Hari libur adalah hari yang paling menyenangkan bagi semua siswa di dunia. Termasuk aku tentunya, tidak ada PR, tidak harus pergi ke sekolah untuk upacara bendera, dan bisa menemani ibuku pergi belanja bahan masakan. Oleh sebab itu, meskipun hari libur aku tetap bangun pagi.
Aku memang sangat suka menemani ibuku berbelanja, entah itu hanya untuk membeli bahan masakan ataupun membeli hal yang lain. Ibuku juga senang-senang saja aku ikut menemaninya.
Pukul 05.00 pagi, aku dibangunkan oleh ibuku karena semalam aku sudah berpesan jika akan menemani ibu berbelanja. Meskipun masih mengantuk, aku memaksakan diriku untuk bangun dan mencuci muka. Usai cuci muka, aku bergegas mencari ibuku di dapur.
"Ayo bu! Rea sudah siap" ajakku pada ibuku yang sedang menuang air panas ke dalam termos.
"Iya sebentar Re ibu masih ngisi termos" sahut ibu.
Aku mendudukkan diriku di kursi pendek yang ada di dapur. Setelah selesai mengisi termos, ibu dan aku pergi ke pasar untuk berbelanja. Kami hanya memerlukan waktu kurang dari 15 menit dengan berjalan kaki untuk sampai di tujuan kami, karena lokasi pasar cukup dekat dengan rumahku.
Karena matahari belum menampakkan dirinya, jalan yang kami lewati masih agak gelap, karena cahaya hanya bersumber dari lampu penerangan jalan dan rumah-rumah penduduk. Dalam perjalanan menuju pasar, aku dan ibuku melewati sebuah kebun pisang yang rimbun dengan semak belukar.
Memang sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu, jika selalu mengamati hal-hal yang ada di sekitar. Mataku selalu berkeliling melihat sekitar, entah itu dari jalan ataupun tempat-tempat yang aku lewati. Bagiku semua itu sangat menarik.
Ketika melewati kebun pisang tersebut, mataku tanpa sengaja menangkap sesosok bayangan hitam besar, sehingga membuatku menjadi makin memperhatikan bayangan hitam tersebut.
Aku melambatkan langkah kakiku untuk memperhatikan lebih seksama lagi bayangan hitam itu. Sedangkan ibuku tak sadar jika aku sudah berada cukup jauh dibelakangnya.
Dapat kulihat bayangan hitam itu memiliki empat kaki dengan moncong yang panjang, dan bermata merah menyala. Makin lama sosoknya makin terlihat jelas di mataku. Kini aku tahu jika itu adalah sosok anjing, tetapi ukurannya lebih besar dua kali lipat dibanding anjing pada umumnya.
Tentu aku ketakutan setengah mati melihat sosok itu, sehingga membuatku bergegas berlari menyusul ibuku kemudian menggenggam erat tangannya.
"Loh kamu kenapa Re? kok lari gitu?" tanya ibuku heran.
"Ng...nggak apa-apa kok bu" jawabku gugup.
"Astaga Re! tangan kamu kenapa dingin begini? kamu benar tidak apa-apa?" tanya ibuku meyakinkan.
"I...iya" sahutku singkat namun masih dengan badan yang bergetar dan tangan yang dingin.
Saat itu aku tidak berani menoleh ke belakang sama sekali karena takut jika seandainya aku menoleh, sosok itu sudah ada tepat di belakangku. Aku tahu ibuku merasa sangat heran dengan sikapku, tetapi aku tidak ingin mengatakan apapun pada ibu saat itu.
Sesampainya di pasar, aku dengan cepat langsung menoleh ke belakang. Hanya kekosongan yang tampak di mataku, aku pun bernafas lega karenanya. Ibu dan aku langsung pergi berbelanja bahan masakan untuk hari itu.
Kegiatan tawar menawar dilakukan oleh ibuku dan si pedagang. Sedangkan aku seperti biasa mengamati berbagai kegiatan yang ada di pasar. Selesai berbelanja matahari sudah menampakkan wajahnya, ibu dan aku pulang ke rumah dengan membawa cukup banyak bahan masakan dan jajanan pasar yang kami beli.
Sudah kulupakan kejadian pagi itu tanpa menceritakannya pada ibu. Sampai akhirnya di malam hari, aku tidur sendirian di kamar karena kakak perempuanku harus ke luar kota untuk mengurusi pekerjaannya. Sebenarnya aku takut jika harus tidur sendiri, tetapi karena dinilai sudah cukup besar oleh orangtuaku jadi mereka mengharuskanku untuk belajar tidur sendiri.
Malam itu tentu aku tidak bisa tidur karena berbagai pikiran aneh masuk ke dalam kepalaku. Kejadian tadi pagi juga kembali teringat di kepalaku. Sampai akhirnya aku tertidur dengan rasa ketakutan yang memenuhi pikiranku.
Entah mengapa, aku tiba-tiba berada di suatu tempat yang sangat gelap. Tak ada satup pun cahaya penerangan di tempat itu. Tiba-tiba suara geraman mulai terdengar oleh telingaku.
Lama-kelamaan mataku mulai menyesuaikan dengan kegelapan tempat itu, sehingga aku mulai bisa melihat sekelilingku. Sebuah tanah lapang yang luas dan gelap, disertai dengan sosok bayangan anjing hitam besar yang terlihat olehku. Namun, kini aku bisa melihat dengan sangat jelas matanya yang merah menyala dengan gigi taring mencuat keluar. Sosok anjing hitam itu ternyata bukan bayangan, melainkan memang warnanya adalah hitam.
Sosok itu berjalan mendekat ke arahku, mengendus-endus badanku seolah sosok itu sudah mengenaliku. Sedangkan aku sudah membeku di tempatku berdiri, berbagai pikiran negatif merasuk dalam kepalaku. Aku berdoa dalam hati jika ini mimpi tolonglah agar aku segera bangun.
Keringat dingin sudah mulai membasahi pelipisku, anjing itu masih setia mengendusi badanku. Tiba-tiba dijilatnya pipiku sehingga membuatku sangat terkejut. Kutatap dalam mata anjing itu. Perlahan aku melangkah mundur untuk menjauhi sosok anjing itu.
Merasa mendapat celah untuk kabur, tanpa pikir panjang tentu aku langsung melarikan diri dari sosok mengerikan itu. Aku berlari sekuat tenaga untuk menghindari anjing hitam itu, namun tiba-tiba ada sosok anjing hitam lainnya yang kini tengah mengahadangku.
Secara mendadak tentu aku menghentikan lariku. Tatapan anjing hitam yang kini ada di depanku sungguh sangat bengis, seolah aku adalah santapan lezat baginya. Berbeda dengan tatapan anjing hitam yang sebelumnya mengendusiku.
Anjing bengis itu berjalan mendekatiku, aku berjalan mundur dengan nafas yang tercekat. Tiba-tiba anjing bengis itu menerjang ke arahku hendak mengigit leherku. Tetapi, dengan cepat anjing hitam besar yang mengendusiku tadi menerjang anjing bengis itu.
Dapat kusaksikan pertarungan antara 2 anjing hitam besar itu. Baru ku sadari jika si anjing bengis ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil dibanding anjing yang mengendusiku.
Si anjing bengis akhirnya kalah dalam pertarungan itu dengan luka yang cukup besar di kaki depannya, kemudian si anjing pengendus berjalan mendekat ke arahku.
"Terimakasih" ucapku tulus pada anjing hitam besar itu.
"Kamu adalah manusia yang tadi melihatku di kebun pisang kan?" tanya si anjing pengendus.
"I...iya" jawabku polos.
"Gadis kecil, aku akan menjagamu dari makhluk-makhluk jahat yang menganggumu" ucap anjing itu.
"Tapi aku baik-baik saja, jadi tidak perlu dijaga" sahutku.
"Tidak!!! aku sudah memutuskan akan menjagamu agar kamu tidak diganggu oleh makhluk-makhluk jahat seperti anjing tadi" jelasnya.
"Apakah kamu anjing yang baik?" tanyaku polos.
"Aku tidak baik dan juga tidak jahat, itu semua tergantung tindakan makhluk lain terhadapku" jawabnya.
"Tapi kamu sangat menyeramkan" ucapku jujur.
"Aku tahu sosokku memang menyeramkan, tetapi aku juga punya sisi baik. Terbukti aku melindungimu dari anjing bengis tadi" ujar anjing itu lagi.
"Tapi kenapa kamu ingin menjagaku?" tanyaku penasaran.
"Keluargamu. Meskipun keluargamu tergolong keluarga yang sederhana, tetapi banyak manusia yang ingin menghancurkan keluargamu. Kamu adalah anak terakhir di keluargamu, jadi kamu adalah orang yang paling lemah di keluarga. Gampangnya kamu adalah sasaran paling mudah untuk disakiti oleh para manusia yang ingin menghancurkan keluargamu" jelasnya lagi.
"Kenapa kamu bisa tahu?" tanyaku heran.
"Itu semua terlihat jelas di orangtuamu. Sejak tadi pagi aku mengikutimu dan ibumu, sampai akhirnya aku bertemu dengan ayahmu serta keluargamu yang lain" jawab si anjing pengendus.
"Kenapa kamu ingin menjagaku? kenapa kamu tidak menjaga orangtuaku saja?" ujarku masih penasaran.
"Aku sudah menjelaskan padamu tadi jika kamulah yang terlemah. Tetapi selain itu, aku juga menyukai energimu" jawab anjing itu jujur.
"Energi?" tanyaku heran.
"Ya nanti seiring kamu bertambah usia, kamu pasti akan mengerti apa maksudku. Sekarang kamu bangunlah, ibumu akan segera membangunkanmu" kata anjing itu lalu menghilang.
Aku mendengar suara ibu membangunkanku, saat itu baru kusadari jika aku sebenarnya hanya bermimpi. Tetapi, mimpi itu terasa sangat nyata sampai-sampai bekas keringatku masih terasa di pelipisku. Baru kusadari saat terbangun jika aku belum menanyakan nama dari anjing hitam itu.
Sejak mimpi malam itu, aku jadi bisa mendengar suara si anjing pengendus di telingaku dan aku hanya bisa menemui sosoknya di dalam mimpiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments