Pertemuan Maya Dengan Dika.
Maya adalah seorang gadis yang baru saja berusia dua puluh tahun. Dia berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Maya tinggal dengan mamanya dan satu adik laki-lakinya. Sejak ditinggal papa nya Maya karena meninggal. Mamanya Maya lah yang banting tulang untuk membiayai kehidupan mereka bertiga yang menyebabkan mamanya sering sakit-sakitan. Setelah tamat SMA, Maya menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Dia menggantikan ibunya untuk bekerja karena kondisi tubuh mamanya tidak memungkinkan lagi untuk bekerja.
Maya bekerja sebagai pelayan di salah satu cafe ternama di kota ini. Cafe ini sering di jadikan tempat nongkrong bareng teman-teman juga sebagai tempat para pebisnis untuk mengadakan bisnis atau mendiskusikan kerja sama bisnis mereka. Cafe tempat Maya bekerja cukup rame pengunjung yang datang ke sana. Yang mengakibatkan Maya dan teman sekerjanya tidak bisa berleha-leha saat jam kerja nya dimulai. Mereka pun tidak bisa diam dan duduk sampai saat nya isoma saja. Dan itu pun tidak boleh lama-lama.
Hari ini, Maya akan pergi bekerja seperti biasanya. Sejak dari subuh tadi, Maya sudah mempersiapkan sarapan dan makan siang yang akan dimakan olehnya dan keluarganya. Walaupun dengan lauk yang sederhana, tapi Maya dan keluarganya masih dapat makan tiga hari sekali. Dengan gaji kecil Maya sebagai pelayan cafe, Maya harus bisa membagi gajinya itu untuk makan, biaya kontrakan, biaya sekolah adiknya dan biaya beli obat mamanya. Maya lah yang harus memikirkan semuanya itu.
Selesai berberes rumah dan memasak, Maya memanggil adik dan mamanya untuk sarapan bersama seperti kebiasaan mereka sejak dulu.
"Mama, Adit. Ayo kita sarapan dulu. Sarapannya sudah siap nih."Panggil Maya.
"Bentar kak, Adit mau ambil tas dulu supaya nanti sehabis makan Adit bisa langsung pergi ke sekolah."Teriak Adit dari dalam kamarnya.l
Dengan terseok seok mamanya Maya pun berjalan menuju meja makan. Dia memakai salonpas di kepalanya, memakai syal dan jaket ditubuhnya.
Melihat mamanya berjalan dengan kesusahan, Maya yang sedang menata makanan di meja pun meletakkan apa yang dia pegang dan membantu mamanya untuk duduk di kursi meja makan itu.
"Ayo ma, pelan-pelan jalannya. Kita sarapan dulu baru mama minum obat yang dari puskesmas itu ya. Supaya mama cepat sembuh dan nggak sakit-sakit lagi."Ucap Maya.
"Iya Maya. Mama pasti makan kok. Mama juga pengen cepat sembuh. Mama kasian melihat kamu harus mengerjakan semua pekerjaan rumah ditambah lagi kamu harus bekerja untuk mencari nafkah buat kita semua. Mama pengen sekali membantu kamu May. Tapi mama belum sanggup. Kamu lihat kan jalan ke sini saja mama susah."Mama Maya merasa sedih.
"Nggak apa-apa ma. Udah menjadi tugas dan tanggung jawab mencari nafkah buat kita semua. Dulu kan setelah papa meninggal mama lah yang jadi tulang punggung kita semua. Jadi sekarang, karena Maya sudah bekerja, Maya akan mengambil semua tanggung jawab mama dan mengerjakan semuanya. Mama nggak perlu ngerasa nggak enak."Jelas Maya.
"Makasih ya May. Oh ya adik kamu mana? Sudah jam enam lewat nih. Takutnya dia terlambat ke sekolahnya."Mama Maya bertanya karena memperhatikan meja makan dan tak melihat Adit anak lelakinya di meja makan itu untuk sarapan.
"Adit di sini kok ma. Maaf ya agak lama."Ucap Adit yang sudah keluar dari kamarnya dengan pakaian sekolah lengkap dan membawa tas sekolahnya di pundaknya.
"Ya sudah. Kamu cepat makannya. Nanti telat. Kamu juga Maya."Suruh mamanya Maya.
"Iya ma"Jawab Maya dan Adit serentak.
Maya dan Adit pun langsung memakan sarapan mereka. Begitupun mamanya Maya. Mereka makan tanpa bersuara dan cepat. Maya dan Adit takut terlambat.
Tak berapa lama kemudian, Maya dan Adit pun pamit pergi pada mamanya. Sebelum pergi Maya dan Adit membereskan meja makan. Mengangkat piring dan gelas kotor ke belakang dan menutup makanan yang masih bisa di makan siang. Nanti sepulang sekolah Adit lah yang mencuci piringnya.
Adit dan Maya berjalan bersamaan ke depan untuk mencari angkutan umum yang akan mereka pakai menuju ke tempat Maya bekerja dan ke sekolahnya Adit. Angkotnya Adit duluan datang, Adit pun izin duluan pergi pada kakaknya Maya. Dan Maya pun mengiyakannya.
Setelah Adit pergi, Maya masih setia menunggu angkutan umum yang akan di pakainya. Detik berganti detik, menit berganti menit, angkutan Maya pun belum terlihat batang hidungnya. Jam di tangan Maya sudah hampir menunjukkan jam kerjanya akan dimulai. Maya pun berjalan secepat mungkin ke kantornya. Karena Maya melihat uang di dompet nya tak cukup untuk naik ojek ke cafe tempat dia bekerja.
Maya berjalan dengan tergesa -gesa ke cafe itu sambil sesekali melihat jam tangannya. Dia pengen cepat sampai ke cafe tempatnya bekerja.
Di jalanan yang dilewati Maya, banyak lalu lalang mobil. Maklum saja, ibukota Jakarta memang sangat padat penduduk. Jadi wajar saja, banyak kendaraan yang berlalu lalang di sana.
Kebetulan pagi ini, Dika ada janji temu dengan kliennya. Mereka ingin bicara tentang kerja sama bisnis mereka. Karena buru-burunya Dika menjalankan mobilnya dengan cepat sambil melihat handphonenya. Karyawan Dika yang sudah sampai di lokasi meeting bolak balik menelponnya untuk menyuruhnya cepat. Dika yang panik di telpon terus begitu tak sadar kalo di depan mobilnya, Maya mau menyebrang.
,,,,,,, Ciiiiìiiiiiiiiiiittttttttt ......
Dika mengerem mendadak saat melihat ada seorang cewek yang akan menyebrang. Maya pun terkejut ada mobil yang mengerem mendadak di depannya. Maya terjatuh karena terkejut. Kaki Maya pun sedikit lecet dan mengeluarkan darah.
Melihat ada orang yang hampir dia tabrak, Dika pun keluar dari mobilnya hendak membantu cewek itu.
"Aduh mbak.. Maaf.. Saya nggak sengaja mbak. Ada yang luka nggak mbak?"Ucap Dika panik.
"Masih nanya lagi. Nih lihat kakiku berdarah. Trus nih lihat tangan ku lecet."Maya marah pada orang yang hampir menabraknya tanpa melihat kearahnya.
"Maaf mbak. Lagian mbak sendiri salah. Mau nyebrang kok nggak lihat kiri dan kanan dulu."Dika pun protes.
"Kamu yang salah kok malah memarahi saya sih?"Maya yang kesal akhirnya melihat siapa orang yang hampir menabraknya itu.
"Wah.. Nih orang keren banget. Masih muda lagi. Badannya tegap, tinggi dan kelihatannya berkelas deh. Nggak terlalu rugi nih. Lumayan bisa cuci mata sejenak."Maya terpana melihat ketampanan Dika.
"Hello mbak..!!! Kok malah diam sih. Ayo saya bawa ke rumah sakit biar lukanya diobati."Dika menyadarkan Maya yang sedang terpanah melihatnya.
"Ehh.. Nggak perlu. Saya sudah terlambat bekerja. Nggak ada waktu lagi."Maya yang sudah sadar menolak Dika karena Maya hampir telat.
"Kalo gitu saya antar saja gimana mbak? Mbaknya mau kemana?"Tanya Dika sopan.
"Nggak perlu. Saya bisa jalan sendiri kok. Lagian tujuan saya sudah dekat"Ucap Maya.
"Ini mbak saya berikan uang berobat saja. Nanti setelah mbak selesai bekerja mbak bisa berobat sendiri dengan uang ini."Dika mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Dasar orang kaya. Dimana-mana selalu mengira kalo uang bisa menyelesaikan segalanya."Maya mengomel pada Dika lalu meninggalkan Dika tanpa mengambil sedikit pun uang Dika.
Dika memanggil Maya yang berjalan tergopoh-gopoh gitu karena luka di kakinya. Akan tetapi Maya nggak menggubrisnya. Handphone Dika pun berbunyi lagi. Dia pun memutuskan untuk mengakhiri pertemuan dan masalah mereka di situ. Toh mereka nggak akan ketemu lagi pikir Dika.
Dika pun naik ke mobilnya dan melajukan mobilnya ke arah cafe tempat Dika janjian dengan client nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Dehan
maaf kak baru mampir..
semagat kak author
2022-12-16
0
Mommy QieS
aku like n favorit kak 😊😘
2022-11-13
0
Mommy QieS
hemmm... hilanglah rasa kedongkolan dan rasa sakit di kaki Maya melihat pesona Dika 😁 😁
2022-11-13
0