"Iya, Mami tenang saja Riska sudah memaafkan Mami dan Papi. Dan Mami juga tidak perlu khawatir Riska pasti akan menjaga Arta dengan baik" kata Riska sambil tersenyum memberikan semangat pada Vivita. ia tahu pasti Vivita sangat menyesali perbuatannya.
"Mami percaya sama kamu Riska" kata Vivita.
Setelah berbicara panjang lebar Vivita dan Riska memutuskan kembali ke rumah sakit. Mereka merasa sudah cukup lama meninggalkan Arta dan Denis yang juga sedang berbicara serius berdua. Mungkin saat ini Arta dan Denis sudah selesai bicara.
***
"Kita akan pulang ke mana ke rumahaku tau Ke rumahmu?" Tanyanya dengan tetap fokus menyetir mobil.
Saat ini Arta dan Riska sedang berada di dalam mobil dengan Arta yang menyetir sementara Riska duduk di sampingnya.
Tadi setelah Arta dan Denis berbicara serius Vivita menyuruh mereka berdua untuk pulang. Dia khawatir anak dan menantunya kelelahan setelah acara pernikahan tadi. Padahal Arta ingin tetap berada di rumah sakit untuk menemani kedua orangtuanya. Tapi Vivita melarangnya dan memaksa mereka untuk pulang, ia beralasan akan banyak dokter dan perawat yang akan menemaninya nanti. Akhirnya dengan terpaksa Arta dan Riska pulang ke rumah.
"Kita tidak akan pulang ke rumahmu atau ke rumahku tapi kita akan pulang ke apertemenku" jawab Riska.
"Kenapa harus ke apertemenmu?" Tanya Arta sambil menoleh sekilas ke arah Riska kemudian kembali fokus ke jalanan.
"Ada yang ingin aku katakan pada mu!" Kata Riska menatap Arta.
"Baiklah, aku juga ingin bicara sesuatu denganmu" kata Arta.
"Oke. Kita berdua akan bicara setelah sampai di apertemen" kata Riska.
Riska sengaja membawa Arta ke apartemennya karena ia yakin pasti pernikahannya nanti tidak akan berjalan seperti pasangan pada umumnya. Yang akan saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. Tapi karena Riska menikah dengan seorang anak kecil dan lebih muda 4 tahun darinya, membuatnya berfikir jika kehidupan pernikahannya akan sama seperti novel-novel yang sering ia baca. (sepertinya Riska kebanyakan baca novel). Oleh sebab itu, Riska berencana mengajak Arta untuk tinggal di apertemennya, agar kedua orang tua mereka tidak mengetahui bagaimana kehidupan rumah tangga yang akan ia dan Arta jalani nantinya.
Setelah menempuh perjalanan selama 40 menit, mobil berhenti di sebuah gedung apartemen.
Arta dan Riska berjalan menuju sebuah life untuk naik ke lantai atas di mana apartemen Riska berada.
Riska menekan angka 15 menuju apertemennya.
Tiiing...
life tiba di lantai 15.
Riska berjalan lebih dulu di ikuti Arta di belakangnya. Setelah sampai di depan pintu apertemen Riska segera menekan password apertemennya.
Biibb
Pintu apertemen pun terbuka Riska segera masuk ke dalam apartemen.
"Masuklah!" Kata Riska pada Arta.
Arta pun melangkah masuk ke dalam apartemen itu, terlihat apertemen yang cukup besar dan sederhana tidak terlalu mewah, karena Riska yang memang orangnya tidak terlalu suka dengan kemewahan walaupun orang tuanya sangat kaya.
Di dalam apertemen itu terdapat 3 kamar tidur, dengan 2 kamar tidur yang berada di lantai bawah dan 1 satunya lagi berada di lantai atas, 1 ruang tamu, dan dapur yang menyatu dengan ruang makan.
Kini Arta dan Riska sudah duduk saling berhadapan dengan meja yang berada di tengah mereka.
"Siapa yang akan bicara lebih dulu?" Ucap Arta.
"Kamu duluan saja, aku penasaran dengan apa yang ingin kamu katakan kepadaku" kata Riska.
"Baiklah" kata Arta lalu menatap Riska dengan serius
"Aku langsung saja, kita berdua sudah tahu jika pernikahan ini terjadi dengan keterpaksaan. Aku terpaksa menikahmu untuk menggantikan abangku yang kabur dari pernikahan dan untuk menyelamatkan nama baik keluarga kita" kata Arta dan Riska hanya diam mendengarkan.
"Aku tidak mencintaimu dan aku sudah memiliki seorang pacar yang sangat aku cintai. Jadi, aku harap kamu paham dengan situasi ku saat ini" lanjut Arta panjang lebar menjelaskan kepada Riska. Jika bukan karena janjinya kepada sang Papi untuk tidak meninggalkan Riska, mungkin saat ini Arta akan mengajukan surat perceraian ke pengadilan agama.
Riska yang mendengar pengakuan Arta hanya tersenyum meremehkan.
"Ya aku tahu kamu terpaksa melakukan pernikahan ini karena aku pun juga seperti itu. Jadi, apa maksud dari semua perkataanmu itu?" Tanya Riska penasaran.
"Aku hanya ingin kita membuat kesepakatan" kata Arta.
Riska hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti dengan maksud Arta. Benar dugaannya pernikahannya tidak akan berjalan dengan mulus
"Dasar boing(bocah ingusan), tidak perlu berterus terang juga kali kalau kamu terpaksa melakukan pernikahan ini dan bilang kamu sudah mempunyai seorang pacar. Bilang saja aku ingin membuat kesepakatan dengan kak Riska karena aku hanya menganggap kak Riska sebagai kakak ku kan itu lebih baik, tidak perlu bertele-tele seperti ini. Jika bukan karena Mami Vivita yang menyuruhku untuk menjaganya sudah di pastikan aku akan menendangnya dari atas gedung apertemen ini" batin Riska mendumel.
"Baiklah, kesepakatan seperti apa yang kamu inginkan?" Tanya Riska penasaran dengan kesepakatan apa yang di ajukan suami kecilnya itu.
"Aku ingin agar kamu tidak ikut campur dalam urusanku termasuk hubunganku dengan pacarku nanti dan itu juga akan berlaku untukmu dan aku juga ingin agar pernikahan ini di rahasiakan" kata Arta mengajukan kesepakatannya.
Mendengar itu, Riska kembali menganggukkan kepalanya. ia memikirkan kesepakatan yang di ajukan Arta. Apakah kesepakatan itu akan menguntungkan untuk dirinya?
"Sepertinya kesepakatan itu ada bagusnya juga. Sebaiknya pernikahan ini kami rahasiakan dulu kan malu kalau ketahuan menikah dengan bocah SMA dan juga aku bisa melakukan apa pun tanpa ada yang mengatur dan mencampuri urusanku" batin Riska.
"Baik, aku setuju dengan kesepakatan itu. Kita tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing dan kita juga akan merahasiakan pernikahan ini" kata Riska menyetujui kesepakatan itu.
"Satu lagi, aku ingin kita tidur secara terpisah. Aku minta maaf karena aku tidak bisa memberikanmu nafkah batin. Tapi kamu tenang saja aku akan tetap memberikan nafkah lahir untukmu" kata Arta. Walaupun Arta masih kecil tapi dia tahu tanggung jawab dan kewajibannya sebagai seorang suami.
"Maafkan aku Pi, aku masih belum siap untuk mempunyai seorang anak" batin Arta. Sebenarnya Arta merasa bersalah pada Papinya karena tidak bisa menepati janjinya, tapi jika di pikirkannya kembali ia juga tidak siap untuk memiliki anak di usia muda. Apalagi Arta tidak mencintai Riska.
"*Loh kok kesannya kaya gue berharap banget ya tidur sekamar bareng dia. Bener-bener nih bocah. Siapa juga yang mau tidur sekamar dengan*nya" Riska.
Mendengar ucapan Arta, harga diri Riska sebagai seorang wanita serasa di jatuhkan.
"Ya aku setuju, siapa juga yang mau tidur sama boing kaya kamu" kata Riska menyebut Arta boing. Bisa hancur harga dirinya jika tidak segera di setujui.
"Apaan tuh boing? aku baru denger" ucap Arta keningnya berkerut tidak mengerti dengan kosa kata yang baru saja di pakai oleh Riska.
Beri Like dan komen napa.😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Agent Dybala
kuy, lanjut Thor....
2021-09-10
1
Mommy Gyo
2 like hadir thor
2021-09-05
1