Part 02

"Tadi malam dijemput Arsyad, Dek,” jawab Bundanya seadanya.

Setelah selesai dengan rutinitas sarapan pagi mereka, Humaira dan Rayyan bergegas menuju bandara. Humaira lah yang akan berangkat ke Medan, namun Rayyan begitu antusias untuk mengantarkan si bungsu keluarga Husain ini. Membutuhkan waktu sekitar 25 menit bagi Humaira dan Rayyan untuk tiba di bandara.

"Dek, jangan lama-lama di sana. Entar Abang gak ada teman yang mau dibawa ke acara penting lagi," ucapnya sambil mengacak-acak khimar yang dikenakan Humaira.

"Iii, Abang! Berantakan tau," omel Humaira tak terima dengan perlakuan Rayyan.

"Haha, iya maaf. Udah sana entar telat lagi." Tambah Rayyan meminta Humaira untuk segera pergi.

"Maira berangkat ya, Bang. Assalamualaikum," pamitnya sambil memeluk erat Rayyan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi."

Seperti inilah kesibukan yang terus dilakoni Humaira sejak dua tahun terakhir. Berprofesi sebagai perancang busana dan memiliki beberapa butik membuat ia selalu disibukkan dengan pekerjaannya.

Rasanya baru saja ia meninggalkan ibu kota untuk berangkat dan menyelesaikan pekerjaannya di kota ini. Namun, tanpa terasa waktu tiga hari sudah ia habiskan. Hingga pada akhirnya waktu kembali membawanya kembali ke tengah hiruk pikuk ibu kota.

Disini Humaira tengah menunggu Rayyan untuk menjemputnya. Rasanya sudah cukup lama ia menunggu Rayyan namun laki-laki itu tak kunjung datang. Akhirnya ia memutuskan untuk beranjak dari kursi yang ia duduki, berharap jika Rayyan sudah ada di luar.

Namun, baru saja beberapa langkah kakinya berayun, ia menabrak tubuh tegap yang membuatnya harus terus menunduk. Laki-laki bertubuh tegap itu terus saja menatapnya, sedangkan Humaira masih mematung tanpa mau menatapnya. Ia masih setia menunduk, entah apa yang lebih menarik di bawah sana yang ia tatap.

"Maaf, Mas. Saya gak sengaja," ucapnya saat menyadari laki-laki yang ia tabrak masih mematung di hadapannya.

"Iya--gak papa," jawab laki-laki itu dengan suara baritonnya.

Saat ingin beranjak dari posisinya, pandangan mereka bertemu untuk pertama kalinya. Sepasang retina itu menatapnya dengan lekat dari ujung kepala hingga ujung kaki Humaira.

"Cantik!" gumamnya tanpa sengaja saat menatap lekat wajah Humaira.

"Woiii! Faiz? Lo kenapa?" tegus Reza yang menyadari temannya tak berkedip menatap wanita yang berada di hadapan mereka.

"Maaf, Mas. Saya permisi," ucap Humaira segera saat merasa kedua laki-laki itu sedang memperhatikannya.

Masih dengan tatapan yang sama, laki-laki itu menatap lekat punggung yang perlahan mulai meninggalkannya.

"Lo naksir dia, Iz?" tanya Reza kembali.

Belum sempat Faizan menjawab pertanyaan temannya itu, Reza kembali berucap.

"Lah udah ada pacarnya, Iz," semprot Reza sambil menunjuk ke arah Humaira yang tengah memeluk erat Rayyan.

“Pinggangnya pakai dipeluk-peluk lagi,” cicit Reza kembali.

“Cihh. Ternyata sama aja. Kerudungnya aja yang lebar." hardik Faizan yang ikut melihat ke arah tunjuk Reza.

"Jangan asal ngomong lo, Iz. Mana tau itu suaminya!" potong Reza yang mulai tak suka dengan ucapan Faizan.

"Gua udah liat dia gak makai cincin atau sejenisnya," jawab Faizan tak mau disalahkan.

"Sampai segitunya lo merhatiin dia. Gila!" balas Reza yang semakin tak habis pikir dengan kelakuan temannya itu.

"Bisa diam gak lo." Sergah Faizan semakin geram saat mendengar jawaban Reza.

"Sensi Banget sih lo. Asal lo tau ya, Iz, gak semua perempuan yang berkerudung lebar itu kaya dia. Jadi lo gak bisa asal menghakimi aja." tukas Reza yang semakin tak tahan dengan cara pandang Faizan.

"maksud lo?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!