Pagi hari...
"Mengapa aku tertidur di sini?" Tanya Tifanny saat menemukan dirinya ada di kamar tamu.
Ia mencoba mengingat kejadian semalam. Tifanny membelalakan matanya saat mengingat ia dan Nino masuk ke dalam kamar.
"Tidak, apa yang dia lakukan?" Tifanny bertanya dengan panik. Ia mencari sekelebat orang yang masuk bersamanya ke dalam kamar saat malam tadi.
"Dia tidak ada. Bajuku pun lengkap. Aku rasa semuanya baik-baik saja," Tifanny meyakinkan dirinya. Kemudian ia melirik jam yang ada di sebelah kasur.
"Oh tidak. Aku akan terlambat!" Tifanny segera berdiri dan berlari menuju kamarnya.
"Bagus ya? Jam segini baru bangun!" Clara menatap tajam ke arah Tifanny.
Tifanny tidak menghiraukan ocehan saudara tirinya itu dan dengan cepat berlari menuju kamarnya. Tifanny pun segera bersiap siap karena setengah jam lagi perkuliahan akan segera di mulai.
"Tunggu! Mengapa kau tadi ke luar dari kamar tamu?" Clara menyipitkan kedua matanya.
"Emm. A-aku hanya ingin merasakan tidur di kamar tamu!" Tifanny menjawab dengan gugup.
"Tidak seperti biasanya!" Jawab Clara masih dengan raut wajah yang penasaran.
"Clara, bisakah hari ini aku ikut denganmu ke kampus?" Pinta Tifanny. Clara memang diberikan mobil untuk berangkat ke kampus. Sedangkan Tifanny sehari hari biasa naik bus untuk sampai di kampusnya.
"Aku tidak mau," Clara langsung menolak.
"Aku mohon kali ini saja! Ya? Hari ini ada ujian," Tifanny memohon.
"Tidak. Aku tidak sudi berdekatan denganmu," Clara langsung mengambil kunci mobil miliknya dan bergegas untuk sampai di kampus.
"Clara tunggu!" Tifanny berteriak saat mobil Clara meninggalkan halaman rumahnya.
"Dia benar-benar menyebalkan!" Tifanny menghembuskan nafasnya kasar. Lalu ia memutuskan untuk naik taksi saja hari ini.
Setelah 15 menit, Tifanny sampai di kampusnya. Ia berlari dengan sangat cepat karena sepertinya kelas sudah di mulai.
"Mudah-mudahan aku bisa masuk!" Tifanny mengatur nafasnya saat ia sudah sampai di depan pintu ruangan kelasnya.
"Maaf, saya terlambat!" Tifanny berkata dengan sopan kepada dosen yang tengah membagikan kertas ujian hari ini.
"Duduklah!" Perintah dosen itu. Tifanny pun menghembuskan nafasnya lega. Untung saja hari ini dosennya sedang berbaik hati. Biasanya ia sangat tidak menyukai mahasiswa yang datang terlambat.
Saat Tifanny akan duduk di kursinya, ia melihat Nino tengah tersenyum menatapnya.
"Kau kenapa?" Kai yang duduk di samping Nino memperhatikan wajah sahabatnya.
"Tidak."
"Kai, Nino? Bantu aku untuk mengerjakan ujian kali ini ya?" Alden berbisik.
"Kalian jika ingin ngobrol di luar saja, jangan di kelas ini!" Dosen memperingatkan Nino, Kai dan Alden.
Mereka pun segera diam saat mendengar ucapan dosen killer itu. Semua mahasiswa mengerjakan ujian hari ini dengan tertib. Tifanny pun bisa mengerjakan semua soal dengan baik dan tidak menemukan kesulitan yang berarti.
"Fan, ayo kita ke kantin!" Ajak Elora, teman Tifanny.
"Ayo!" Tifanny menggandeng tangan teman baiknya itu.
Saat Tifanny sampai di kantin, ia berpapasan dengan Nino, Kai dan juga Alden.
"Hey Tifanny!" Sapa Nino dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
Tifanny tidak menjawab sapaan dari teman sekelasnya itu. Ia segera berjalan menjauh dari Nino.
"Kau ini mengapa bersikap dingin lagi terhadapku? Padahal semalam kau merengek meminta tidur bersamaku!" Nino menahan tangan Tifanny.
Wajah Tifanny seakan terbakar mendengar ucapan Nino. Ia sangat kaget dengan apa yang Nino katakan, begitu pun dengan Kai, Alden dan Elora yang mendengar.
"Kau ini bicara apa?" Tifanny memandang Nino dengan kesal.
"Aku hanya membicarakan kebenaran!" Nino mengambil rambut Tifanny dan memainkannya sedikit.
"Jangan sentuh aku!" Tifanny menjauhkan kepalanya.
"Tidak usah sok jual mahal!" Nino tersenyum meledek.
"Ayo El! Tidak usah di ladeni!" Tifanny menarik tangan Elora untuk menjauh dari Nino, Alden dan juga Kai.
"Apa yang kau katakan tadi serius?" Tanya Alden kepada Nino saat mereka mendudukan dirinya di kursi yang ada di kantin.
"Tentu saja aku serius," Nino menjawab dengan penuh penekanan.
"Kau jangan berkhayal! Dia saja seperti tidak tertarik denganmu!" Kai tertawa meledek.
"Aku benar-benar serius. Semalam dia memintaku untuk tidur dengannya! Sepertinya ada yang menaruh sesuatu pada gelasnya semalam," Nino menjelaskan.
"Kalian harus lebih berhati-hati! Bisa jadi itu pekerjaan teman kita dan kita yang jadi sasarannya," Nino mengingatkan.
Alden dan Kai tampak kaget mendengar ucapan Nino.
"Kau tidak menyentuhnya kan?" Alden bertanya setengah berteriak, sehingga semua yang ada di sana menoleh kepada mereka.
"Tentu saja tidak. Kau pikir aku pria sejahat itu?" Nino merasa tidak terima dengan tuduhan Alden.
"Dia mengingatkanku kepada seseorang," Kai tampak berfikir.
"Pasti mengingatkan pada teman SMA kita yang bernama Alula kan?" Alden menimpali. Alula adalah teman SMA Nino, Alden dan Kai yang sering mereka bully.
"Ya, setiap kali melihatnya aku selalu teringat gadis aneh itu!" Kai meneguk air mineral yang ada di mejanya.
"Kai, kau sepertinya merindukan gadis anehmu itu!" Alden tertawa.
"Tentu saja tidak. Ada apa dengan kalian?" Kai tampak gugup.
Nino kembali menoleh kepada meja Tifanny yang ada di belakangnya.
"Kau tidak usah memperhatikannya. Dia terlihat tidak menyukaimu!" Kai mengingatkan.
"Tidak ada yang tidak menyukaiku!" Nino berkata dengan percaya diri.
"No, kau tidak usah berhalusinasi! Dia Tifanny! Selama sekelas dengannya, aku tidak pernah melihat dia mempunyai hubungan khusus dengan pria manapun," Alden menampik.
"Ya, kurasa Alden benar," Kai menyetujui.
"Aku hanya perlu mendekatinya sedikit. Nanti dia pasti akan tergila gila padaku. Kalian ingin bertaruh denganku?" Nino menantang sahabat-sahabatnya.
"Baiklah, ayo kita bertaruh!" Alden terlihat bersemangat.
"No, jangan di ladeni! Aku kira kau akan kalah," Kai mengingatkan.
"Jangan panggil aku Nino jika aku tidak bisa membuatnya jatuh cinta padaku!" Nino menaikan sudut bibirnya ke atas.
"Jika kau bisa menjadikan Tifanny kekasihmu, aku akan memberikan mobilku!" Alden menyimpan kunci mobil ke atas meja.
"Kai, kau tidak ikut bertaruh?" Alden menoleh kepada Kai.
"Baiklah, aku ikut. Jika kau berhasil, aku akan memberikan apartemenku yang ada di kawasan Beverly Hills," Kai melempar kunci apartemen miliknya
"Dan bagaimana jika kau kalah?" Kai melirik kepada Nino.
"Jika aku kalah, aku akan menanggung uang saku kalian selama setahun!"
"Yang lain saja. Aku tidak tertarik," Alden dan Kai menolak.
"Aku tahu. Jika kau kalah, kau harus berlari di atas jembatan Brooklyn dengan memakai celana pendek bergambar Dora dan selama kau berlari kau harus berteriak jika kau seorang pecundang!" Alden memberikan ide.
Kai yang mendengar langsung tertawa dengan kencang.
"Tidak, jangan itu! Kalau kau kalah, kau harus mengerjakan skripsiku dan Alden. Bagaimana?" Kai memberikan penawaran.
"Kau gila?" Nino Berteriak kepada sahabatnya.
"Jika kau menolak berarti kau tidak yakin kau akan menang," Alden tersenyum meledek.
"Ya, kau sudah menyerah terlebih dulu!" Kai membenarkan.
"Baiklah, aku terima tawaran kalian. Jika aku kalah, aku akan mengerjakan skripsi kalian!" Nino akhirnya menyetujui.
"Baiklah, kita lihat! Tenggang waktu taruhan kita hanya sampai akhir semester ini," ucap Alden.
"Aku setuju," jawab Nino dan Kai.
Sementara itu Tifanny sesekali melirik ke meja Nino, Alden dan Kai.
"Aku harus meminta penjelasan padanya mengenai kejadian semalam," batin Tifanny. Ia sangat khawatir ada yang terjadi antara dirinya dan Nino saat malam tadi.
Dear para readers : Harap tinggalkan jejak kehadiran kalian berupa like, coment atau vote untuk mendukung author. Terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Anonymous
o
2024-07-01
0
Sumarni
taruhan
2021-10-09
1
sailor moon🍌
Dasar trio gesrek🤣 ngakak bnget sama taruhannya🤣
2021-09-16
1