Serangan

Dua hari setelah kejadian Hitam memutuskan untuk menjagaku, ada seorang teman ayah datang ke rumah untuk bertamu. Dapat kulihat salah satu tangannya dibalut perban.

"Sore pak, maafkan saya yang ganggu sore-sore begini" ucap lelaki yang bisa kuperkirakan usianya lebih muda dari ayahku.

"Oh tidak apa-apa To, saya juga kebetulan sedang santai di hari libur begini" jawab ayahku santai.

"Jadi begini pak ada yang mau saya bicarakan terkait dengan proyek X, ngomong-ngomong ini anak perempuan bapak ya?" ujar lelaki itu.

"Iya To ini anak bungsu saya, nanti setelah pensiun dia yang akan menemani di rumah hahaha" ucap ayahku sambil tertawa.

Lelaki itu menatapku lekat, begitupula aku ikut menatapnya bingung. Dan tiba-tiba dia sangat terkejut ketika saling bertatapan lama denganku. Hal itu membuat ayahku juga ikut terkejut.

"Loh kamu kenapa To kok kaget begitu?" tanya ayah heran.

"Ti...tidak apa-apa pak, saya pamit pulang sekarang" jawab lelak itu gugup.

"Katanya tadi mau membicarakan tentang proyek X kok kamu mau pulang?" tanya ayahku bingung.

"Be...besok saja saya bicarakan di kantor pak. Sa...saya permisi" sahut teman ayah itu kemudian langsung pergi meninggalkan rumah kami.

"Eh pak kok tamunya sudah pergi? kan ini ibu baru selesai buatin kopi dan pisang goreng" ucap ibuku yang baru selesai membuat minuman dan makanan untuk tamu.

"Bapak tidak tahu bu, tadi habis lihat Rea dia kaget terus pamit mau pulang" jawab ayahku jujur.

"Dia orang jahat ayah, ayah harus hati-hati sama orang itu" ucapku polos.

Tentu saja orangtuaku sangat terkejut mendengar ucapanku. Pasalnya seorang anak kelas 6 SD yang mengucapkan hal itu bukan orang dewasa.

"Hush!!! tidak boleh bicara begitu Re, kamu kan belum kenal sama Om Yanto" nasihat ayahku.

"Aku tidak bicara yang benar ayah, hitam yang memberitahuku. Teman ayah itu adalah salah satu orang yang ingin nenghancurkan keluarga kita" jelasku.

"Kamu jangan aneh-aneh deh Re, Om Yanto itu orang baik kok" ucap ayahku yakin.

"Tangan Om Yanto luka itu karena kalah bertarung dengan hitam yah. Kata hitam orang itu ke sini karena ingin meminta obat" jelasku lagi.

"Hitam? siapa itu Re?" tanya ibuku penasaran.

Aku pun menceritakan semua kejadian tentang pertemuanku dengan hitam dari awal sampai akhir kepada orangtuaku. Tentu mereka sangat terkejut mendengar ceritaku tentang hitam. Dapat kulihat keraguan dalam tatapan mereka, tetapi aku tak menghiraukannya.

Suatu hari, ayah dan ibuku membawaku ke orang pintar. Hal ini dikarenakan mereka takut jika aku diikuti oleh makhluk yang jahat. Sangat wajar bukan sebagai orangtua jika mereka khawatir anaknya ditempeli makhluk yang jahat?

Sesampainya di rumah orang pintar tersebut, orangtuaku berbincang sebentar baru akhirnya orang pintar tersebut menerawangku. Ku lihat ekspresi orang pintar itu tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Oh jadi begitu" ucap orang pintar itu pada akhirnya.

Hening, kedua orangtuaku beserta aku menunggu jawaban dari orang pintar tersebut.

"Apa yang anak ibu dan bapak katakan semuanya benar adanya" ujar orang pintar itu sehingga membuat kedua orangtuaku kaget bukan kepalang.

"Tapi bapak jangan menjauhi orang yang ingin berbuat jahat kepada keluarga bapak, melainkan bapak sebaiknya tetap berbuat baik kepadanya dan harus selalu waspada" ucap orang pintar itu lagi.

"Baik, lalu bagaimana dengan hitam yang sering disebutkan oleh anak kami?" tanya ayahku kepada orang pintar itu.

"Hitam itu nama yang diberikan oleh anak bapak kepada sosok anjing hitam besar yang mengikutinya, karena sosok itu sebenarnya tidak memiliki nama" jawab orang pintar itu lagi.

"Tapi mengapa dia mengikuti anak saya? apakah sosok itu makhluk yang jahat?" tanya ibuku beruntun, kemudian orang pintar itu tersenyum.

"Dia adalah sosok yang baik karena dia menjaga anak bapak dan ibu dari serangan-serangan yang jahat. Anak bapak dan ibu adalah orang yang paling lemah diantara keluarga kalian karena dia masih kecil dan polos, sehingga dia yang paling mudah diserang agar nantinya keluarga bapak dan ibu kesusahan. Sosok itu menjaga si bungsu karena dia menyukai energi dari si bungsu" jelas orang pintar itu kepada orangtuaku.

"Apakah nantinya sosok itu akan mempengaruhi anak kami?" tanya ibuku yang masih penasaran.

"Seharusnya sih tidak karena dia hanya menjaga dari hal-hal yang buruk" sahut orang pintar itu singkat.

Aku sedari tadi hanya mendengarkan sekaligus memperhatikan percakapan antara orangtuaku dan orang pintar tersebut. Setelah dari rumah orang pintar itu, ayahku terlihat diam. Mungkin beliay masih tidak menyangka jika teman yang dianggapnya baik ternyata ingin menyakiti keluarganya.

Sesampainya di rumah, aku mengikuti ibu ke dapur untuk mengambil beberapa makanan ringan.

"Bu, ibu baik-baik saja kan?" tanyaku kepada ibuku yang juga sebenarnya terlihat diam sedari pulang dari rumah orang pintar tersebut.

"Ibu masih tidak menyangka jika banyak orang yang ingin menyakiti kamu demi membuat keluarga kita susah Re" jawab ibuku jujur.

"Memang Rea kenapa bu?" tanya Kak Vian yang tiba-tiba muncul.

Ibuku menceritakan semua yang dikatakan oleh orang pintar tadi kepada kakak ketigaku. Bahkan ketika kedua kakakku yang lainnya sudah pulang juga diceritakan oleh ibu. Tidak lupa juga ibuku menyuruh agar semua kakak-kakakku berhati-hati terhadap orang-orang di tempat kerjanya.

Malam itu kami semua berkumpul di ruang tamu sambil menonton tv dan bercengkrama. Saat tengah asyik mendengarkan obrolan orangtuaku dan kakak-kakakku, aku merasakan hawa yang sangat tidak enak. Rasa mual seolah perutku dikocok datang secara tiba-tiba, sehingga membuatku segera berlari ke kamar mandi.

Tentu semua orang yang ada di ruang tamu terkejut dengat tingkahku. Aku memuntahkan semua isi perutku di kamar mandi, sedangkan ibuku memijit pelan tengkukku agar aku merasa lebih baik. Saat aku muntah, aku mendengar suara hitam yang mengatakan jika aku dan keluargaku harus bersiap. Hitam menyuruhku dan semua keluargaku berdoa dengan khusyuk kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Aku menyampaikan semua yang dikatakan oleh hitam kepada ibuku. Ibu pun langsung menarikku ke ruang tamu dan mengatakan apa yang sudah kusampaikan kepada kakak-kakakku serta ayahku. Kami semua akhirnya duduk hening sambil berdoa dengan khusyuk kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dilindungi dari segala sesuatu yang buruk.

Dapat kurasakan panas yang sangat membara berada disekelilingku. Kudengar hitam berkata "jangan takut Tuhan, leluhur, dan aku pasti akan melindungi kamu dan keluargamu. Tak ada kekuatan yang mampu melebihi kekuatan Tuhan, yakinlah!!!"

Tiba-tiba dapat kurasakan tanganku bergerak sendiri seolah ada yang menggerakkan. Aku berdiri dan berlari ke halaman rumah dengan posisi telapak tangan terbuka seolah membawa sesuatu di atasnya. Dipengelihatanku aku sedang membawa sebuah bola api yang cukup besar.

"Rea mau kemana???" tanya Kak Vian.

Aku tak menghiraukan pertanyaan kakakku dan tetap berlari keluar. Semua keluargaku pergi menyusulku karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sesampainya di halaman rumah, tanganku bergerak sendiri untuk melempar bola api tersebut ke arah yang menurutku mungkin arah datangnya. 

"Kamu sudah melakukannya dengan baik gadis kecil" ucap hitam di dalam pikiranku.

"Kamukah yang menggerakkan tanganku tadi?" tanyaku dan bisa di dengar oleh semua keluargaku.

"Ya atas ijin Tuhan aku membantumu" jawab hitam.

"Terimakasih hitam" ucapku.

"Sama-sama" balasnya.

Seluruh keluargaku menatap penasaran padaku.

"Kamu sudah Rea kan?" tanya Kak Vian polos.

"Dari tadi kan memang Rea" jawabku sekenanya.

"Tapi kenapa kamu tiba-tiba lari keluar terus buat gerakan seperti melempar sesuatu?" tanya Kak Ririn.

"Oh itu hitam yang gerakin tangan aku kak, tadi itu di atas tangan aku ada bola api besar sekali. Memang kakak sama ayah dan ibu tidak lihat?" ujarku berusaha menjelaskan.

"Tidak Re yang kami lihat tangan kamu kosong" jawab ayahku.

"Kata hitam itu serangan dari orang yang berniat jahat sama keluarga kita yah, makanya harus di lempar keluar" ucapku sesuai dengan perkataan hitam padaku.

"Udah-udah mending sekarang kita lanjut berdoa sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena sudah melindungi keluarga kita dari serangan" ajak ibuku dan semuanya pun setuju kemudian kami sekeluarga kembali lanjut berdoa sampai lewat tengah malam.

Terpopuler

Comments

Naya Kunaya

Naya Kunaya

jadi pelindung rea 😉

2021-08-11

0

@MayNiNi_

@MayNiNi_

wish keren nih >:3

2021-02-22

3

Rahman

Rahman

semangat buat up nya . semangat terus untuk up nya .

2021-01-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!