Saat sarapan pagi, Elena yang merupakan anak pertama dalam keluarga, memikul beban berat dipundaknya. Adiknya Robi Thomas, masih belum bisa dipercaya untuk menjadi penerus usaha ayahnya karena masih usia sekolah. Tapi semua yang didapatkan Elena, Robi tidak pernah merasa iri.
Karena sering kali Robi melihat Elena menangis karena harus menanggung beban keluarga.
"Sudah siap semua untuk pernikahanmu kan, Elena? Semua diserahkan WO?" tanya ayahnya, Sam Thomas.
Elena hanya mengangguk. Setengah tidak yakin. Karena gaun pengantinnya belum selesai dipilih oleh Elena. Ibu Elena, sangat kasihan dengan Elena. Karena pada akhirnya pernikahannya pun ditentukan oleh suaminya.
"Kalau ada yang bisa ibu bantu, katakan saja. Ibu pasti membantumu."
"Aku baik-baik saja, Bu. Persiapan sudah selesai Bu. Hanya tinggal menunggu hari H saja." ucap Elena meyakinkan kedua orangtuanya.
"Hari ini Ayah datang agak siang ke kantor. Selesai makan, kita bicara ya, Elen." kata Ayahnya.
"Iya, Ayah."
Elena tahu. Ayahnya adalah orang yang baik hati. Tidak pada sembarang orang ia menikahkan Elena. Namun, jika suatu hari nanti pilihan Ayahnya adalah suatu yang salah, Sam adalah orang pertama yang akan menyerahkan segala keputusan pada Elena.
Saat di taman belakang rumah, Sam dan Elena duduk bersampingan. Elena merasa agak gemetar karena hari pernikahannya segera tiba.
"Elena." panggil Sam.
"Ya, Ayah."
"Apakah pilihan Ayah benar?" tanya Sam yang sangat khawatir bahwa suatu hari nanti Elena mengalami masalah karena pilihannya.
"Jangan khawatir, Ayah. Kalaupun pilihan Ayah kurang tepat, kita masih bisa memperbaikinya." Elena tersenyum dan menggenggam tangan Sam.
"Ayah takut melukaimu." kata Sam tulus.
"Ayah bilang, Hans orang yang bisa Ayah percaya. Bisa bekerja dengan baik dengan perusahaan. Kalaupun Hans bukan orang yang baik seperti yang Ayah pikirkan selama ini, biarkan aku yang akan menyelesaikannya."
"Kamu yakin, Elen?" tanya Sam cemas.
"Yakin, Ayah. Asalkan Ayah selalu bisa membantu Elen kapanpun. Percayakan perusahaan pada Elen, Ayah. Elen tidak akan mengecewakan Ayah." Elen tersenyum tulus memandangi Sam.
"Ayah pasti akan bantu. Apapun itu. Pada siapa lagi Ayah akan percaya kalau bukan pada anak Ayah sendiri." Sam tersenyum memandang wajah putrinya yang sudah tumbuh dewasa.
"Aku ingin meminta sesuatu Ayah. Dan aku minta agar aku punya sekretaris pribadi. Aku tidak ingin Hans bekerja denganku dalam satu perusahaan Ayah. Perusahaan itu milik Ayah. Yang berhak menjaganya, hanya Ayah, aku dan Robi. Bukan yang lain. Ayah mengerti maksudku kan?"
Sam tersenyum membelai rambut Elena. Sam mengangguk paham dengan apa yang Elena maksudkan. Sekarang, Sam yakin dengan pilihannya. Pada siapa lagi ia harus mempercayakan perusahaannya selain pada anaknya sendiri. Sam melihat tekad yang kuat dari mata Elena.
***
Mulai hari ini, Elena akan datang ke kantor dan mewakili Ayahnya dalam berkas apapun. Walaupun ia tahu, ada Hans yang bekerja disana. Tapi Elena tidak perduli. Perasaan Elena masih belum tumbuh untuk Hans walau ia akan menikah dengannya dalam hitungan hari.
Elena meminta Hans untuk mengumumkan rapat pagi ini dengan semua manajer. Ia masih belum bisa mempercayai seluruh perusahaan ini kepada Hans, walau Sam sudah mempercayainya.
"Selamat pagi. Maaf kehadiran saya mengejutkan kalian, para staff." Elena memberikan salam pada seluruh staff yang hadir dalam ruangan.
"Dimulai hari ini, saya akan membantu pekerjaan ayah saya, Sam Thomas, dalam pengelolaan barang in and out, pembukuan serta manajemen." ucap Elena terdengar sangat tegas.
Seorang staff manajer bagian pengelolaan barang angkat tangan dan bertanya oada Elena.
"Selama ini Bapak Hans yang mengelola. Ibu Elena belum paham betul mengenai pekerjaan yang ada disini." Manajer Dave angkat bicara seolah-olah Elena tidak pantas untuk berada di perusahaan ini.
Elena tersenyum mengendalikan emosi.
"Maka dari itu, Manajer Dave. Saya tidak langsung terjun ke lapangan. Sama seperti karyawan lain. Saya training."
Manajer yang lain mengangguk paham dengan yang diucapkan Elena. Sedangkan Hans tidak begitu paham dengan apa yang terjadi dengan Elena.
"Saya mohon bantuannya." Elena tersenyum dan membungkukan badannya.
***
Hans mengajaknya makan siang. Seperti pasangan kekasih yang lain. Hans memperlakukan Elena dengan baik.
"Di kantin ini makanannya cukup enak."
"Ya, aku akan mencoba makanan di kantin ini." jawab Elena tersenyum. Elena terlihat sangat sederhana. Tidak menonjolkan apapun yang terlihat bahwa ia anak dari pemilik perusahaan.
"Ada apa tiba-tiba ke kantor? Apa ada masalah?" tanya Hans dengan sopan.
"Tidak. Ayahku hanya cemas dengan kantor. Sudah lama ia memintaku untuk turun tangan dalam masalah perusahaan. Entah mengapa, hari ini aku tergerak untuk maju langsung dalam urusan perusahaan." jelas Elena dengan percaya diri.
"Mungkin kau butuh waktu untuk mempelajari semuanya. Bersabarlah. Aku akan mengajarimu."
"Ya. Mohon bantuanmu, Hans. Dan untuk persiapan pernikahan, semua sudah selesai. Yang tersisa hanyalah gaun pengantinku." kata Elena.
"Apa kau belum memilih gaun pengantin?" tanya Hans dengan bingung.
"Aku akan menyelesaikannya dengan cepat. Untuk hari ini aku ingin mempelajari bagian barang masuk dan keluar dulu." jawab Elena tersenyum dan berjalan menuju kantin.
Hans sangat cemas. Bagaimana bisa hanya gaun pengantin Elena yang belum selesai sedangkan persiapan yang lain sudah selesai dengan wedding organizer.
***
Sepulang kerja, Hans menunggu sampai Elena menyelesaikan pekerjaannya.
Hans mengetuk pintu ruang kerja Elena.
"Apa kau ingin pulang sekarang?" tanya Hans tersenyum.
Elena yang sudah lelah, merapikan baju dan rambutnya yang terlihat berantakan.
"Baiklah, aku pulang." kata Elena.
"Aku akan mengantarmu." kata Hans tersenyum Elena mengangguk pelan. Tanpa membalas senyuman Hans.
Dalam perjalanan pulang Elena tidak terlalu banyak memulai pembicaraan dengan Hans. Hans lebih cenderung memulai perbincangan dengan Elena.
"Undangan sudah di sebar semua, Elen. Tinggal menghitung hari. Ku harap semua persiapan akan berjalan dengan lancar."
"Ya, Hans. Kuharap begitu. Walau terkadang aku tidak terlalu yakin, apakah pernikahan ini perlu dilaksanakan atau tidak." jawab Elena dengan bersandar di jok mobil.
"Kenapa bicara begitu, Elena?" tanya Hans sedikit merasa cemas.
"Hans. Apakah kau pernah berpikir mencintaiku walau hanya sebentar?"
Hans yang bingung langsung menginjak pedal rem dengan perlahan.
"Kenapa kau bertanya begitu, Elena?"
tanya Hans cemas menatap Elena.
"Karena kau tidak terlihat benar-benar ingin menikah denganku." jawab Elena.
"Apakah hanya Ayahku yang menginginkan ini?" tanya Elena sudah jenuh dengan sikap Hans.
"Maafkan aku, Elena. Seharusnya aku lebih memperhatikanmu." kata Hans.
Elena menghela napas dan memejamkan matanya.
"Baiklah. Aku akan mengatur semuanya dan akan kupastikan kau tetap bekerja."
kata Elena.
"Apa maksudmu memastikan aku tetap bekerja?" tanya Hans semakin bingung sekaligus cemas. Dalam hatinya, Hans sangat takut bahwa ia sangat ketara hanya menginginkan salah satu anak perusahaan Sam.
"Kau membodohi Ayahku dengan segala kepercayaannya sampai Ayahku mau menikahkanku denganmu. Hans. Apa kau pikir semudah itu?" tanya Elena dengan nada yang stabil sehingga tidak mengundang amarah.
Hans terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.
***
Coming up next, part 4.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
suharwati jeni
naluri wanita.
semangat
2022-01-11
0