Hari ini hujan deras. Acara pernikahan yang berlangsung sebentar lagi membuat Elena gelisah. Sam semakin khawatir pilihannya akan menjadi sesuatu yang salah. Akankah ia melanjutkan rencananya menikahkan putrinya atau tidak.
Elena tidak pernah menyalahkan ayahnya.
Ia hanya berharap semua rencananya berjalan dengan rapi tanpa curiga sedikitpun dari Hans. Elena berdiri memandangi hujan yang deras melalui jendela kacanya yang besar.
"Nona. Saya mendapat telpon dari Pak Hans bahwa ia sedang dalam perjalanan kemari." kata salah satu asisten Elena.
Elena mengangguk. "Iya, biarkan dia kemari."
Asisten itu membungkukkan sedikit badannya dan membalikkan badannya.
Sebenarnya, sedikit banyak ia sudah tahu mengenai Hans. Tapi kali ini ia perlu menyelidikinya lagi.
***
Lucy mondar-mandir tidak karuan di ruang tamu. Hujan turun dengan deras. Ia ingin sekali bertemu dengan Elena hari ini dirumahnya. Tapi ia masih bingung akan mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Apakah Elena akan menerimanya atau tidak.
"Apa aku harus ke rumahnya, Leos?"
"Tapi masih hujan deras." kata Leos.
"Aku sangat khawatir."
"Setelah hujan deras, barulah kau kesana."
Tapi Lucy masih tetap terlihat khawatir. Ia tidak menyangka bahwa akan menjadi serumit ini.
***
Hans sudah tiba dirumah Elena. Ia terburu-buru keluar dari mobil dan menuju teras rumah Elena yang luas.
Setelah merapikan bajunya, ia baru akan mengetuk pintu, tapi Elena sudah membuka pintunya.
"Kau kehujanan! Bi, tolong aku, Bi. Cepat!"
kata Elena memanggil salah satu asisten rumahnya.
Hans segera masuk ke rumah Elena dan mengeluarkan dompet dan hapenya.
"Cepat ganti baju dulu, pakai saja kamar tamu." kata Elena pada Hans.
"Iya baiklah. Aku ganti dulu." jawab Hans.
Setelah Hans pergi menuju kamar tamu, Elena segera mengambil hape Hans dan meminta asistennya untuk memasang aplikasi penyadap.
Ya. Hans akan disadap setiap pembicaraannya melalui aplikasi yang tidak akan diketahui olehnya.
Elena merencanakan ini sebisa mungkin, karena ular berbisa tidak bisa di tusuk dari depan langsung. Ada strategi untuk bisa menangkapnya.
Setelah berhasil menyadap hape Hans, Elena mengembalikan hapenya ke meja dan tidak lama Hans keluar.
"Kau sudah selesai?" tanya Elena menghampiri Hans. Hans tersenyum menatap Elena yang tampil begitu cantik hari ini.
"Apa kau sudah makan?" tanya Elena tersenyum dengan rambut yang di sanggul.
"Aku belum sempat makan siang karena tadi langsung kesini." kata Hans.
"Baiklah, ayo kita makan dulu. Sambil ngobrol sebentar."
Hans tidak curiga sedikitpun pada Elena. Semua masih berjalan seperti biasa.
***
Saat di meja makan, Elena menyendok makanannya sendiri kemudian disusul Hans.
"Kamu tidak perlu sungkan begitu, Hans. Nanti kamu akan jadi suamiku dan tinggal disini juga." kata Elena.
"Iya tapi bagaimanapun, aku tetap merasa canggung, aku seperti baru pertama kali kesini." kata Hans.
"Jangan begitu. Mulai sekarang kau biasakan saja dirimu. Dan ada beberapa pekerjaan yang sebenarnya mau aku tanyakan padamu." jawab Elena yang sudah akan menyuap makanannya.
"Ketika kita menikah, bagaimana aku dan kamu mengurus perusahaan?" tanya Elena menatap makanannya. Tidak intens menatap Hans.
Hans bingung. Harus menjawab apa.
"Bagaimana maksudmu, Elen? Aku kurang mengerti." Hans menatap Elena, berharap Elena menatapnya kembali ketika Hans berbicara dengannya.
"Maksudku, apa aku tetap di rumah atau aku tetap mengelola perusahaan?"
Hans bernapas lega dengan maksud pertanyaan Elena.
"Akan lebih baik kalau aku yang mengurusnya, Elena. Aku sudah paham betul mengenai perusahaan itu."
"Baiklah." jawab Elena. Kali ini Elena harus terlihat bahwa ia sangat percaya dengan Hans. Ia harus bisa mengendalikan emosinya.
"Apa kau menerima saranku?" tanya Hans dengan hati-hati. Berharap Elena menerimanya tanpa syarat apapun.
"Iya, boleh saja." untuk hanya saat ini. Elena menambahkan dalam hati. Elena tetap fokus dengan makanannya.
"Aku akan tetap dirumah menunggu suamiku pulang. Idealnya seperti itu bukan?" tanya Elena. Menatap Hans dengan hati yang membara. Ingin sekali ia melempar makanannya di depan wajah Hans.
Hans tersenyum dengan sangat senang.
"Terima kasih, Elena. Kau sudah mempercayakannya padaku."
Tidak lama, Lucy datang ke rumah Elena. Melihat Elena yang sedang makan dengan posisi berhadapan dengan Hans.
Lucy terkejut. Tapi ia sudah menduga dari jauh hari bahwa ini akan terjadi.
Lucy mengendalikan air mukanya. Berusaha agar tetap terlihat tenang. Lucy berjalan menghampiri Elena. Bersikap selayaknya tidak ada Hans disana.
"Kau dirumah, Elen?" tanya Lucy pada Elena. Elena tampak menyambut Lucy dengan bahagia.
"Lucy! Kau akhirnya datang! Senangnya! Kau tidak bekerja?" kata Elena memeluk Lucy. Lucy melihat Hans yang sedang makan tetapi sangat kaku menelan makanannya.
"Aku mengambil libur karena aku tidak enak badan sedikit hari ini." Lucy membuang mukanya dari Hans dan berusaha tidak melihatnya.
"Ayo makan. Aku sedang makan." Elena menarik bangku untuk Lucy dan duduk di sebelahnya.
"Aku tidak tahu ada calon suamimu disini." kata Lucy sambil mengambil nasi di piringnya. Karena sudah terbiasa di rumah Elena, Lucy tidak terlihat canggung sama sekali.
"Yah kau tahu kan aku kan menikah. Ada beberapa hal yang aku bahas tadi." kata Elena. Akhirnya suasana hatinya terasa lebih baik dibandingkan ia hanya bersama Hans tadi.
"Wow. Lihat ini, Elen. Ini kerang kesukaanku!" kata Lucy mengambil beberapa sendok kerang ke piringnya.
"Makan yang banyak Lucy. Oh iya Hans, kau tahu kan, ini Lucy, sahabat baikku." kata Elena tersenyum pada Hans.
"Iya." Hans tidak ingin terlihat salah tingkah. Jadi ia tidak mau banyak bicara dan hanya tersenyum.
"Lalu bagaimana dengan gaunmu?" Lucy bertanya seolah-olah tidak ada Hans disana. Orang yang selama ini ia cintai, kini ia benci setengah mati.
"Aku belum dapat yang cocok. Aku lebih suka gaunmu." kata Elena sedih.
"Kau bisa bilang pada calon suamimu untuk memakai gaun desainku, Elen" kata Lucy.
Elena tersenyum. Dan menengok ke arah Hans. "Hans, apa boleh kalau aku memakai gaun desain Lucy saja? Aku sangat suka dengan gaunnya. Detil yang Lucy buat sangat cantik."
"Apa kau sudah coba fitting gaun kemarin?" tanya Hans lagi.
"Tidak ada yang aku suka Hans. Aku bersumpah, hanya gaun Lucy yang aku suka." kata Elena tersenyum dan menyuap makanannya lagi.
"Kau bisa memilih gaun mana aja yang kamu suka, Elen. Aku akan memberikanmu sebagai hadiah." kata Lucy terlihat santai tanpa peduli sesekali Hans melihatnya.
"Benarkah? Baiklah aku mau. Tidak masalah kan, Hans?" Elena berusaha mendapatkan jawaban dari Hans walaupun sebenarnya ia tidak peduli jika Hans bicara 'tidak'.
Sepertinya Hans tidak perlu menjawab. Pada akhirnya Elena yang memutuskan segala urusan yang ada dirumah ini.
Sedangkan Hans, sama sekali tidak punya suara untuk itu.
Elena tersenyum sangat lebar. Hans menatap Lucy dengan kesal. Bisa-bisanya ia memberikan gaun itu untuk Lucy.
Lucy tersenyum sangat puas. Selama ini Hans paling tidak suka dibantah wanita.
Tetapi Elena dengan mudah mengalahkan semua ketidaksukaan Hans.
Masalahnya, gaun yang Lucy buat adalah gaun untuk ia menikah dengannya. Padahal sebenarnya tidak. Sejak awal Lucy memang ingin memberikannya pada Elena. Karena harapan menikah dengan Hans pupus dalam sekejap karena keserakahannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments