4

“Kesimpulannya, kamu tidak punya, benar?” ucap Buk Hilda sambil menyilangkan kedua lengannya.

Bingo! Seperti yang diharapkan dari Buk Hilda!

Untuk memperbaiki kesalahan tadi, aku sudah mempersiapkan cara menjawab yang tepat.

“Pa-pada dasarnya, yeah begitulah ....”

Seperti sudah menduga jawabanku seperti apa, ekspresi wajah Buk Hilda tiba-tiba berubah menjadi sangat antusias.

“Jadi begitu ya! Kau benar-benar tidak punya teman! Tepat seperti diagnosisku. Melihat aura kesepian yang cukup terang memancar sepertimu, aku langsung tahu!” Wajah Buk Hilda mulai berbinar-binar.

Jadi kau bisa mengetahuinya hanya dengan melihat auraku? Tahu begitu, harusnya kau tidak perlu repot-repot tanya kepadaku lah! Haiss!

Harusnya responsku seperti itu, tapi sayangnya aku masih punya teman dan mungkin bisa juga disebut sebagai rival (saingan) dalam hal menjadi pembunuh pro.

"Ha-ha-ha lucu sekali, Buk Hilda."

Dia lalu menganggukkan kepalanya dengan mengatakan, “Mhmmm ... ya ... ” dan melihat ke arahku.

“..... Bagaimana dengan pacar atau ... semacam itu?”

Apa-apaan dengan ‘semacam itu’? Apa yang akan kau lakukan jika aku bilang kalau aku punya homoan? Haahhhh?!!!

“Untuk sekarang ini, belum punya...”

Aku masih memiliki harapan agar memiliki itu di masa depan, jadi kukatakan ‘sekarang ini’, untuk jaga-jaga. Lagi pula aku ini masih cukup polos tentang hal percintaan anak zaman now.

“Begitu ya...”

Kali ini dia menatapku dengan tajam, dengan mata yang sedikit berembun. Kuharap itu karena asap rokoknya yang membuat matanya iritasi.

Hey, hentikan itu! Jangan mengasihani nasibku dengan tatapan mata seperti itu!

Ngomong-ngomong, ujung dari pertanyaan tadi kemana sih? Apakah Buk Hilda memang guru yang seantusias ini?

Mungkinkah dulunya dia adalah siswi SMA yang nakal dan dikeluarkan dari sekolah, lalu kembali ke sekolahnya untuk menjadi guru?

Serius nih, kembali saja ke sekolahmu sana!

Setelah mempertimbangkan sesuatu, dia mengepulkan asap rokoknya.

“Baiklah, begini saja. Tulis ulang jawaban kuisionermu.”

"Siap laksanakan, Buk."

Pasti akan kulakukan!

Baiklah, kali ini aku akan menulis banyak hal yang ‘normal’, tidak menyinggung siapapun. Mirip seperti tulisan blog para sejarawan pro dan sejenisnya.

Misalnya seperti: "Makan malam hari ini adalah ... Sup tulang cacing!"

Apa-apaan dengan menggunakan kata ‘adalah ... ’ itu? Aku yakin semua orang akan terkejut dengan mengatakan akan memakan sup tulang cacing. Kenapa? Tentu saja karena cacing tidak punya tulang!

Sampai saat ini, reaksinya masih sesuai harapan. Tapi apa yang dia katakan selanjutnya adalah hal yang diluar harapanku.

“Tapi, fakta kalau kau mengatakan hal-hal yang melukai perasaanku itu tetap kucatat. Apa kau tidak pernah diajari agar tidak membicarakan usia wanita di depannya? Sebagai hukumannya, kau akan bergabung dengan 'Ekstrakurikuler Mengerjakan Apapun'. Lagipula, yang salah memang harus menerima hukuman.”

Padahal sebenarnya ia tidak terluka, malahan dia seperti memerintahku saja. Cih, dia benar-benar seperti penjahat yang licik saja. Yah, meskipun penjahat yang sebenarnya di sini adalah aku— orang yang memiliki profesi sebagai pembunuh bayaran—, David Kall.

Ngomong-ngomong licik, ini mengingatkanku dengan hal yang lain ... Kedua mataku berusaha kabur dari realitas dimana dari tadi aku melirik ke arah dada Buk Hilda yang berusaha keluar dari sesaknya blus(eehmmm) yang dia pakai.

Sungguh pemikiran yang tercela dari seorang pembunuh bayaran pro sepertiku ... Tapi meskipun begitu, hukuman macam apa yang tadi dia berikan?

“Ekskul Melakukan Apapun ... saya harus melakukan apa di ekskul itu?”

Aku menanyakan itu karena bingung. Aku merasa kalau di ekskul itu aku harus melakukan perbuatan-perbuatan kotor, seperti menculik orang.

“Ikuti saja aku.”

Buk Hilda lalu mematikan rokoknya di asbak dan berdiri. Ketika aku berdiri saja karena bingung tidak ada penjelasan yang memadai, ternyata dia sudah ada di depan pintu, lalu melihat ke arahku.

“Oi, cepatlah!” teriak kesal Buk Hilda.

"O-oh .... "

Dengan rasa penasaran, kuikuti dirinya.

Terpopuler

Comments

Henti

Henti

gak ngerti aku thor sama citanya . maaf

2020-03-17

2

Diey Senja

Diey Senja

menunggu cewe yang bisa naklukin hatinya...😁

2020-03-12

3

the.sajangnim

the.sajangnim

Eskul mengerjakan apapun cuuuyyy berasa jadi budak tanpa pamrih 😂

2020-03-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!