Tentang Tempe

Sejak tadi aku terus menerus melihat keluar jendela. Ada rasa khawatir dalam diriku karena suamiku, Leo belum juga pulang. Sudah jam 1 malam dan Leo belum juga pulang.

Di luar hujan turun dengan lebatnya. Sesekali terdengar suara petir yang membuat nyaliku sedikit takut. Kemanakah Leo?

Handphone Leo sejak tadi kutelepon namun tidak aktif. Aku semakin cemas. Apa mungkin Leo pergi meninggalkanku?

Namanya perempuan lagi hamil tuh biasanya suka mikir yang buruk-buruk. Bukan karena bawaan bayi tapi memang banyak yang dipikirkan. Itu proses menjadi seorang ibu.

Jangankan kita, kucing aja kalau lagi hamil udah mikirin akan ngelahirin dimana. Pasti lagi nyari-nyari tempat PW alias pualing wuenak buat ngeden nanti. Begitupun denganku, aku juga mikirin orang yang aku jadikan tempat bersandar setelah dibuang oleh orang tuaku.

Mataku terasa kering dan tak mau dipejamkan. Berkali-kali aku pindah tempat duduk. Dari di kamar, depan TV dan berakhir ngeliatin jendela.

Kamu dimana sih Leo?

Kenapa kamu belum pulang?

Baru saja aku hendak kembali ke kamar dan mau menelepon Leo ketika kudengar suara motor berhenti di depan rumah. Cepat-cepat aku melirik dari jendela. Kusampirkan gorden dan kulihat Leo suamiku pulang.

Senyum bahagia langsung terpasang dari wajahku. Hilang sudah rasa curiga dan cemas yang sejak tadi melingkupiku.

Kubukakan pintu untuk Leo. Aku lalu mengambil handuk kering dan menyambut Leo yang sedang melipat jas hujannya.

"Ini, keringkan badan kamu dulu lalu langsung mandi." kuberikan handuk bergambar hello kitty tersebut pada Leo. Ini handuk yang biasa kupakai di kostan dulu. Aku belum punya uang untuk beli handuk baru.

"Iya." Leo menerima handuk yang aku berikan lalu Ia masuk ke dalam rumah. Leo membuka tas yang Ia bawa lalu mengeluarkan plastik hitam dan memberikannya padaku. "Ini. Tadi aku kerja di restoran dan ada stok sisa. Buat kamu makan ya. Aku mandi dulu."

Kuterima kantong plastik yang Leo berikan. Ada ayam goreng didalamnya. Makanan yang dulu sangat sering kumakan namun sekarang bagai makanan yang amat langka dan mewah.

Mataku langsung berbinar-binar menerima makanan yang Leo bawa. Receh sih. Tapi aku merasakan sekali betapa berharganya ayam goreng yang bahkan dulu suka aku buang kalau aku kekenyangan.

Leo langsung masuk ke dalam kamar mandi. Aku menaruh ayam yang dibawa di atas piring lalu menyiapkan baju untuk Leo pakai. Aku kembali lagi ke dapur dan mengambilkan kan nasi yang masih hangat beserta minum untuk aku dan Leo makan bareng.

Tak lama, Leo ikut bergabung dengan aku yang sedang menunggunya sambil menonton TV. Ia sudah selesai mandi dan sudah berganti baju dengan baju yang tadi aku siapkan.

"Loh kok nggak langsung kamu makan sih?" tanya Leo sambil mengambil gelas berisi air putih yang langsung Leo minum.

"Aku nungguin kamu. Kamu juga pasti laper kan? Biar kita makan sama-sama ya." Aku lalu menyendokkan nasi dan menaruhnya di piring lalu memberikan kepada Leo.

"Besok-besok, kalau kamu lapar langsung makan aja. Aku kan enggak tahu bakalan pulang jam berapa. Nanti kamu malah kelaperan. Inget ya, kamu tuh lagi hamil. Orang hamil butuh banyak asupan nutrisi dan makan jadi nggak usah nungguin aku kalau kamu laper ya." tenang sekali rasanya mendengar Leo berbicara seperti itu. Leo memang baik dan perhatian, itu yang membuat aku suka sama Leo.

"Iya. Ya udah kamu makan. Kamu juga pasti lapar kan habis kerja seharian?"

Leo mengambil piringnya dan lauk lalu mulai makan. "Kamu nggak nanya aku kerja dimana?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Enggak usah. Nanti juga kamu cerita sendiri sama aku kamu kerja dimana."

Leo tersenyum. "Kamu tahu aja. Yaudah aku cerita nih ya. Tadi aku dapat kerjaan di salah satu restoran. Iya, kerjaannya sih lumayanlah, tapi aku dibayarnya harian. Sehari aku cuma dapet Rp70.000. Ya setidaknya kita masih bisa punya uang lah untuk makan sehari-hari. Usahakan kamu nabung ya. Sedikit tapi kita punya uang pegangan untuk persiapan ngelahirin kamu nanti."

Aku mengangguk setuju dengan perkataan Leo. Aku makin terpesona dengan sikap Leo yang dewasa.

Kami lalu makan dalam diam. Aku memikirkan tentang uang harian yang diberikan. Uang itu gimana caranya harus aku atur untuk biaya sehari-hari, bayar uang kontrakan dan persiapan melahirkan nanti. Memang sih masih lama, tapi kan aku juga harus periksa di bidan. Aku kan harus minum vitamin untuk anak dalam kandungan ku. Berarti, aku harus makin irit lagi nih.

"Mikirin apa?" tanya Leo membuyarkan isi lamunanku.

"Aku lagi mikirin bagaimana caranya mengatur uang yang kamu kasih. Kamu benar Sayang, aku memang harus nabung. Mungkin nggak banyak yang kamu kasih tapi aku yakin aku bisa mengaturnya. Dan sebenarnya sebenarnya..... aku..... aku mau bantu kamu nyari uang Yang, bolehkan?" tanyaku meminta izin.

"Kamu mau kerja? Dimana? Memangnya kamu kuat lagi hamil kerja? Aku sih terserah kamu aja. Kalau memang enggak mengganggu kehamilan kamu sih aku oke." saya meletakkan piringnya saat sudah selesai makan.

Aku menggelengkan kepalaku. "Belum dapet sih. Lagi juga, mana ada yang mau terima ibu hamil untuk bekerja? Nanti aja setelah aku melahirkan. Tapi, aku punya ide nih kamu setuju atau enggak?"

"Ide apaan?" tanya Leo kemudian.

"Aku mau jualan aja di sini. Aku pengen jualan makanan kecil. Ya, jajanan anak-anak bocah kaya sosis goreng, Pop Ice dan cemilan lain kayak Chiki dan permen. Kalau aku itung-itung, modalnya juga nggak besar kok. Aku bisa pakai uang kontrakan bulan depan untuk modal. Kan kamu udah kerja nih, jadi aku bisa lebih sedikit tenang untuk mikirin uang kontrakan."

"Nanti kamu kecapean nggak?" tanya Leo khawatir. Ia tahu dulu aku tuh hanya seorang anak manja. Ia khawatir aku tidak terbiasa bekerja keras yang malah berakibat nanti aku kecapean.

"Ya kan namanya juga di rumah. Kalau aku capek, aku bisa langsung tidur siang. Jam kerjanya juga lebih fleksibel tutupnya. Bisa tutup kalau aku capek nanti. Kalau misalnya aku nggak capek aku buka lagi. Suka-suka aku deh jualannya. Gimana? Kamu setuju kan?"

Leo terlihat sedang mempertimbangkan ideku untuk berjualan. "Ya udah kalau itu mau kamu. Ingat ya, jangan terlalu memaksakan diri, kamu lagi hamil. Anak kita lebih penting dari segalanya."

"Siap, Pak Bos! Oh iya, kamu kerja di mana sih? Restoran apa? Aku juga jadi penasaran nih. Soalnya ayamnya enak." kataku sambil merapihkan bekas makan kami berdua. rumah kontrakkan yang kecil ini memudahkan kami untuk berbicara meski pun aku berada dapur. Aku bisa langsung mendengar suara Leo begitupun sebaliknya.

"Di restoran Korea. Temennya Tony baru aja buka, terus aku ditawarin buat jadi pelayan di sana. Katanya, karena tampang aku lumayan jadi bisa menarik pengunjung. Ya udah aku terima aja. Ternyata setelah aku jalanin, nggak semudah yang aku pikir."

"Susah memangnya?" tanyaku sambil menaruh piring yang telah aku cuci ke dalam rak piring. Aku mencuci tanganku lalu kembali lagi ke ke dalam kamar tempat Leo sedang menonton televisi.

"Bukan susah sih. Lebih tepatnya aku tuh masih agak kaku orangnya. Aku kan enggak biasa tuh nawar nawarin orang. Udah gitu ngasih buku menu pakai bilang: "Silahkan ini menu favorit kita bisa dicoba dulu" kayak gitu-gitu lah May. Kamu pasti tahu aku kan nggak ada bakat kayak begitu. Makanya aku dari tadi agak kaku kerjanya dan tadi sempet dikasih tahu sih katanya enggak apa-apa nanti juga aku akan terbiasa." Leo menggonta-ganti channel TV yang hanya tinggal beberapa saja yang masih menampilkan siarannya. Sudah malam, rata-rata TV tidak sampai pagi paling cuma sampai jam 12 saja.

"Kamu yang sabar ya. Aku yakin kok, kamu tuh pasti bisa. Belum terbiasa aja seperti kata yang tadi kasih tahu kamu." kataku memberikan dukungan.

Leo lalu mematikan TV dengan remote yang ada di tangannya. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Aku mematikan lampu lalu ikut tidur disampingnya. Lengan Leo yang kokoh kujadikan sebagai bantal. Aku pun memeluk hangat tubuhnya.

Tak ada kata selamat tidur seperti biasanya, karena Leo langsung tertidur pulas. Kasihan, pasti Ia sangat capek. Usia kami masih terlalu muda. Seharusnya kami itu lagi seneng-seneng kayak temen-temen kami yang lain, tapi kami malah harus menebus perbuatan dosa kami.

Penyesalan memang datangnya telat. Ya mau gimana lagi. Kalau tidak ada kejadian ini, mungkin aku masih jadi anak Ibu yang manja dan aku mungkin nggak akan pernah bisa berpikir dewasa seperti saat ini.

Aku menatap lampu bohlam di kamar yang sudah dimatikan. Tatapanku makin lama makin kosong dan aku pun akhirnya tertidur di samping Leo. Udara di luar yang masih hujan membuat tidurku makin lelap .

Pagi pun menjelang, aku harus beres-beres rumah dan memasak untuk Leo makan nanti. Kulihat Leo masih tertidur pulas di sampingku. Kasihan, Ia tidak terbiasa bekerja keras seperti itu.

Keluarga Leo lumayan lebih berada dibanding dengan keluargaku. Papanya adalah salah satu pemilik perusahaan di ibu kota yang bergerak di bidang kontraktor. Jika Papanya sedang menang tender, maka jangan ditanya pasti besar banget yang didapatkan.

Hidup Leo berbeda dengan mama dan saudaranya yang lebih sering hura-hura dan menghabiskan uang Papanya. Leo hidup sederhana. Namun tetap saja Ia tidak pernah bekerja dan hanya mengandalkan uang jajan dari Papanya.

Kayaknya nih yang aku tangkap dari apa yang Leo ceritakan padaku, Papanya agak sedikit pelit sama Leo. Berbeda dengan mama dan kakaknya. Leo bilang, Kakaknya itu jauh lebih tampan dibanding dirinya dan juga lebih pintar. Kakaknya pernah menjuarai lomba sains tingkat internasional. Hal itu yang membuat Papanya amat bangga terhadap Kakaknya tersebut dan selalu membanding-bandingkan dengan Leo.

Leo terkadang terlalu rendah diri dan merasa dirinya tidak memiliki kemampuan hebat seperti yang adiknya miliki tersebut. Kakaknya kuliah jarang namun nilainya amat bagus. Sementara Ia rajin kuliah namun harus berjuang ekstra keras untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Leo cuma punya motor Vixion sebagai hadiah dari Papanya sementara Kakaknya dibelikan mobil sedan yang lumayan mahal sebagai transportasi untuk pergi ke kampus. Sungguh berbeda perlakuan yang Leo dapatkan dibanding dengan yang kakaknya dapatkan.

Leo suka cerita kalau kakaknya itu suka dipamerkan oleh Papanya kepada keluarga besar mereka. Kakaknya selalu mendapat pujian atas kepintarannya. Leo yang bahkan tak diindahkan kadang merasa iri dan ingin mendapatkan perlakuan yang sama.

Tapi siapa yang akan memuji Leo? Papa? Keluarganya? Atau Mamanya yang hanya memikirkan tentang shopping dan shopping terus? Lama-lama Leo mulai menerima keadaan dirinya dan kekurangan yang Ia miliki. Leo bilang, perasaan tertekan yang selama ini Ia rasakan akan hilang jika Ia bersama denganku.

Mungkin memang pada dasarnya aku dan Leo saling membutuhkan. Kami saling berbagi atas segala tekanan dalam hidup kami. Dan mungkin juga kami ditakdirkan untuk terus bersama. Karena itu kami saat ini menjadi sepasang suami-istri.

Seperti biasa, aku membuat sarapan yang sangat sederhana, yakni hanya nasi dan tempe goreng. Dulu, aku pernah nginep di salah satu rumah tanteku namanya Tante Ida. Tante Ida biasa memberi makan anaknya sarapan dengan hanya tempe atau tahu goreng saja dan terbukti ternyata anak-anak nya lumayan sukses kok. Mungkin kandungan protein di dalam tempe nggak kalah dengan kandungan protein hewani yang berasal dari keju atau susu.

Saat ini aku memang masih mampunya cuma makan pakai tempe dan tahu saja. Semoga anak-anakku bisa sepintar anaknya Tante Ida meskipun hanya makan tahu dan tempe.

Kubuatkan secangkir teh manis hangat sebagai teman untuk sarapan Leo. Jika dulu masih di kosan, aku biasa menghidangkan Leo susu Milo yang Ibu bawakan. Tapi aku udah nggak ada lagi susunya jadi ya udah minum teh manis aja.

Sarapan pagi sudah siap lalu aku mencuci baju dan merapihkan rumah. Karena aku hanya berdua saja dengan Leo jadi baju kotor kami tidak banyak. Jam 8 pagi pekerjaan rumahku sudah beres. Aku lalu mandi dan membangunkan Leo untuk bekerja.

Leo bangun dan langsung mandi. Ia masuk jam 11 siang jadi sengaja aku bangunkan agak siang. Sambil menunggu Leo aku menonton siaran televisi.

Sekarang sedang ramai OTT alias Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan oleh KPK. Banyak pejabat dari partai maupun perusahaan yang terkena OTT. Aku menonton dengan serius ketika nama seorang pejabat yang lumayan terkenal suka membantu rakyat ternyata tak luput dari lingkaran setan korupsi.

"Serius banget sih?" kata Leo saat baru keluar dari kamar mandi.

"Itu ada berita yang lagi panas-panasnya. Pejabat X yang suka di TV lagi nolongin masyarakat eh ternyata dibelakangnya ikut korupsi juga." komentarku seakan aku mengerti saja.

"Ya itulah. The power of money. Mau halal atau haram diembat juga. Tumben kamu nontonnya topik yang berat? Biasanya juga nonton acara gosip atau musik yang anak alaynya joget kucek-kucek jemur-jemur?"

Aku tertawa. "Ha..ha..ha... Kok kamu tau sih?"

"Iyalah. Aku kan perhatiin kamu." Aku tersenyum senang. Gombalan receh namun kena di hati.

Terpopuler

Comments

Aysana Shanim

Aysana Shanim

Tenang leo, kelak kamu kok yg akan jadi andalan keluarga kamu disaat mereka terpuruk. Setiap orang punya kelebihan masing masing, dengan kebijaksanaan dan sifat adil yang kamu miliki, kamu akan membuat perusahaan keluarga kamu jauh lebih maju.

2024-01-12

2

Fenty Izzi

Fenty Izzi

ttp semangat... jangan pernah putus asa😊

2022-10-11

0

Roden Roden

Roden Roden

sekarang aja q masih ngalamin kok...ank sklah SMK jauh dari rumah.biar irit q bekalin.bnsin 50rb 5hari...lha q cuma 100rb buat seminggu selain bumbu dapur...bayangin gaesss q super ngirit.klo beli ayam gorengnya cuma 2biji buat 2ank.klo drumah paling lauknya tahu q kasih bumbu kentaki q goreng kecil"jdi 3rb buat sehari.paleng banyak buat orang hajatan..njenguk orang sakit sama listrik uangnya.jd suuupppeeerrrr hemat.tpi alkhmdulilah dua ankq penurut.kdang q ya nangis liatnya😭😭😭😭

2022-09-30

0

lihat semua
Episodes
1 Maya Aprilia Putri
2 Leonardo Prakoso
3 Hamil
4 Pernikahan
5 Tentang Tempe
6 Duo Julid 1
7 Duo Julid 2
8 Trio Julid
9 Ngerujak
10 Teman dalam kebaikan
11 Teman Baru
12 Jatah Preman
13 Media Sosial-1
14 Media Sosial 2
15 Cokelat Penggoda Iman
16 Anak Yang Tak Dianggap
17 Perjanjian dengan Mama
18 Bertanggung Jawab
19 Meragukan Diri Sendiri
20 Titipan Ibu
21 Bidan Melati
22 Ketahuan
23 Insecure
24 Kesalahpahaman
25 Kehilangan
26 Dijenguk Duo Julid
27 Perceraian
28 Antara Papa, Mama dan Maya
29 Kuliah
30 Ingin dekat dengan Duo Julid lagi
31 Hari pertama bekerja
32 Pertengkaran pertama setelah bercerai
33 Balada kopaja
34 Tanpa tergesa
35 Bekerja sama
36 Adam... Ini Papa...
37 Adam
38 Masih Manusiawi
39 Balada Nasi Uduk
40 Roti dan Hot Chocolate
41 Mengurai Benang Kusut- 1
42 Mengurai Benang Kusut-2
43 Mengurai Benang Kusut-3
44 Belajar dari Papa Dibyo-1
45 Belajar dari Papa Dibyo-2
46 Bapak Dibyo Yang Terhormat-1
47 Bapak Dibyo Yang Terhormat-2
48 Bimbang-1
49 Bimbang-2
50 Mencoba Saling Mengenal-1
51 Mencoba Saling Mengenal-2
52 Mencoba Saling Mengenal-3
53 Richard
54 Buaya Buntung
55 Nongkrong di Blok S
56 Diawali Dengan Segelas Milo
57 Penyelamat Bangsa dan Negara
58 Strategi Papa
59 Usaha Dulu Hasilnya Terserah Tuhan
60 Jones Bersaudara
61 Kebahagiaan Itu Receh
62 Bahasa Kalbu
63 Mama Angga-1
64 Mama Angga-2
65 Menjauh-1
66 Menjauh-2
67 Mr. So
68 Sama Tapi Berbeda
69 Cemburu?
70 Apa Itu Cemburu?
71 Strategi
72 Kekasih Sejati
73 Kak Rian Is The Best
74 Home Sweet Home
75 Siapa Takut?
76 Visit
77 Tertangkap Basah
78 Curiga
79 Seribu Alasan
80 Dimulai Dari Hal Yang Kecil
81 Kak Rian-1
82 Kak Rian-2
83 Jajanan Pasar Untuk Upeti
84 Barbeque Party
85 The Buntungers
86 Kutukan Cinta
87 Mamah Sri
88 Rencana Kak Rian
89 Si Kupret
90 Leo VS Angga-1
91 Leo Vs Angga-2
92 Siapa Bembi?
93 Ada Apa Dengan Pitak
94 Hadiah Rahasia
95 Semua Serba Dadakan
96 Mama Lena Si Wedding Organizer Dadakan
97 Penjelasan Yang Panjang Lebar
98 Bukan Malam Pertama
99 Poker Face
100 Kartu Sakti
101 Berburu Seserahan
102 Jadi Mata-Mata
103 Duo Jomblo Ngenes
104 Gerak Cepat
105 Menyelesaikan Salah Satu Misi
106 Akad Kedua Kalinya
107 Feeling Seorang Ayah
108 Tiga Anak Alay
109 Trio Musketer-1
110 Trio Musketer-2
111 Mr. So
112 Keputusan Mr. So
113 Adel
114 Istri Pimpinan
115 Testpack
116 Kunjungan Duo Julid-1
117 Kunjungan Duo Julid-2
118 Kunjungan Duo Julid-3
119 Unpredictable
120 Malam mingguan
121 Om-Adek
122 Monopoli
123 We Time
124 Harap Harap Cemas
125 Resepsi-1
126 Resepsi-2
127 Ngidam Mellow
128 Kehadiran Anggota Keluarga Baru
129 The End
130 JENAKA
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Maya Aprilia Putri
2
Leonardo Prakoso
3
Hamil
4
Pernikahan
5
Tentang Tempe
6
Duo Julid 1
7
Duo Julid 2
8
Trio Julid
9
Ngerujak
10
Teman dalam kebaikan
11
Teman Baru
12
Jatah Preman
13
Media Sosial-1
14
Media Sosial 2
15
Cokelat Penggoda Iman
16
Anak Yang Tak Dianggap
17
Perjanjian dengan Mama
18
Bertanggung Jawab
19
Meragukan Diri Sendiri
20
Titipan Ibu
21
Bidan Melati
22
Ketahuan
23
Insecure
24
Kesalahpahaman
25
Kehilangan
26
Dijenguk Duo Julid
27
Perceraian
28
Antara Papa, Mama dan Maya
29
Kuliah
30
Ingin dekat dengan Duo Julid lagi
31
Hari pertama bekerja
32
Pertengkaran pertama setelah bercerai
33
Balada kopaja
34
Tanpa tergesa
35
Bekerja sama
36
Adam... Ini Papa...
37
Adam
38
Masih Manusiawi
39
Balada Nasi Uduk
40
Roti dan Hot Chocolate
41
Mengurai Benang Kusut- 1
42
Mengurai Benang Kusut-2
43
Mengurai Benang Kusut-3
44
Belajar dari Papa Dibyo-1
45
Belajar dari Papa Dibyo-2
46
Bapak Dibyo Yang Terhormat-1
47
Bapak Dibyo Yang Terhormat-2
48
Bimbang-1
49
Bimbang-2
50
Mencoba Saling Mengenal-1
51
Mencoba Saling Mengenal-2
52
Mencoba Saling Mengenal-3
53
Richard
54
Buaya Buntung
55
Nongkrong di Blok S
56
Diawali Dengan Segelas Milo
57
Penyelamat Bangsa dan Negara
58
Strategi Papa
59
Usaha Dulu Hasilnya Terserah Tuhan
60
Jones Bersaudara
61
Kebahagiaan Itu Receh
62
Bahasa Kalbu
63
Mama Angga-1
64
Mama Angga-2
65
Menjauh-1
66
Menjauh-2
67
Mr. So
68
Sama Tapi Berbeda
69
Cemburu?
70
Apa Itu Cemburu?
71
Strategi
72
Kekasih Sejati
73
Kak Rian Is The Best
74
Home Sweet Home
75
Siapa Takut?
76
Visit
77
Tertangkap Basah
78
Curiga
79
Seribu Alasan
80
Dimulai Dari Hal Yang Kecil
81
Kak Rian-1
82
Kak Rian-2
83
Jajanan Pasar Untuk Upeti
84
Barbeque Party
85
The Buntungers
86
Kutukan Cinta
87
Mamah Sri
88
Rencana Kak Rian
89
Si Kupret
90
Leo VS Angga-1
91
Leo Vs Angga-2
92
Siapa Bembi?
93
Ada Apa Dengan Pitak
94
Hadiah Rahasia
95
Semua Serba Dadakan
96
Mama Lena Si Wedding Organizer Dadakan
97
Penjelasan Yang Panjang Lebar
98
Bukan Malam Pertama
99
Poker Face
100
Kartu Sakti
101
Berburu Seserahan
102
Jadi Mata-Mata
103
Duo Jomblo Ngenes
104
Gerak Cepat
105
Menyelesaikan Salah Satu Misi
106
Akad Kedua Kalinya
107
Feeling Seorang Ayah
108
Tiga Anak Alay
109
Trio Musketer-1
110
Trio Musketer-2
111
Mr. So
112
Keputusan Mr. So
113
Adel
114
Istri Pimpinan
115
Testpack
116
Kunjungan Duo Julid-1
117
Kunjungan Duo Julid-2
118
Kunjungan Duo Julid-3
119
Unpredictable
120
Malam mingguan
121
Om-Adek
122
Monopoli
123
We Time
124
Harap Harap Cemas
125
Resepsi-1
126
Resepsi-2
127
Ngidam Mellow
128
Kehadiran Anggota Keluarga Baru
129
The End
130
JENAKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!