aku bersama Jordan, Sayang...Sudahlah jangan mengintrogasi ku, aku akan pulang sebentar lagi. Apa kau ingin sesuatu?.” Tanya Lim.
“Tidak. Aku hanya menginginkanmu pulang sekarang.” Ucap Carol bersedih.
Salah satu kelemahan dari Lim, ia sangat tidak bisa melihat atau mendengar Carol bersedih. Karena janjinya pada mendiang Leon Adison, ayah dari Caroline.
“Maafkan aku. Jangan bersedih. Aku akan pulang sekarang untukmu. Tunggulah sebentar lagi.” Tutup Lim, mengakhiri panggilannya bersama Carol.
Tek.
Carmel keluar dari kamar mandi. Lim menatapnya dengan perasaan yang campur aduk, satu sisi dia masih ingin bersama Carmel, disisi lain Caroline juga sedang menunggunya.
“Kenapa?.” Tanya Carmel bingung.
“Tidak apa-apa.” Jawab Lim.
“Pulanglah. Aku tahu dia mengkhawatirkan mu. Tenanglah aku baik-baik saja sekarang.” Carmel memberi ijin Lim untuk pulang.
Lim berdiri dan bersiap untuk pulang, sementara Carmel bersiap untuk berangkat bekerja.
“ Aku pulang sayang...” Pamit Lim.
“Mmh. Bye....”
Lim kembali memeluk Carmel.
“Jangan bersedih lagi... Jangan pulang malam lagi... Jika kau merindukanku katakan saja. Jangan memendam sesuatu sendiri. Katakan saja padaku.” Bisik Lim.
“Ya aku janji padamu.” Cup. Carmel mencium bibir Lim, sebelum melepaskan prianya untuk pergi lagi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Endang Priya
mungkin carmel terkesan murahan.tp entah kenapa kok aku nyesek ya dgn kondisi carmel.
2021-07-01
0
Lin Frie
knp g tidur ma caroline.. aja...pling jg nanti yg tersakiti c carmel...carmel lemah terlalu terbuai cinta ma c lim..berasa kya wanita murahan
2021-03-05
2
Dwisur
situasi yg sulit
2021-03-03
0