Pembunuh Bayaran Lanjut Sekolah

Pembunuh Bayaran Lanjut Sekolah

Prolog

Ini adalah pengalaman yang paling menyebalkan seumur hidupku.

Ingin tahu?

Maka, akan kuceritakan sedikit pengalaman seorang pembunuh bayaran muda pro— tentunya itu adalah diriku yang tampan ini—dalam misi terakhirnya.

David the Killer🔪

♦♦♦

Di malam yang tenang ini, terdapat dua orang yang sedang berdua di sebuah kamar dan hanya ditemani oleh sinar rembulan.

Seorang Pria— Aku, David Kall— dengan tatapan penuh darah sedang mengincar target pembunuhannya. Targetnya kali ini adalah seorang anak gadis dari pemerintah yang korupsi. Dia hanya melaksanakan tugas tanpa pandang bulu siapapun itu targetnya.

Meida, gadis berambut panjang berwarna emas yang sangat identik. Memiliki kemampuan akademis yang sangat tinggi. Dia juga dikenal sebagai salah satu politikus terhandal di dunia.

Perlahan, aku mendekatinya dari belakang. Seakan sudah pasrah dan tahu akan dibunuh, gadis itu hanya diam. Dalam sunyinya malam ini, gadis itu menanyakan sesuatu kepada Si Pembunuh yang tentu saja kita kenal sebagai, David the Killer.

"Andai saja waktu bisa kamu putar kembali ...."

"Hm?" David merasa bingung dan hanya terdiam di posisinya.

Well, tentu saja aku bingung dikarenakan kalimat itu adalah hal yang cukup tabu bagiku.

"Apa yang mau kamu lakukan?"

"Diam."

"Apa kamu punya teman?" Perempuan itu terus menatapku tanpa rasa takut.

Dia memang orang yang keras kepala.

"Diam! Jika tidak ...." David menodongkan sebuah pistol tipe Glock-19 tepat di kepala gadis itu.

Kedua mata yang sudah pasrah itu menandakan bahwa tiada perlawanan yang akan terjadi. Namun, senyumnya yang terlihat sangat bahagia membuatku agak jengkel. Meskipun aku sudah menodongkan pistol ke arahnya, dia tetap menatapku dengan tatapan yang sangat kasihan.

"Aku punya teman, mereka memberikanku banyak kenangan yang indah—"

"DIAM!!!" Aku berteriak dengan keras.

Dia terdiam namun masih tak merasa takut padaku. Entah kenapa aku merasa sangat jengkel dan tidak dapat menahan emosiku sendiri ketika dia bercerita. Tidak mungkin pada usia ini emosi sulit untuk dikendalikan, itu pasti tidak mungkin.

Gadis itu memberanikan diri memegang lenganku yang masih menodongkan pistol ke arahnya. Kedua tangan yang memegang lenganku terasa cukup kaku disertai ketakutan namun lembut dan kecil. Untuk pertama kalinya, selama 18 tahun hidup di dunia ini, mataku bertemu secara langsung dengan milik seorang gadis.

"Kamu suka aku?"

"Jangan ngayal."

"Kalau begitu mau memulai hidup yang baru denganku?" Dia masih mempertahankan senyuman palsu itu.

"Mau menipuku?" Dahiku mengernyit.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "Tidak, jika aku pembohong, kamu boleh membunuhku."

Dor!

Sebuah peluru menembus jantung gadis itu. Tubuhnya bercucuran darah. Dapat dipastikan, gadis itu sudah mati.

Sambil membersihkan cipratan darah yang ada di bajuku, aku menyiramkan beberapa bensin pada mayat gadis itu dan berkata, "Di dunia ini, kamu hanya bisa bergantung pada dirimu sendiri."

Aku menyalakan korek yang baru saja aku ambil dari atas meja yang ada di dekat kami.

Sebelum melempar korek tersebut aku sekali lagi menatap wajah mayat gadis itu dan berkata, "Andai saja aku bisa memutar waktu kembali .... " Aku melempar korek api ke arah mayat tersebut.

Aku punya keinginan ....

Andai saja waktu bisa ku putar kembali ....

Aku ingin sekolah saja.

Sebagai penghormatan terakhir atas keberaniannya berbicara kepadaku, sekali lagi aku memberikan sedikit penghormatan pada mayat gadis itu dan tentu saja dengan rasa yang ikhlas. Api yang berasal dari mayat gadis itu terus menyebar hingga menyebabkan kebakaran besar. Dan tentu saja, sebelum orang lain menyadarinya, aku bergegas pergi dari lokasi kejadian perkara.

♦♦♦

Dalam perjalanan aku menaiki kereta yang menuju ke kota Brown.

Di dalam kereta ini cukup sempit. Wajar saja karena kota Brown merupakan salah satu tempat yang paling ramai penduduknya. Untung saja aku kebagian tempat duduk, jafi tidak perlu susah-susah berdiri setelah melakukan misi.

Apa yang akan kamu lakukan jika waktu dapat diputar kembali ....

"Ayolah! Jangan membuatku pusing dengan kalimat yang enggak penting itu!" gumamku kesal.

Kalimat itu terus terngiang di dalam kepalaku. Layaknya virus Corona, kalimat itu terus menerus ada di setiap waktu. Sekali lagi aku berpikir untuk melupakannya, namun tetap saja kalimat itu tidak hilang.

Seorang nenek memegangi bahuku sambil berkata, "Wajahmu tampak cukup gelisah. Apa kamu melakukan sesuatu yang buruk, Nak?"

"Tidak, aku cuma memikirkan sesuatu." Aku tersenyum dan—

"Diberitahukan kepada seluruh penumpang, kita sudah mencapai tujuan."

Kebetulan sekali!

"Aku sudah sampai pada tujuanku, aku pamit dulu, Nek."

Nenek itu hanya mengangguk pelan sambil tersenyum ringan padaku.

Aku memberikan sedikit salam hormat kepada nenek itu dan bergegas pergi dari sana.

♦♦♦

Halo, dengan Zippim disini.

Apa kalian bingung dengan sudut pandangnya? Well, sebenarnya itu adalah sedikit gaya yang Author pelajari dari teman dekat dan juga merupakan seorang penulis novel. Kebetulan terlihat seperti acak-acakan namun pada dasarnya, bagian prolog memang dibuat seperti ini. Intinya, dia sedang menceritakan masa lalunya sendiri menggunakan sudut pandang pertama— Aku— dan disertai narasi yang berasal dari Si Aku itu sendiri.

Terpopuler

Comments

ocisckp

ocisckp

bagus,semangat berkarya thor

2022-05-03

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

maen tembak aja bah

2020-12-31

0

yrzndr_1413

yrzndr_1413

aku mampir membawa like. Baca juga cerita ku ya

2020-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!