Di rumah Elang
Setelah membersihkan badan,Elang merebahkan diri diatas tempat tidur. Memejamkan matanya sebentar menghilangkan penat. Tiba-tiba terlihat senyum tipis di bibirnya. Elang membuka mata dan memandang langit-langit kamar.
"Ada apa denganku?" gumam Elang.
"Bukankah aku jengkel melihat gadis itu? Tapi kenapa aku selalu merasa lucu dengan tingkahnya?" lanjutnya mengingat semua kejadian saat Elang bersama Kinaya.
Elang mengingat kejadian tadi pagi. Pagi itu Elang berangkat ke kantor dengan Mang Udin,sopirnya. Di perjalanan menuju kantor Elang melihat Kinaya sedang membantu seorang nenek yang hendak menyebrang. Dengan sabar dan hati-hati Kinaya menuntun nenek itu menuju seberang jalan. Sesekali dilihatnya Kinaya bicara dengan nenek itu dengan tersenyum.
"Ternyata dia juga memiliki hati yang baik !" gumam Elang.
"Tapi tetap saja aku jengkel karena dia main nyelonong saja naik mobil ku"
Derrrrtt..derrrrt...derrrrt... suara handphone menyadarkannya lamunan Elang.
"Hallo..." jawab Elang bangkit dari tidurnya dan yang ternyata yang menelponnya adalah Yohan yang membicarakan tentang pekerjaan. Lama mereka berbincang-bincang di telepon.
Bip
Elang selesai bicara pada Yohan dan kembali merebahkan diri.
Elang kembali mengenang mama nya. Karena Rania adalah sosok wanita yang lemah lembut,tegas dan juga baik hati. Setiap bulan Rania selalu berkunjung ke panti asuhan untuk menyantuni mereka. Dan aktif untuk kegiatan sosial,seperti membantu bencana atau semacamnya. Sampai sekarang Elang masih melanjutkan kegiatan mamanya itu. Meskipun tidak selalu terjun langsung tapi dia selalu mengirim santunan untuk panti asuhan.
Elang selalu mengagumi sosok wanita itu. Sehingga Elang begitu terpuruk waktu mamanya meninggal karena sakit kanker yang dideritanya. Bahkan tidak ada satu pun anggota keluarga yang tahu kalau mamanya itu sedang menderita penyakit kanker otak. Mamanya sangat pandai menyembunyikan rasa sakit yang diderita di depan keluarga.
"Kenapa mama menyembunyikan penyakit itu? Andai mama memberitahu kami,mama pasti bisa sembuh. Setidaknya kami tidak aka menyesal seperti ini karena tidak bisa memberi pengobatn yang terbaik untuk mama," kata Elang lirih dengan suara bergetar menahan tangis. Tanpa disadarinya cairan hangat sudah meleleh membasahi wajahnya.
tok..tok..tok
Suara ketukan pintu menyadarkan Elang dari lamunannya. Segera diusapnya air mata yang dari tadi meleleh itu.
"Makan malam sudah siap tuan," terdengar suara mbok Siti dari balik pintu.
"Iya mbok,sebentar lagi saya keluar," sahut Elang. Kemudian dia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci mukanya yang kusut itu,dia tidak mau kalau mbok Siti melihat mata sembab dan wajahnya yang kusut karena habis menangis. Kemudian Elang turun menuju meja makan.
"Masak apa mbok?" kata Elanglumayan lembut meskipun masih terdengar agak dingin,tapi tidak seperti kepada orang lain, Elang sangat sopan dan baik kepada mbok Siti. Karena mbok Siti sudah lama bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Sanjaya.,sejak Rania masih hidup dulu. Rania selalu memperlakukan mbok Siti dengan baik,begitupun mbok siti dia selalu sabar mengabdi dan merawat keluarga itu dengan tulus. Semenjak kepergian Rania,hanya mbok Siti yang menghibur dan merawat Elang dan adiknya disaat terpuruk.Sedangkan ayahnya juga sibuk dengan kesedihannya sendiri. Meskipun sejak saat itu sikap Elang tidak sehangat dulu. Dia berubah menjadi orang yang berbeda dengan dirinya sebelumnya. Elang juga tidak mau membuka hati untuk wanita,Dia terus menyibukkan diri dengan pekerjaan.
"Opor ayam kesukaan den Elang"," jawab mbok Siti sambil menyendokan nasi dan lauk ke atas piring Elang.
"ehm," Elang mengangguk dan mulai makan.
* * *
Setelah membersihkan diri, Kinaya menghampiri ayahnya di dalam kamar. Karena saat masuk rumah tadi Kinaya tidak melihat ayahnya.
"Ayah sudah makan?" tanya Kinaya menghampiri ayahnya yang sedang istirahat.
"Sudah nak. Kamu sudah makan?"
"Nih Naya mau makan.. tapi lihat ayah dulu. Takutnya ayah belum makan," ucap Kinaya sambil memijit lembut kaki ayahnya meskipun kaki itu pun tidak akan bisa merasakan pijatannya.
"Gimana pekerjaanmu Nay?"
"Baik yah,, meskipun masih menyesuaikan diri. Tapi alhamdulillah baik yah"
"Maafkan ayah,karena keadaan ayah seperti ini jadi kamu harus jadi tulang punggung... maafkan ayah Nay.." ucap Rudy dengan suara bergetar.
"Ayaaahh.... jangan minta maaf sama Nay. Ayah adalah ayah terbaik di dunia ini. Ayah selalu berjuang demi memberikan hidup yang layak buat Naya tanpa mengeluh sedikit pun. Sejak kecil Naya hanya punya ayah,karena ibu meninggal waktu melahirkan Naya" Kinaya menarik nafasnya untuk melanjutkan kalimatnya
"Naya tahu bagaimana beratnya ayah merawat Naya sendirian dari bayi sampai sekarang. Bekerja keras demi kebutuhan dan pendidikan Naya. Ayah sudah melakukan yang terbaik untuk Naya__,"ucap Kinaya tanpa terasa air mata sudah meluncur ke pipinya.
"Sekarang waktunya Naya mengabdi pada ayah, mengurus ayah di usia senja. Naya sayang ayah..hiks..hiks,," Kinaya memeluk ayahnya dengan terisak sampai sesenggukan.
"Ayah bangga padamu Nay. Semoga kamu selalu bahagia. Ibu kamu pasti juga bangga dari atas sana," Rudy ,embalas pelukan putrinya itu dengan mata yang basah.
Cukup lama mereka berpelukan sambil terisak.
"Ya udah makan gih..! Jangan nangis lagi nanti putri ayah jadi jelek," Rudy melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Kinaya.
"Kalau jelek nanti gak ada cowok yang mau sama putri kesayangan ayah ini," ledek Rudy sambil mencubit hidung Kinaya.
"Apa an sih yah.. Gini-gini banyak cowok yang ngantri buat jadi pacar Nay," ucap Kinaya menyombongkan diri. Kemudian mereka berdua tertawa.
"Kamu makan sana! Jangan sampai telat makan nanti sakit," Rudy mengelus lembuh kepala putrinya itu.
"Baiklah. Ayah istirahat saja. Naya makan malam dulu. Naya sayang ayah!" Kinaya menarik selimut sampai ke dada ayahnya dan mencium pipi ayahnya itu. Kemudian dia keluar dari kamar ayahnya.
Setelah makan malam,Naya pun istirahat di kamarnya.
"Huuh.. capek banget hari ini! Kenapa pak Elang ngerjain aku ya masalah bikin kopi. Tapi... dia juga baik sih udah ngasih aku makan siang," Kinaya mengingat kejadian hari ini.
"Apa aku pernah buat salah sama dia?? Aku kan cumagak sengaja nabrak dia. Itu pun aku sudah minta maaf. Pendendam banget sih" ,mengingat itu Kinaya jadi kesel sendiri.
Kemudian Kinaya menggapai foto yang terletak di atas meja kamarnya. Memandangnya lekat dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu pasti udah bahagia ya di sana? Kamu jahat sekali ninggalin aku begitu saja. Maafkan aku... andai waktu itu aku tidak memintamu untuk menjemputku mungkin...mungkin.." Kinaya tidak sanggup melanjutkan kalimatnya,dia sudah terisak mengenang sosok dalam foto itu yang tidak lain adalah cinta pertamanya waktu SMA. Tangisannya terdengar sangat pilu,,entah sudah berapa lama Kinaya menangis sampai tak terasa dia sudah pulas dengan memeluk foto itu.
.
.
.
.
∆*∆*∆* Jangan lupa vote,like dan komen ya guys... Kasih LoPeLoPe juga ya❤❤❤
Thank U😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🌻 y_alcalief 🌻
hai aku udah mampir ya...
sudah aku like + favorit
2020-04-10
0