Beri Vote
Beri Like
Beri Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
Beri Komentar
Jika kalian menyukai cerita ini. Dukungan kalian adalah salah satu bagian untuk motivasi author dalam berkarya.
“Aku sangat merindukanmu Lim.” Caroline terus bermanja-manja dipelukan Lim. Hampir 4 bulan tidak bertemu membuat rindu semakin tak terbendung di hati Carol.
“Ya...Aku juga merindukanmu.” Ucap Lim, membelai lembut kepala Caroline.
Carol meraih tangan Lim untuk memastikan sesuatu, dia sangat senang karena cincin pertunangan mereka masih melingkar di jari Lim.
“Ada apa sayang ?.” Tanya Lim.
“Tidak apa...” Carol menggeleng.
“Kau ingin memastikan ini kan...” Lim mengangkat tangan dan menunjukan cincin ya ada di jarinya.
Carol mengangguk pelan. Lim tersenyum padanya.
“Tentu saja ini akan terus melingkar di jariku Car, bagaimana aku melepasnya, sedangkan aku tahu ada seorang wanita yang sedang melingkarkan cincin yang sama di jarinya.” Ucap Lim.
“Sayang... Kau membuat aku ingin menangis.” Carol mengusap usap matanya. Ia sangat terharu karena Lim sangat menghargai ikatan yang telah ada diantara mereka.
“Hei jangan cengeng.” Lim menghapus air mata Carol dengan ibu jarinya.
...Flashback On...
Lim dan Caroline adalah teman semasa kecil, dimana ada Lim disana pasti ada Caroline. Mereka selalu bersama hingga duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keluarga Lim dan Caroline juga sangat akrab satu sama lain, berkat kedekatan anak-anak mereka.
“Lim jika kita sudah dewasa nanti apa kau mau menikah denganku.” Tanya Carol kecil kala itu.
“Menikah ? Kurasa itu hubungan yang cukup rumit untuk orang dewasa. Aku akan memikirkannya jika sudah dewasa nanti.” Jawab Lim kecil.
Sampai suatu hari saat acara kelulusan Lim dan Caroline. Carol meminta Lim untuk ikut melanjutkan sekolah di Paris bersamanya. Tapi Lim punya mimpi lain, dan jika Carol ingin, dia bisa ikut bersama Lim.
Tapi Carol menolak, dengan harapan Lim akan mengalah dan ikut dengannya. Lim sempat terhambat karena kebimbangan hatinya sendiri. Dia belum pernah untuk tanpa Carol sebelumnya. Namun Lim jatuh pada keputusan akhirnya, dia tidak ikut bersama Carol ke Paris. Lim memilih Berlin, Jerman, tempat yang sudah sangat lama ingin ia kunjungi.
“Lim... Aku sedih sekali kau tidak ikut denganku. Aku akan sangat merindukanmu.” Carol menangis mengatakan itu pada Lim.
“Tenanglah, aku janji setelah menyelesaikan semuanya, kita akan bertemu lagi.”
“Lim. Aku mencintaimu.” Ungkap Carol.
“Ya. Aku juga.” Ucap Lim. Saat itu dia tidak benar-benar mengerti perbedaan terbiasa karena keadaan dan cinta. Yang Lim tahu, Carol adalah gadis yang terus bersamanya, dan itulah Cinta.
Karena melihat kesedihan Carol. Ayah dan ibu Lim dan kedua orang tua Carol akhirnya mengambil keputusan, untuk mengadakan acara pertunangan untuk kedua putra putri mereka sebelum mereka melanjutkan sekolah ditempat yang telah mereka pilih.
Carol sangat setuju, namun Lim masih sangat ragu, ia takut mengecewakan semuanya. Bagaimanapun ia tahu pertunangan adalah satu langkah menuju pernikahan, sedangkan ia bahkan tidak yakin dengan perasaannya pada Caroline, meskipun gadis itu telah bersamanya sejak dulu.
Ayah Carol diam-diam datang pada Lim. Dia mengatakan segalanya, termasuk dengan penyakit leukemia yang dideritanya. Paman Leon Adison, ia mengatakan sangat senang dan bahagia melihat kedekatan putrinya dan juga Lim. Leon sangat percaya hanya Lim yang bisa membuat Carol bahagia.
“Tolong jaga Carol untukku Lim. Buat dia bahagia. Jangan buat dia menangis dan terluka.” Pinta Leon.
“Paman. Kau tidak perlu khawatir, Carol akan aman bersamaku. Dia adalah tanggung jawabku.” Janji Lim pada orang tua Carol.
Dan setelah itu acara pertunangan di gelar. Lim dan Carol resmi bertunangan.
Dan beberapa tahun setelah itu Leon Adison pergi untuk selamanya.
...Flashback Off...
Di tempat lain Carmel baru saja melihat ponselnya, sudah sangat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Lim.
Carmel sangat ingin menghubungi Lim, tapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat. Lim pasti sedang sibuk menghabiskan waktu dengan Caroline saat ini.
Carmel hanya tersenyum memikirkannya, memikirkan tentang dirinya yang tidak bisa melakukan apapun, saat kekasihnya sedang bersama wanita lain.
Atau mungkin Carmel lah wanita lain itu?
Carmel sering bertanya-tanya, apakah akan ada akhir untuk kisah cinta seperti dirinya dan Lim. Pria yang bersamanya jelas bukan pria bebas lagi. Ia telah bertunangan. Meskipun itu bukanlah pernikahan, tapi Lim dan Caroline hanya perlu satu langkah lagi untuk sampai ke sana. Dan jika itu terjadi Carmel pun tidak bisa menyalahkan Lim.
Dret...Dret...Dret...
📞Panggilan masuk Lim memanggil...
Carmel yang terhanyut dalam lamunannya dibuat terkejut karena, dering dari ponselnya sendiri.
“Mel....” Ucap suara dari seberang sana.
“Ya... Maaf aku baru saja memegang ponsel.”
“Jangan bilang begitu. Itu bukan kesalahan sayang.” Ucap Lim.
“Apa kau sudah makan malam?.”
“Mel, jangan mengkhawatirkan ku. Seharusnya aku yang tanya, apa kau sudah makan, apa kau baik-baik saja disana?.”
“Tentu saja, disini aku makan sangat banyak, tidak perlu memasak.” Jawab Carmel sambil terkekeh.
“Kau ! Makanlah sebanyak-banyaknya. Jadi akhirnya kau memilih menginap dimana. Jika ada waktu aku akan mengunjungimu disana.”
“Rahasia... Aku tidak akan memberitahumu.”
“Mel....”
Tak lama muncul suara lembut wanita memanggil nama Lim. Dan Carmel hanya bisa mendengarkannya dari ponsel yang masih menempel di telinganya.
“Lim... Sayang... Apa yang kau lakukan.” Ucap Carol.
“Aku sedang menghubungi seseorang.” Jawab Lim, sementara panggilan tersebut masih tersambung pada Carmel.
“Siapa? Rekan kerjamu...?.”
Lim hanya tersenyum sambil mengangguk menjawab pertanyaan Carol, ia pun tidak ingin melukai hati wanita di seberang sana.
“Baiklah, aku menunggu mu di kamar sayang.” Ucap Carol, suaranya begitu manja dan lembut.
Tit. Carmel memutuskan panggilan dari Lim.
📞Panggilan masuk Lim memanggil...
Lagi-lagi Lim mencoba menghubungi Carmel. " huuuu..." Carmel menarik nafas panjang sebelum menjawabnya.
“Ya Lim....” Jawab Carmel datar.
“Sayang. Maafkan aku...” Sesal Lim.
“Iya aku tidak masalah Tuan Lim...”
“Kenapa kau berkata seperti itu?.” Heran
“Bukankah kau bilang aku adalah rekan bisnis mu Tuan Lim.” Ucap Carmel meledek.
“Mel. Please... Maafkan aku.” Lim kembali mengatakan maaf.
“Iya Lim. Aku paham...Aku hanya bercanda. Hoammmmmm... Aku mengantuk, bisakah kita akhiri panggilan ini sekarang.” Ucap Carmel berdalil.
“Ya. Tidurlah...”
“Bye Lim...”
“Bye... ”
“Sayang...” Lim kembali menahan panggilan.
“Ya...” Jawab Carmel.
“Aku mencintaimu Carmel Abigail. Aku merindukanmu.” Ungkap Lim.
“Aku juga.” Jawab Carmel.
Tit. Panggilan di akhiri oleh Carmel.
Lim masih duduk termenung di meja kerjanya. Ia masih saja memikirkan tentang Carmel, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sejauh ini Lim tahu Carmel adalah wanita yang tegar, dan tidak pernah mengeluh. Tapi Lim juga tidak buta untuk melihat kesedihan yang terpancar dimata Carmel.
Cup.
Caroline datang dan mencium pipi Lim.
“Kenapa lama sekali Lim.”
“Maaf. Aku masih ada pekerjaan sayang.”
“Aku baru saja datang tapi tunangan ku sudah begitu sibuk.” Carlo menunjukan wajah cemberutnya.
“Baiklah. Kita tidur sekarang.” Lim mencubit hidung Carol. Ia tidak tahan melihat wajah cemberut itu.
“Yey...” Girang Carol, menggandeng lengan Lim menuju kamar.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Endang Priya
cinta segitiga entah siapa yg bisa di salahkan disini..Lim bertunangan disaat dia blm bisa membedakan mana cinta pd lawan jenis mana sayang karna terbiasa..
2021-07-01
0
⍣⃝కꫝ🎸Riza🌍ɢ⃟꙰Ⓜʜ֟͜͡ᴠE𝆯⃟🚀⚔️⃠
aduuH nyeSeeK deH kLo jaDi caRmeL,,,peDih tp puRa2 teGaR,,,
2021-03-27
0
RinNi
kasihan carolin dikhianati mreka...😞😞😞
2021-03-21
0