..."Kami belum memakan temanmu. Tetapi, dia sudah ketakutan, Nana ..."...
...Jack Alderman...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Pelet Janda Penggoda Episode 0**4**...
Malam ini dengan tubuhnya yang masih merintih sakit, dan dahaga yang menelan dirinya. Aprilia mengikuti setiap langkah Puspa yang berjalan terlihat menyapa setiap orang di lorong dengan pencahayaan sangat kurang. Gelap dan asap rokok mengepul di mana-mana.
Aprilia menunduk malu, bingung untuk menyapa atau tidak kepada setiap orang yang dia lewati, bahkan terkadang dia harus mengalihkan wajahnya yang terlihat merah, melihat banyak pasangan sejoli yang terlihat bertukar air ludah di sudut-sudut tergelap lorong.
Tempat apa sih ini? Tempat yang mengerikan dan .... Aprilia bergindik takut akan sepasang kakinya yang telah menginjak lorong ini. Dia sudah terlanjur di dorong basah dalam satu kelompok wanita bergaun pendek dan sangat tipis.
Aprilia menunduk, dan tiba-tiba merasa malu akan penampilannya dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya, dia tampil seperti ini. Terbuka dan berwajah menor. Lisptiknya terlihat merah menyala, sepasang kelopak matanya terlihat di bubuki perona bewarna merah dengan sedikit sentuhan warna oranye berbaur di ujung kelopak matanya, bulu matanya terasa berat dan melentik panjang, dan bola matanya bulat besar terlihat bewarna abu-abu.
Aprilia berjalan terlihat kikuk dengan banyak mata yang menyoroti tingkahnya berjalan. Dia merasa tidak nyaman dengan mini dress yang dia kenakan dan pakaiannya yang sangat tipis, membuat bulu romanya berdiri karena hawa dingin yang menusuk hingga tulangnya.
Ceklek! Aprilia berhenti ketika mendengar suara pintu ruangan Karoke VIP di buka. Suara musik terdengar mengalun cepat dan energik dari dalam ruangan. Namun, Aprilia hanya berdiri di luar garis pintu. Dia hanya melihat bagaimana Puspa, wanita yang telah meminjamkan uang untuk biaya rumah sakit.
Puspa menyapa empat pria paruh baya, ada yang berkumis tebal, ada yang berkepala botak, ada yang berbadan besar dengan perut buncit yang membulat besar, dan satu yang terlihat masih sangat tampan di usia tuanya.
"Hai, Nana ...," sapa empat pria paruh baya itu terdengar hampir bersamaan.
Aprilia menatap Puspa yang membelakanginya. Dia pun baru mengetahui, jika panggilan malam atau panggilan panggung Puspa adalah Nana. Ingin rasanya, Aprilia menarik wanita berambut pirang ini, menyeretnya pulang. Dia merasa tidak akan sanggup menjalani pekerjaan ini.
Apakah ini namanya terjebak menjual tubuh?
"Grey masuk!" seru Puspa tiba mengejutkan Aprilia kembali ke dunia nyata.
Aprilia tercenung sebentar. Baiklah, Puspa telah memberikan nama baru untuknya. Grey! Aprilia masih perlu beradaptasi untuk panggilan nama barunya. Dia yang berdiri canggung, mulai melangkah malu-malu dengan raga yang terlihat bergetar kuat. Ketika dia berdiri di hadapan empat pria paruh baya ini, Aprilia makin bergindik, takut, dan bergetar kuat. Rasanya ingin meledakkan tangisnya sekarang.
"Kami belum memakan temanmu. Tetapi, dia sudah ketakutan, Nana ...," celetuk pria paruh baya yang tinggi perawakannya. Tubuhnya terlihat lebih atletis daripada teman-temannya. Dia terlihat cukup gagah dan masih terlihat tampan untuk pria yang sudah berusia di atas 40 tahun.
"Ah Om Jack, dia janda polos! Harap maklum."
"Anaknya?" Pria berkepala botak bertanya dengan seraya menaikkan salah satu alisnya yang terlihat tipis, dan sepasang matanya naik turun menilai penampilan Aprilia.
"Hanya satu! Dia jarang di belai, sudah bercerai 5 tahun yang lalu. Hari ini pertama kalinya dia bergabung di sini, Om Dandy."
Aprilia ingin meremas jantungnya akan biografi yang di beberkan Puspa, seperti sedang menjual produk.
Pria bernama Dandy terlihat menatap inti bagian tubuh Aprilia, dan terlihat terkekeh sebentar, dan kembali berceletuk, "5 tahun dia ngapain aja?"
Mendengar pertanyaan itu, rona merah tiba-tiba merangkak menjalar ke kedua belah pipinya hingga lehernya. Saat ini,dia merasa pertanyaan itu menjurus untuk merendahkannya.
Puspa merekuh bahu Aprilia, dan memegang erat agar tubuh itu berhenti tegang dan bergetar.
"Grey, santai kau hanya menemani om-om untuk bernyanyi bersama."
Puspa kemudian mendorong tubuh Aprilia duduk bersebelahan dengan pria bernama Dandy, seraya berkomentar, "Sepertinya om Dandy terpikat pada pandangan pertama."
Dandy mengangkat bahunya, seakan dia telah bergindik mendengar ucapan Puspa yang di kenalnya bernama Nana.
"Nana, temanmu terlihat sangat tua!" tepis Dandy, dan satu tangan pria itu menarik tangan Puspa dan membuat bokong wanita bergaun emas itu jatuh ke pangkuan kakinya, "Aku lebih tertarik pada Nama, yang terlihat masih muda, cantik, dan ...."
"Montok yah, om ...," imbuh Puspa seraya menurunkan matanya mengikuti mata Dandy, yang terus menatap dadanya.
"Bagaimana jika kita saja buka kamar?"
Puspa tersenyum, dan berbisik di telinga pria botak itu, "Sekarang semalamnya lebih mahal yah, om!"
Dandy mencengkram pinggang Puspa dengan genit, dengan satu tangan membelai naik turin paha dalam Puspa, dan dia pun hanya menjawab, "Baiklah. Berapapun, aku bayar."
Dandy pun mencium bibir Puspa, ********** intim di hadapan semua temannya.
"Ehem-ehem-ehem!" dehem beberapa temannya yang menegur kemudian, "Bukalah kamar kalian sendiri."
Puspa segera melompat berdiri, dan Dandy segera berdiri. Merekapun berjalan keluar ruangan, dengan tangan Dandy yang meremas genit pinggang Puspa.
Aprilia menunduk malu dengan wajah merah tomat, ingin rasanya menutup telinga, menolak mendengar percakapan asusila tersebut, dan ingin mencongkelkan matanya agar tidak melihat setiap perbuatan mesum nyata di depan matanya.
Blam! Pintu tertutup. Aprilia duduk di kursi terjauh dari tiga pria paruh baya yang terlihat memandanginya dari ujung kaki hingga ujung kepala Aprilia.
"Ada yang mau?" tawar Jack tiba-tiba kepada dua temannya Dika dan Arthon.
Pria dengan tubuh tambun terlihat menggelengkan kepala kuat, "Dia bukan seleraku. Tua dan hitam. Tidak!"
"Dia terlihat kurang gizi. Sangat kurus. Dia bukan seleraku!" Arthon, pria berkumis tebal itu ikut menolak.
Arthon dan Dika terbahak keras, hanya Jack terlihat menyembunyikan rasa gelinya. Namun, sepasang mata pria itu terlihat jelas ikut mengerdilkan penampilan Aprilia.
Aprilia menunduk malu, wajahnya merah, ada rasa marah dalam setiap sayatan jantung yang telah di iris oleh setiap perkataan yang terlontar tadi.
"Kalian tidak penasaran, dia tidak pernah di sentuh selama tiga tahun? Apa kalian tidak penasaran?" Jack menimpali dengan pertanyaaan yang maksudnya mendorong hal yang sangat intim.
"Jika kau penasaran. Kau saja! Aku tidak ingin mencoba barang. Namun, aku harus menutup mata di setiap permainan," ujar Arthon menggoda kembali Jack. Jack tersenyum tipis.
"Semua wanita kupu-kupu malam pun berawal dari sosok kumuh seperti ini. Kalian hanya perlu memberi modal awal," sahut Jack balik menggoda.
Aprilia mengepalkan tangannya erat di atas kursi. Tubuhnya makin bergetar takut dan merasa terhina akan penampilan fisiknya.
"Jack, kau saja yang memberikan suntikan modal awal." Arthon berdiri di ikuti Dika, " Kami akan memberikan ruang privasi untuk mencoba pertama kali."
"Hei!" Jack berteriak merasa konyol melihat kepergian dua temannya, dan Blam! Pintu tertutup. Kini, hanya tersisa dirinya dengan wanita yang di ketahuinya, pertama kali menjajakan dirinya.
......................
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Helni mutiara
lanjut tor..👍👍👍
2021-04-01
0
MamiihLita
hemm... masih dtahap awal untuk menjadi seorang penggoda
semangat lanjut terooss
2021-03-16
1
akutakbiasa biasaaja
penasaran Thor 😂
2021-03-16
3