Leonardo Prakoso

Aku baru saja menutup panggilan telepon dari Leo. Sudah jam 12 malam. Sepertinya tak pernah bosan bagiku untuk mengobrol dengan Leo padahal tadi siang kami sudah bertemu di kampus.

Ibaratnya hubungan aku dan Leo masih hangat-hangatnya. Detak jantung kami masih sama-sama berdetak kencang saat kami berdekatan.

Aku senang mendengar Leo bercerita. Melihat senyum Leo aja udah bikin aku bahagia apalagi sampai mendengar cerita-ceritanya. Pokoknya aku mau selalu bersama Leo terus deh.

Kutatap foto kami berdua yang sedang tersenyum. Ini foto berdua pertama kami di Photo Box. Memang lagi jamannya foto di Photo Box. aku dan Leo berfoto di sana sepulang dari kuliah.

Di foto tersebut Aku sedang dipeluk oleh Leo dari belakang. Terlihat senyum bahagia yang terukir di wajah kami berdua. Maklum, masih baru berpacaran. Dunia serasa milik berdua yang lain cuma numpang aja.

Tanpa kusadari aku pun jatuh tertidur sambil tanganku tetap memegang foto kami berdua. Suara alarm dari handphone yang membangunkan ku di pagi hari. Aku mengambil handphone yang aku taruh di atas kepalaku lalu menelepon Leo untuk membangunkannya.

Hari ini aku dan Leo ada kuliah pagi. Kebetulan juga hari ini ada kuis. Aku terbiasa membangunkan Leo kalau ada kuliah pagi.

Setelah membangunkan Leo aku pun membuat roti bakar untuk sarapan aku dan Leo nanti. Di kostanku ada kompor tapi jarang kugunakan, aku lebih sering pakai oven toaster untuk membuat roti yang Ibu belikan saat aku pulang ke rumah.

Aku membuat sarapan yang penuh dengan cinta tersebut. Sarapan beres sama aku pun langsung mandi. Aku berdandan rapi dan wangi tentunya karena aku akan bertemu sang pujaan hati aku.

Aku benar-benar sudah jatuh hati dengan pesona yang Leo miliki. Aku seperti seorang budak cinta yang seakan tak pernah bosan untuk merasakan kan cinta yang berlimpah dari Leo.

Aku sudah lupa kapan terakhir kali aku menyukai orang. Yang jelas udah lama banget. Rasa suka itu kembali hadir dalam hatiku meskipun hanya mendengar nama Leo saja disebut.

Aku sedang berjalan santai ketika pundakku ada yang menepuk. Ternyata siapa lagi kalau bukan Leo. Ia baru saja memarkirkan sepeda motornya di parkiran motor. Begitu melihatku, Ia langsung berlari mengejarku dan kini aku dan Leo berjalan beriringan menuju kelas kami.

"Aku kangen sama kamu." kataku dengan suara yang dibuat semanja mungkin.

"Aku juga kangen banget sama kamu. Enggak sabar rasanya buat ketemu kamu. Aku tuh kayak udah kecanduan gitu loh loh. Maunya deket kamu terus." gombal Leo.

"Bisa banget sih pacar aku ngegombal pagi-pagi. Kan aku jadi tersipu malu nih." kataku masih dengan suara manja.

"Jadi nggak suka nih digombalin?"

"Suka dong."

"Kita cabut aja yuk. Bosen nih kuliah. Kita pacaran aja, gimana?" ajak Leo.

"Sekarang?" tanyaku memastikan lagi.

"Bukan. Besok. Atau nunggu ubannya Dosen akuntansi berubah jadi pitak." gerutu Leo lagi.

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar celetukan Leo. Nih anak emang lucunya tuh natural. Bikin aku nggak ada bosennya sama sekali tiap deket Dia.

"Mau kemana? Masih pagi juga, mall belum ada yang buka. Kalau ada kuis dadakan gimana?" tanyaku.

"Jadi nggak mau nih diajakin pacaran?" kata Leo merajuk.

"Bukan nggak mau. Gimana kalau cabutnya abis pelajaran akuntansi aja?" usulku.

"Heh itu mah bukan cabut namanya. Itu udah selesai kuliahnya. Ah nggak seru! Sekali-kali kita nitip absen aja sama anak-anak. Ayolah." bujuk Leo lagi.

Aku masih ragu menerima ajakan Leo. Yang aku takutin tuh cuma kuis dadakan aja.

"Hmm... begini aja deh. Kita jangan ke mall dulu. Kita nongkrong deket kampus aja dulu. Aku mau kasih kabar Adel. Kalau memang nggak ada kuis kita langsung cabut. Kalau ada ya kita masuk kelas aja. Gimana?" kataku bernegosiasi.

Leo terlihat memikirkan saran dariku. "Yaudah deh. Yang penting kita bisa pacaran hari ini. Jadi kita mau kemana nih?"

"Mau nongkrong di kantin?" tanyaku.

"Ih ngapain bolos kuliah cuma buat nongkrong di kantin makan indomie atau siomay? Nggak seru. Kita nonton Dvd aja gimana? Nanti siang kita ke mall kalau bioskop udah buka."

"Nonton dimana? Di kostan aku gitu?"

"Ya terserah kamu mau dimana. Kan kita cuma nunggu sampai Adel kasih kabar ada kuis apa enggak abis itu kita jalan-jalan deh." jawab Leo.

Aku berpikir cepat. Banyak mahasiswa sudah berdatangan ke kampus. Kalau mereka tahu aku dan Leo cabut dan tidak kuliah kan akan timbul gosip.

"Yaudah deh ayo ke kostan aku aja. Kita makan mie rebus bareng aja. Aku laper juga belum sarapan nih."

"Oke. Let's go!" Leo merangkulkan tangannya di pundakku. Kami berdua berjalan ke kostanku.

Kostanku bukanlah kostan khusus putri. Ini kostan campuran. Kadang aku suka nongkrong dengan anak cowok yang kost disini juga. Ibu pemilik kostan tidak tinggal disini. Beliau hanya datang sebulan sekali tiap awal bulan untuk menagih uang kost saja.

Aku membuka pintu kamar kostku dan mempersilahkan Leo masuk. Kamar kostku memang rapi. Aku cinta kebersihan. Sebelum berangkat kuliah sudah aku bersihkan dulu.

"Kamu mau minum apa?" tanyaku pada Leo yang sedang menutup pintu kamar.

"Apa aja terserah kamu. Aku tutup pintunya ya. Biar AC nya lebih terasa." kata Leo beralasan.

"Iya. Aku buatin mie instan dulu ya buat kamu." kataku setelah memberikan teh kotak dingin pada Leo.

Aku pergi ke dapur yang berada di sudut ruangan dan membuatkan dua bungkus mie rebus untukku dan Leo. Kulihat Leo sedang melihat-lihat isi kamar kostku.

"Kamar kost kamu mewah juga ya. Kamu anak orang kaya ya May?" komen Leo dengan santainya.

"Enggak kok. Aku bukan anak orang kaya. Bapak cuma manjain aku aja karena menuruti keinginannya untuk kuliah sesuai jurusan yang beliau mau. Ya kayak semacam take and gift gitulah. Aku dapat fasilitas enak tapi aku nurutin kemauan Bapak."

"Terus kamu mau aja gitu? Nggak memberontak?"

"Enggaklah. Ngapain juga harus ngelawan sama orang tua? Enggak ada untungnya. Aku yakin apa yang Bapak pilihkan untukku pasti yang terbaik." kumatikan kompor dan menghidangkan mie yang sudah matang di depan TV.

"Kita nonton film ini aja ya." Leo mengeluarkan sebuah DVD dari dalam tasnya.

"Kamu beneran bawa DVD? Kirain tadi cuma becanda aja." aku menaruh mangkuk mie di depan Leo tak lupa aku menyediakan air mineral untuk Ia minum nanti.

"Beneranlah. Aku udah beli kemarin pas pulang kuliah tapi belum sempet aku tonton." Leo mulai memakan mie buatanku.

"Kenapa belum nonton? Kan kemarin kita pulang kuliahnya masih siang dan kamu langsung pulang. Jadi sempet dong buat nonton di rumah." aku mengikuti Leo memakan mie milikku.

"Males. Aku kemarin pergi ke rumah Tony. Pusing di rumah denger Mama sama Papa bertengkar terus."

Aku langsung menatap Leo. Bertengkar? Orang tua Leo bukanlah keluarga yang harmonis? Oh iya kalau dipikir-pikir Leo memang tidak pernah menceritakan tentang keluarganya padaku. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak pernah menceritakan tentang keluargaku.

Bagi aku dan Leo, hubungan pacaran kami ya hanya tentang kami berdua, bukan tentang keluarga kami. Tapi ternyata kami saja tidak cukup.

"Mama Papa kamu sering bertengkar?" aku akhirnya bertanya pada Leo. Bukan karena aku ingin tahu tapi sebagai bentuk empati karena Leo sudah membuka tentang dirinya terlebih dahulu padaku.

Leo mengangguk. "Dari aku masih kecil. Aku sampai bosan melihat mereka bertengkar setiap hari."

Aku menatap Leo dengan pandangan penuh simpati. Tak kusangka dibalik sikap cerianya tersimpan kegetiran dalam hidup. Aku merasa sedikit lebih beruntung dari Leo. Setidaknya Ibu dan Bapak saling mencintai dan jarang bertengkar.

"Enggak usah ngeliat aku kayak gitu. Aku udah biasa. Santai aja."

"Maaf. Aku nggak bermaksud kayak gitu." Aku menaruh mangkuk mie dan memeluk Leo. Aku merasa bersalah pada Leo.

"Kan aku bilang aku udah biasa. Jangan merasa bersalah. Banyak kok yang ngeliat aku kayak cara kamu memandang aku tadi." Leo balas memelukku serta membelai lembut rambutku.

Pandangan mata Leo seperti menerawang dan memikirkan sesuatu. Aku melihatnya dari pantulan wajahnya di cermin lemari baju.

Aku melepaskan pelukanku dan menatap lekat mata Leo. Aku melihat kesedihan yang berusaha Ia sembunyikan.

"Orang tuaku korban dari keegoisan orang tua mereka yang menjodohkan anak-anaknya atas dasar bibit, bebet dan bobot. Mereka tidak pernah saling mencintai. Mereka tetap berada di bawah atap yang sama namun sepertinya mereka memiliki cinta lain yang mereka pendam."

Aku memegang tangan Leo dan menepuknya pelan. Aku memberikan sedikit kekuatan agar Ia tetap tegar menghadapi cobaan hidupnya.

"Mama bukanlah istri penurut seperti yang Papa inginkan. Mama terlalu asyik dengan teman-temannya dan melupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Kerjaannya tiap hari hanya shopping dan nongkrong."

"Papa sering kali tidak kuasa menahan emosinya. Ia bahkan suka main tangan dan melakukan kekerasan sama Mama. Tak terhitung jumlah piring dan perabotan di rumah yang pecah akibat pertengkaran mereka. Sampai akhirnya kami pindah dan tinggal di tempat sekarang. Kuliahku pindah dan kakakku juga ikut pindah."

"Kakakku sama seperti Mama. Kerjaannya tiap hari senang-senang dan ngabisin uang Papa aja. Aku kasihan May sama Papa aku. Ia sangat tertekan dengan ulah anak dan istrinya sendiri. Ya aku juga enggak membenarkan sih perbuatannya suka main tangan dengan Mama. Tapi apa yang Papa dan Mama alami membuatku yakin kalau perjodohan itu belum tentu baik. Maaf ya May keluargaku tidak sebaik keluarga kamu."

Aku menggelengkan kepalaku. "Kamu nggak perlu minta maaf. Ini semua bukan kuasa kamu. Semua sudah Tuhan yang menentukan. Walau kita belum lama berpacaran tapi aku seperti sangat mengenal kamu. Aku yakin kamu berbeda dengan keluarga kamu yang lain. Aku yakin kamu laki-laki yang baik."

Leo tersenyum. Ia senang ada yang mendukungnya meskipun baru dalam kata-kata saja.

"Makasih ya Sayang. Kamu memang malaikat yang Tuhan kirim untuk aku." Leo mendekatkan tubuhnya padaku dan mulai menciumku.

Ini pertama kalinya Leo menciumku. Lebih tepatnya ini ciuman pertamaku. Aku belum pernah melakukannya sebelumnya. Leo cowok pertama yang menciumku.

Leo melepaskan ciumannya setelah sadar kalau aku hanya diam terpaku tanpa tahu apa yang harus aku lakukan. Yaiyalah, baru pertama gitu. Mana aku ngerti yang kayak gituan.

Leo tersenyum. "Kamu belum pernah ciuman sebelumnya?"

Tebakan Leo langsung benar. Aku langsung tersipu malu. Leo tidak menganggapnya hal yang lucu, justru Ia senang menjadi orang pertama dalam hidupku.

"Aku-" Leo tak membiarkan aku menyelesaikan perkataanku. Ia langsung menciumku lagi.

Tak perlu teori. Aku bisa membalas ciuman Leo. Kami sudah melupakan mie instan yang terhidang di meja. Kami juga melupakan untuk bertanya pada Adel apakah ada kuis atau tidak. Kami lupa segalanya. Hanya aku dan Leo.

Tangan Leo terangkat dan mulai membelai lembut wajahku. Ciumannya sudah tidak selembut seperti sebelumnya. Sudah mulai memanas.

Perlahan tangan Leo mulai turun dan membelai leherku. Bersamaan dengan Ia melepas ciumannya dan pindah untuk mencium leherku.

Aku merasakan sensasi berbeda yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku tak mau Leo menghentikan ciumannya. Aku mau lebih....

Sekarang aku bahkan menarik wajah Leo dan berinisiatif menciumnya duluan. Aku tak menyadari kalau aku sudah dikusai oleh hawa nafsu.

Kulihat seulas senyum dalam wajah Leo. Ia suka dengan keagresifan yang aku lakukan. Tanpa aku sadari Leo membuka kancing kemejaku.

Nafas Leo mulai menderu. Leo terus mendekatkan tubuhnya padaku. Aku lupa semuanya. Aku terlalu menikmati apa yang kami lakukan.

Leo mengangkat tubuhku dan menaruhnya dengan lembut diatas tempat tidur. Ia mulai menciumi seluruh tubuhku tanpa melewatkan satu tempat pun.

Pagi itu menjadi saksi perbuatan dosa yang aku dan Leo lakukan. Kenikmatan yang membuatku kehilangan mahkota yang selama ini aku jaga. Aku tak menyesalinya. Jujur saja aku menyukainya.

******

Sejak kejadian hari itu, hubunganku dan Leo sudah berubah menjadi melewati batas. Kami sering melakukan hubungan yang tidak boleh kami lakukan sebelum menikah.

Baik aku dan Leo tidak peduli. Kami sama-sama suka. Inilah cinta menurut aku dan Leo. Cinta yang membara.

Kapanpun Leo mau menuntaskan nafsunya Ia akan mendatangi kostanku. Dan aku yang bodoh dengan senang hati melakukannya.

Sampai akhirnya buah dari perbuatan dosaku menjeratku dalam cobaan hidup berikutnya.

Aku mengambil test pack yang sudah kucelupkan ke dalam air pipis. Kutunggu hasil apa yang akan keluar.

Ya, aku sudah telat menstruasi. Tamu bulanan yang kutunggu-tunggu ternyata tak jua datang. Sebagai perempuan aku merasa was-was jika tamu bulananku tak kunjung datang pada waktunya.

Tanganku terasa dingin. Dalam waktu satu menit hasi test pack akan menentukan masa depanku nanti.

Kupejamkan mataku, tak siap dengan hasil yang akan kudapat. Kubuka satu mata dan mengintip hasilnya.

Ada... Ada dua garis. Oh God!

Aku hamil?

Aku beneran hamil?

Enggak... enggak... Ini pasti salah.

Aku ambil test pack yang lain dan mengeceknya lagi. Hasilnya sama. Positif.

Air mataku langsung membasahi wajahku. Lalu aku harus bagaimana???

Terpopuler

Comments

𝐙⃝🦜Zifei_WanitaTangguh💫

𝐙⃝🦜Zifei_WanitaTangguh💫

Ya harus gimana lagi, May?ya harusterima dong.kan hasil dari perbuatan enakmu

2023-11-07

41

Fenty Izzi

Fenty Izzi

terkadang kenikmata sesaat mmang membawa kehancuran bagi para kaum muda mudi😔🥺

2022-10-11

0

Rd Kurniasari

Rd Kurniasari

kayaknya DVD bokep ya

2022-06-09

0

lihat semua
Episodes
1 Maya Aprilia Putri
2 Leonardo Prakoso
3 Hamil
4 Pernikahan
5 Tentang Tempe
6 Duo Julid 1
7 Duo Julid 2
8 Trio Julid
9 Ngerujak
10 Teman dalam kebaikan
11 Teman Baru
12 Jatah Preman
13 Media Sosial-1
14 Media Sosial 2
15 Cokelat Penggoda Iman
16 Anak Yang Tak Dianggap
17 Perjanjian dengan Mama
18 Bertanggung Jawab
19 Meragukan Diri Sendiri
20 Titipan Ibu
21 Bidan Melati
22 Ketahuan
23 Insecure
24 Kesalahpahaman
25 Kehilangan
26 Dijenguk Duo Julid
27 Perceraian
28 Antara Papa, Mama dan Maya
29 Kuliah
30 Ingin dekat dengan Duo Julid lagi
31 Hari pertama bekerja
32 Pertengkaran pertama setelah bercerai
33 Balada kopaja
34 Tanpa tergesa
35 Bekerja sama
36 Adam... Ini Papa...
37 Adam
38 Masih Manusiawi
39 Balada Nasi Uduk
40 Roti dan Hot Chocolate
41 Mengurai Benang Kusut- 1
42 Mengurai Benang Kusut-2
43 Mengurai Benang Kusut-3
44 Belajar dari Papa Dibyo-1
45 Belajar dari Papa Dibyo-2
46 Bapak Dibyo Yang Terhormat-1
47 Bapak Dibyo Yang Terhormat-2
48 Bimbang-1
49 Bimbang-2
50 Mencoba Saling Mengenal-1
51 Mencoba Saling Mengenal-2
52 Mencoba Saling Mengenal-3
53 Richard
54 Buaya Buntung
55 Nongkrong di Blok S
56 Diawali Dengan Segelas Milo
57 Penyelamat Bangsa dan Negara
58 Strategi Papa
59 Usaha Dulu Hasilnya Terserah Tuhan
60 Jones Bersaudara
61 Kebahagiaan Itu Receh
62 Bahasa Kalbu
63 Mama Angga-1
64 Mama Angga-2
65 Menjauh-1
66 Menjauh-2
67 Mr. So
68 Sama Tapi Berbeda
69 Cemburu?
70 Apa Itu Cemburu?
71 Strategi
72 Kekasih Sejati
73 Kak Rian Is The Best
74 Home Sweet Home
75 Siapa Takut?
76 Visit
77 Tertangkap Basah
78 Curiga
79 Seribu Alasan
80 Dimulai Dari Hal Yang Kecil
81 Kak Rian-1
82 Kak Rian-2
83 Jajanan Pasar Untuk Upeti
84 Barbeque Party
85 The Buntungers
86 Kutukan Cinta
87 Mamah Sri
88 Rencana Kak Rian
89 Si Kupret
90 Leo VS Angga-1
91 Leo Vs Angga-2
92 Siapa Bembi?
93 Ada Apa Dengan Pitak
94 Hadiah Rahasia
95 Semua Serba Dadakan
96 Mama Lena Si Wedding Organizer Dadakan
97 Penjelasan Yang Panjang Lebar
98 Bukan Malam Pertama
99 Poker Face
100 Kartu Sakti
101 Berburu Seserahan
102 Jadi Mata-Mata
103 Duo Jomblo Ngenes
104 Gerak Cepat
105 Menyelesaikan Salah Satu Misi
106 Akad Kedua Kalinya
107 Feeling Seorang Ayah
108 Tiga Anak Alay
109 Trio Musketer-1
110 Trio Musketer-2
111 Mr. So
112 Keputusan Mr. So
113 Adel
114 Istri Pimpinan
115 Testpack
116 Kunjungan Duo Julid-1
117 Kunjungan Duo Julid-2
118 Kunjungan Duo Julid-3
119 Unpredictable
120 Malam mingguan
121 Om-Adek
122 Monopoli
123 We Time
124 Harap Harap Cemas
125 Resepsi-1
126 Resepsi-2
127 Ngidam Mellow
128 Kehadiran Anggota Keluarga Baru
129 The End
130 JENAKA
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Maya Aprilia Putri
2
Leonardo Prakoso
3
Hamil
4
Pernikahan
5
Tentang Tempe
6
Duo Julid 1
7
Duo Julid 2
8
Trio Julid
9
Ngerujak
10
Teman dalam kebaikan
11
Teman Baru
12
Jatah Preman
13
Media Sosial-1
14
Media Sosial 2
15
Cokelat Penggoda Iman
16
Anak Yang Tak Dianggap
17
Perjanjian dengan Mama
18
Bertanggung Jawab
19
Meragukan Diri Sendiri
20
Titipan Ibu
21
Bidan Melati
22
Ketahuan
23
Insecure
24
Kesalahpahaman
25
Kehilangan
26
Dijenguk Duo Julid
27
Perceraian
28
Antara Papa, Mama dan Maya
29
Kuliah
30
Ingin dekat dengan Duo Julid lagi
31
Hari pertama bekerja
32
Pertengkaran pertama setelah bercerai
33
Balada kopaja
34
Tanpa tergesa
35
Bekerja sama
36
Adam... Ini Papa...
37
Adam
38
Masih Manusiawi
39
Balada Nasi Uduk
40
Roti dan Hot Chocolate
41
Mengurai Benang Kusut- 1
42
Mengurai Benang Kusut-2
43
Mengurai Benang Kusut-3
44
Belajar dari Papa Dibyo-1
45
Belajar dari Papa Dibyo-2
46
Bapak Dibyo Yang Terhormat-1
47
Bapak Dibyo Yang Terhormat-2
48
Bimbang-1
49
Bimbang-2
50
Mencoba Saling Mengenal-1
51
Mencoba Saling Mengenal-2
52
Mencoba Saling Mengenal-3
53
Richard
54
Buaya Buntung
55
Nongkrong di Blok S
56
Diawali Dengan Segelas Milo
57
Penyelamat Bangsa dan Negara
58
Strategi Papa
59
Usaha Dulu Hasilnya Terserah Tuhan
60
Jones Bersaudara
61
Kebahagiaan Itu Receh
62
Bahasa Kalbu
63
Mama Angga-1
64
Mama Angga-2
65
Menjauh-1
66
Menjauh-2
67
Mr. So
68
Sama Tapi Berbeda
69
Cemburu?
70
Apa Itu Cemburu?
71
Strategi
72
Kekasih Sejati
73
Kak Rian Is The Best
74
Home Sweet Home
75
Siapa Takut?
76
Visit
77
Tertangkap Basah
78
Curiga
79
Seribu Alasan
80
Dimulai Dari Hal Yang Kecil
81
Kak Rian-1
82
Kak Rian-2
83
Jajanan Pasar Untuk Upeti
84
Barbeque Party
85
The Buntungers
86
Kutukan Cinta
87
Mamah Sri
88
Rencana Kak Rian
89
Si Kupret
90
Leo VS Angga-1
91
Leo Vs Angga-2
92
Siapa Bembi?
93
Ada Apa Dengan Pitak
94
Hadiah Rahasia
95
Semua Serba Dadakan
96
Mama Lena Si Wedding Organizer Dadakan
97
Penjelasan Yang Panjang Lebar
98
Bukan Malam Pertama
99
Poker Face
100
Kartu Sakti
101
Berburu Seserahan
102
Jadi Mata-Mata
103
Duo Jomblo Ngenes
104
Gerak Cepat
105
Menyelesaikan Salah Satu Misi
106
Akad Kedua Kalinya
107
Feeling Seorang Ayah
108
Tiga Anak Alay
109
Trio Musketer-1
110
Trio Musketer-2
111
Mr. So
112
Keputusan Mr. So
113
Adel
114
Istri Pimpinan
115
Testpack
116
Kunjungan Duo Julid-1
117
Kunjungan Duo Julid-2
118
Kunjungan Duo Julid-3
119
Unpredictable
120
Malam mingguan
121
Om-Adek
122
Monopoli
123
We Time
124
Harap Harap Cemas
125
Resepsi-1
126
Resepsi-2
127
Ngidam Mellow
128
Kehadiran Anggota Keluarga Baru
129
The End
130
JENAKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!