"Nino ke mana sih?" Clara mencari keberadaan kekasihnya di kantin kampus.
"Clara, aku ingin berbicara padamu!" Arabella mendatanginya dengan tatapan tidak ramah.
"Ada apa Bell? Ayo kita duduk!" Ajak Clara kepada sahabat baiknya.
"Kau ini bagaimana? Kau benar benar teman yang tak bisa diandalkan!" Gerutu Arabella dengan wajah yang terlihat sangat kesal.
"Maksudmu? Semalam kau berhasil tidur dengan Kai kan?" Clara memastikan.
"Tidur kepalamu! Kai meninggalkanku semalam, saat dini hari aku bangun, malah aku sedang berada di rumahmu bukan tidur dengan kekasihku!"
"Ya ampun, aku lupa semalam aku meninggalkan minuman itu di meja!" Clara menepuk keningnya.
"Sudahlah, aku hanya ingin memberi tahumu jika saat aku akan pulang dari rumahmu, aku melihat Nino ke luar dari kamar tamu," jelas Arabella.
"Tunggu! Maksudmu kamar tamu yang ada di dekat dapur?"
"Iya. Kekasihmu ke luar dari sana! Semalam kau ke mana?" Cecar Arabella kembali.
"Aku semalam pergi ke kamarku. Kepalaku sangat pusing karena terlalu banyak minum," Clara memijit keningnya.
Clara langsung teringat ketika Tifanny ke luar dari kamar tamu dengan tergesa gesa saat tadi sebelum mereka pergi ke kampus.
"Tunggu Bell! Aku melihat Tifanny ke luar dari kamar itu saat sebelum berangkat ke kampus!" Clara berkata dengan panik.
"Justru aku akan mengatakan itu kepadamu. Salah satu teman kita ada yang bilang dia melihat Nino membawa Tifanny ke kamar itu. Ternyata saudara tirimu itu tidak sepolos yang aku kira," Arabella tersenyum sinis.
"Tidak. Itu tidak mungkin!" Clara menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin bagaimana? Jelas jelas kekasihmu tidur dengan saudara tirimu itu. Berikan dia pelajaran, Cla! Jangan biarkan kekasihmu direbut oleh wanita seperti dia!" Arabella mempengaruhi.
"Kalau itu tentu saja. Aku akan memberikannya pelajaran nanti!" Clara menggerutukan giginya. Terlihat sekali jika dia sangat marah.
"Nah itu baru Clara!" Arabella menepuk bahu sahabatnya.
****
Siang ini Nino dan 4 orang lainnya akan melakukan bimbingan untuk judul skripsi kepada dosen pembimbingnya.
"Kau satu kelompok denganku?" Tanya Nino ketika melihat Tifanny datang dan menunggu di depan ruangan dosen yang sama dengannya. Kemudian Nino berpindah dan duduk di sebelah Tifanny.
Tifanny tidak menjawab pertanyaan dari Nino.
"Hey, aku sedang berbicara denganmu. Kau bimbingan skripsi juga dengan Mr. Andrew?" Nino bertanya sekali lagi.
"Iya. Dia dosen pembimbingku," jawab Tifanny tanpa menoleh ke arah Nino.
Tiba-tiba, Tifanny teringat peristiwa malam tadi.
"Oh iya, aku ingin bertanya sesuatu padamu!" Tifanny menoleh ke arah Nino yang terduduk di sampingnya.
"Bertanya apa?" Nino menjawab dengan antusias.
"Apakah semalam-"
"Kalau kau ingin bertanya mengenai kejadian semalam, kau harus mau pergi kencan denganku minggu ini!" Nino memotong ucapan Tifanny.
"Tunggu! Kau mengajakku berkencan? Pria macam apa dirimu? Bukankah Clara adalah kekasihmu?" Tifanny memandang tidak suka pria yang ada di sampingnya.
"Tinggal jawab saja, apakah semalam ada sesuatu yang terjadi antara kita?" Tanya Tifanny. Ia sudah sangat tidak sabar menunggu jawaban Nino.
"Kau yakin ingin tahu kebenarannya?" Nino tersenyum penuh arti.
"Iya."
"Kalau kau ingin aku menjawab, kau harus mau aku antarkan pulang setelah bimbingan kali ini!" Pinta Nino kembali.
"Kau benar-benar pria menyebalkan!" Tifanny beranjak dari duduknya, kemudian ia segera berlalu dari sana.
"Fan? Kau mau ke mana?" Tanya Justin yang baru datang, Justin Dawson adalah teman Tifanny. Dia pun satu kelompok bimbingan skripsi dengan Tifanny dan Nino.
"Aku mau ke perpus sebentar, lagi pula Mr. Andrewnya belum datang."
"Ayo aku temani!"
"Ayo!" Tifanny mengiyakan.
Nino segera bangkit dari duduknya.
"Mengapa kau tidak mau aku antarkan pulang? Tapi dengan pria ini kau mau ditemani ke perpus?" Nino mencekal tangan Tifanny yang akan segera berlalu.
"Lepaskan tangannya!" Justin melepaskan cekalan tangan Nino dari tangan Tifanny.
Justin adalah teman sekelas Nino dan juga Tifanny. Justin lumayan sering mengobrol dengan Tifanny karena ia sudah sangat sering sekelompok dengan Tifanny saat di kelas. Justin pun sering menghabiskan waktunya di perpus, jadi di sana ia sering bertemu dan mengobrol dengan Tifanny perihal mata kuliah dan tugas tugasnya.
"Ayo Justin! Tidak usah di ladeni!" Ajak Tifanny.
Justin pun mengikuti langkah Tifanny menuju perpus.
"Sial! Sepertinya aku akan punya saingan!" Nino berkata dengan gusar. Kemudian ia duduk kembali untuk menunggu kedatangan dosen pembimbing skripsinya.
Setengah jam kemudian, Tifanny dan Justin terlihat datang kembali ke depan ruangan Mr Andrew. Nino menatap Justin dengan tidak suka. Ia rasa Justin akan menghalanginya untuk memenangkan taruhan itu.
Tak lama, Mr. Andrew pun datang. Ia segera masuk ke dalam ruangannya. Satu persatu mahasiswa mengantri untuk menyetor judul skripsi mereka. Tibalah giliran Nino masuk, sebelum masuk, Nino mendelik ke arah Tifanny dan juga Justin yang sedang asyik berbincang.
Setelah 20 menit berada di ruangan Mr. Andrew, Nino ke luar dengan wajah yang lesu. Tifanny pun segera masuk ke dalam ruangan Mr. Andrew setelah Nino ke luar.
"Shit! Judulku di tolak!" Nino meninju dinding yang ada di hadapannya.
"Bagaimana jika aku kalah taruhan? Aku harus mengerjakan skripsi Kai dan juga Alden. Tidak, itu semua tidak boleh terjadi! Mencari judul pun sudah membuat kepalaku pusing, bagaimana jika mengerjakan 3 skripsi sekigus?" Batin Nino, ia memejamkan matanya dengan amat frustasi.
"Tidak ada cara lain. Aku harus membuat Tifanny jatuh cinta dan membuatnya menjadi kekasihku. Dengan begitu, aku akan memenangkan taruhan ini," Nino bertekad di dalam hatinya.
Tak lama, Tifanny ke luar dari ruangan Mr. Andrew dengan wajah yang pucat pasi dan tubuh yang lemas.
"Fan, bagaimana?" Tanya Justin ketika melihat Tifanny ke luar dari ruangan Mr. Andrew.
"Judulku di tolak, katanya judul itu sudah ada yang memakai. Aku malah dimarahi tadi, katanya aku tidak bisa berfikir dengan cermat," Tifanny berkata dengan lesu.
Nino tampak kaget mendengar percakapan Tifanny dan juga Justin.
"Jangan dipikirkan! Kau tahu kan Mr. Andrew seperti apa? Dia memang dosen yang cukup killer di kampus ini," Justin menyemangati.
"Fan, judulku pun di tolak. Bagaimana jika kita mencari judul bersama sama?" Tawar Nino.
"Kau ini sedang apa? Bukankah kau sudah memiliki kekasih?" Justin mendelik ke arah Nino.
"Apa urusanmu? Memang kau siapanya Tifanny? Kau ayahnya sehingga berhak melarangku?" Jawab Nino dengan berapi-api.
"Aku tidak berminat mencari judul itu denganmu. Aku pulang dulu ya, Jus?" Tifanny berpamitan kepada Justin.
"Tunggulah sebentar! Setelah aku beres bimbingan, aku akan mengantarkanmu pulang!" Ucap Justin.
"Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri," Tifanny menolak. Ia memang tidak terbiasa pulang dengan seorang pria. Dengan Justin pun jika mengobrol itu hanya di forum diskusi dan mengenai tugas kuliah saja.
"Baiklah. Hati-hati di jalan, Fan!" Justin melambaikan tangannya.
Dear para readers : Harap tinggalkan jejak kehadiran kalian berupa like, coment atau vote untuk mendukung author. Terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
lily
untung dlu dosen pembimbing ku gak killer kaya mr.andrew hihihi
2023-11-01
1
Athallah Linggar
sukurinn,sok kegantengan loh nino. Riber yg bkin diri sendri
2023-06-25
0
Athallah Linggar
Dasar toxic,😡😡😡😡😡😡😡😡
2023-06-25
0