Malam ini B&D Group akan mengadakan pesta untuk memperingati 25 tahun perusahaan tersebut berjaya. Pesta ini mengusung tema topeng atas masukan dari para karyawan karena ingin merasakan suasanya yang berbeda dari biasanya, Keanu pun menyetujuinya. Bahkan Keanu sudah mempersiapkan topeng untuk dirinya dan Anette. Saat melihat-lihat di online shop, tidak sengaja ia melihat topeng cantik yang sepertinya cocok untuk gadis tersebut.
"Untukmu," Keanu menyodorka sebuah paper bag berwarna merah jambu pada Anette yang berada di sofa.
Anette menerimanya dengan sedikit kaku. "Ini apa pak?" Tanyanya.
"Topeng untuk pesta nanti malam, agar aku mengenalimu," ucap Keanu santai sambil tersenyum.
Anette ikut ternyenyum. "Terimakasih pak."
Boss-nya tersebut memang selalu menyebarkan aura positif. Tidak seperti adiknya yang menyebalkan.
"Oh iya, kamu wajib memakainya," ucap Keanu sebelum beranjak pergi.
Anette menghela nafasnya. Ia menemukan satu persamaan antara kakak beradik itu, yaitu sama-sama tidak bisa dibantah ucapannya.
...
Pesta diadakan di balroom sebuah hotel bintang lima yang terletak di pusat kota Jakarta. Para karyawan dan tamu undangan pun sudah berkumpul dengan berbagai macam topeng.
Anette berjalan memasuki lobi hotel dengan terburu-buru. Sepertinya pesta telah dimulai karena ia telat hampir 30 menit. Anette segera menuju balroom, di mana acara diadakan.
Di dalam sana cahaya lampu meredup. Banyak pasangan bertopeng yang sedang berdansa mengikuti alunan musik. Tak ada satupun yang Anette kenali. Anette berjalan tidak tentu arah dalam kerumunan orang yang sedang berdansa
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Anette hingga gadis itu menabrak dada bidang orang yang ternyata seorang laki-laki. Rasanya Anette tidak begitu asing dengan aroma parfum lelaki satu ini.
"Apa kau mengenaliku?" Tanya laki-laki tersebut.
Ya, Anette mengenalinya. "Ju-Juno?"
Anette berusaha melepaskan rengkuhan Juno, namun pria tersebut malah mengeratkan rangkulannya pada pinggang ramping Anette.
"Mengapa kau bisa mengenaliku?" Tanya Anette.
"Karena kau pendek," jawab Juno sekenanya.
"Ishhh," Anette memukul punggung Juno.
"Berhenti bicara dan ikutilah melodynya!" Perintah Juno.
"Tapi aku tidak bisa berdansa!" Balas Anette menyangkal.
"Ikuti gerakanku."
Perlahan Anette mengikuti gerakan Juno, hingga tanpa sadar gerakannya mulai selaras dengan laki-laki menyebalkan itu.
Juno semakin mempersempit jaraknya dengan menarik pinggang Anette lebih agar merapat. Wajah Anette membentur dada bidang Juno. Kali ini tubuh mereka benar-benar merapat.
"Ck, lepaskan, kau menghalangi pandanganku!" Anette mengajukan protes seraya memukul-mukul punggung Juno.
Anette mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Juno. Dari arah pandangnya, Anette dapat melihat jelas rahang tegas milik Juno. Tidak! Jangan kalian pikir Anette sedang terkesima. Gadis berusia 19 tahun tersebut justru memasang ekspresi tak bersahabatnya.
Sudut bibir juno berkedut menahan senyum melihat ekspresi marah Anette. Sangat tidak cocok dengan wajah imutnya yang malah terlihat menggemaskan.
"Memang seperi ini cara berdansa, tubuhmu saja yang terlalu pendek nona," ucap Juno mengejek.
Anette hanya bisa menggeram dalam diam karena saat ini tubuhnya benar-benar terkunci.
Beberapa saat kemudian Anette merasa kakinya mulai pegal setelah berdansa cukup lama.
"Aku rasa sudah cukup, kakiku pegal," Anette berkata jujur. *H*igh hils 5 cm yang ia kenakan membuat kakinya tersiksa.
Juno merenggangkan rangkulannya lalu melirik kaki Anette, "Ikut aku!"
Dasar tuan printah! kesal Anette dalam hati.
Di sisi lain seorang laki-laki bertopeng hitam yang sedang menyesap segelas champange dengan tenang. Tidak singkron dengan matanya yang terus menyisir penjuru balroom, seperti mencari keberadaan seseorang.
"Apa dia tidak datang?"
...
Disebuah mobil mewah berlogo kuda keluaran terbaru yang sedang terparkir di depan gedung apotik, Anette duduk di kursi pumpang seorang diri. Tak lama Juno keluar dari apotik dengan sekantong plastik putih di tangannya.
Juno membuka pintu bagian penumpang kemudian berlutut. Tanpa izin ia meraih kaki Anette dan melepaskan sepatu yang dikenakan gadis tersebut. Tanpa di duga lagi, Juno melempar sepasang sepatu tersebut ke tong sampah di dekatnya.
"Hei! Mengapa kau membuangnya?!"
"Barang muraham yang tidak berguna, hanya membuat kakimu terluka," jawab Juno sekenanya.
"Tuan sombong," Hardik Anette dengan kesalnya.
Juno mengangkat punggungnya tak peduli. Tangannya kini sibuk mengobati kaki Anette yang lecet. Memang tak parah, tapi cukup menyiksa jika di biarkan.
Hal tersebut membuat Anette terpaku. Seorang Juno mempelakukannya seperti ini? Rasanya tidak wajar atau hanya Anette yang terlalu menaruh curiga.
Setelah selesai mengobati kaki Anette. Juno melajukan mobilnya ke sebuah tempat yang di penuhi gedung-gedung tua sebagai ciri khasnya. Mobil tersebut berhenti di parkiran minimarket yanh dekat sebuah angkringan makanan lesehan pinggir jala.
"Mau apa kita ke sini?" Tanya Anette.
"Transaksi narkoba," jawab Juno datar lalu keluar dari mobil menuju angkringan. Terlihat lelaki tersebut memesan sesuatu pada ibu penjual soto daging sebelum duduk lesehan.
"Hah! Narkoba?! Gawat-gawat, gimana kalau tiba-tiba ada pengrebekan?! Ck, aku tidak ingin terlibat," Anette panik sendiri di dalam mobil.
Anette menutup wajahnya dengan kedua tangan. Hingga tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobil disisinya. Ternyata itu Juno, Anette menurunkan sedikit kacanya.
"Mau sampai kapan di dalam, apa kau tidak lapar?" Tanya Juno.
"Hmm a-aku tidak ingin terlibat urusanmu," Ucap Anette gugup.
"Dasar anak kecil, sudah ayo keluar," Juno menarik tangan Anette menuju meja lesehan.
"Aku takut ada polisi," Anette merengek ketakutan. Ya, gadis tersebut benar-benar ketakutan hingga matanya berkaca-kaca.
"Jadi kau percaya jika laki-laki tampan dihadapanmu ini seorang pengedar narkoba?" Tanya Juno seakan tidak percaya.
Anette menganggukan kepalanya.
Tawa Juno pun pecah seketika, "Hahaha kau benar-benar anak kecil, mudah sekali dibohongi."
"Jadi kau berbohong?! Ish, bercandamu tidak lucu!" Wajah Anette merah padam menahan malu.
"Kau saja yang terlalu serius," Juno menyantap soto daging miliknya dengan lahap.
"Mengapa kau makan makanan pinggir jalan?" Tanya Anette yang belum menyentuh soto miliknya.
"Memangnya kenapa? Makanan pinggir jalan tidak akan membuatku mati secara tiba-tiba," Tanggap Juno.
Kali ini Anette melihat nilai pluss dari Juno dibandingkan keanu. Yaitu Juno memandang sesuatu dari kastanya. Tidak seperti Keanu yang paling anti dengan makanan pinggir jalan karena dianggap kotor.
Loh, mengapa Anette jadi membandingkan adik kakak tersebut? Anette segera menyantap soto miliknya untuk menghilangkan pikiran-pikiran konyolnya.
"Pelan-pelan, tidak akan ada yang meminta sotomu nona," goda Juno yang lagi-lagi membuat wajah Anette merah merona.
...
Mau Soto..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Farel Galindra
ceritanya bagus thor gak berbelit belit
2023-09-18
0
Kini Wulandari
novelnya bagus ..kosakatanya jg bagus enak dibacanya.sayang masih sedikit yg nge-like"semangat ya Thor"
2022-09-28
0