Gerobak

Hari ini kakak ketigaku menjemputku di sekolah. Tentu dengan senang hati aku langsung menaiki motor bebek kesayangannya itu. Sepanjang perjalanan kakak ketigaku terlihat tengah memikirkan sesuatu, tetapi aku tak ingin menghiaraukannya karena kupikir mungkin itu adalah urusan orang dewasa.

Sesampainya di rumah, aku langsung meletakkan tasku di atas meja belajar dan langsung mengganti baju seragamku. Sedangkan kakakku bergegas menemui ibuku di dapur. Aku sedikit heran dengan tingkah kakakku yang seperti itu, karena biasanya dia adalah orang yang santai dan tidak pernah buru-buru seperti itu.

Selesai mengganti pakaian dan membersihkan tangan serta kakiku, aku pergi ke dapur untuk makan siang. Ya memang sudah menjadi kebiasaanku jika sepulang sekolah harus ganti baju, cuci tangan dan kaki terlebih dahulu, baru makan. Ketika di dapur tanpa sengaja aku mendengar percakapan kakak ketigaku dengan ibuku.

Penasaran dengan percakapan mereka, aku pun ikut mendengarkan dengan lebih seksama lagi sambil memakan makan siangku.

"Bu semalam Vian dengar suara gerobak berjalan melewati rumah kita loh" ucap kakak ketigaku serius.

"Ya mungkin ada pemulung yang lagi cari rongsokan" tanggap ibuku santai.

"Nggak mungkin bu, memang ada pemulung cari rongsokan tengah malam?" bantah kakak ketigaku.

"Mungkin kamu salah dengar Vian" sahut ibuku masih tak percaya.

"Awalnya Vian mikir gitu juga bu, tapi suaranya terus terdengar sampai tiga kali" ucap kakak ketigaku meyakinkan.

"Lalu setelah kamu dengar sebanyak tiga kali, apa yang terjadi???" tanya ibuku yang kini mulai penasaran.

"Suaranya hilang bu, sebenarnya Vian berniat ngintip lewat jendela, tapi takut nanti yang kelihatan malah seram" jawab kakak ketigaku sambil bergidik mengingat hal yang di dengarnya semalam.

Aku yang setia mendengar obrolan ibu dan kakak ketigaku hanya terdiam sambil menikmati makan siangku.

Usai makan siang, aku mengikuti kakak ketigaku ke dalam kamarnya, karena aku masih sangat penasaran dengan ceritanya tadi.

"Ngapain ngikutin kakak Re?" tanya Kak Vian heran.

"Kak ceritain lagi dong tentang yang kakak dengar tadi malam" ucapku memohon.

"Loh tadi kan kamu sudah dengar sendiri pas di dapur" ujar kakakku malas.

"Tapi aku masih penasaran kak, memang semalam kakak kenapa bisa mendengar suara gerobak berjalan itu?" tanyaku.

"Ya kakak tidak tahu juga kenapa bisa dengar Re. Kemarin kakak tidur larut karena keasyikan nonton tv soalnya" jawab Kak Vian apa adanya.

"Kakak nggak takut pas dengar itu?" tanyaku penasaran.

"Nggak Re, kita punya Tuhan yang selalu melindungi jadi nggak perlu takutlah" sahut Kak Vian santai.

Puas mendengar ucapan-ucapan dari kakak ketigaku, aku pun pergi meninggalkan kamarnya dan masuk ke dalam kamarku untuk mengerjakan tugas sekolahku.

Tanpa kusadari setelah selesai mengerjakan tugas sekolah aku tertidur pulas. Hari menjelang sore barulah aku terbangun dari tidurku. Bangun tidur, aku langsung pergi ke ruang makan untuk mengambil air minum.

"Eh anak ibu sudah bangun, sini duduk di sebelah ibu" ucap ibuku ketika aku berjalan ke ruang tamu. Aku pun duduk di sebelah ibuku yang terduduk di sofa ruang tamu.

"Gimana hari ini di sekolah Re?" tanya ibuku seperti biasanya. Ya ibuku sangat perhatian denganku dan saudara-saudaraku yang lainnya. Beliau selalu menanyakan bagaimana hari-hari yang sudah kami jalani seharian, baik di sekolah ataupun di tempat kerja. Sangat nyaman rasanya memiliki sosok yang mau mendengar cerita tentang aktivitas harian kita setiap hari.

"Ya seperti biasa bu, tidak ada hal yang menarik" jawabku jujur.

"Tapi bu, ibu percaya nggak sama cerita yang tadi diceritain oleh Kak Vian?" tanyaku penasaran.

"Percaya kok Re, karena kita ini kan memang hidup berdampingan dengan mereka yang tak terlihat. Apalagi tetangga-tetangga sebelah rumah kita sering bilang jika rumah kita ini memang angker" jelas ibuku.

"Serius bu? tapi selama di rumah ini Rea biasa saja kok" ucapku santai.

"Ya itu kan tergantung pemilik rumah juga Re, yang penting kita sekeluarga rajin berdoa dan mohon perlindungan pada Tuhan agar semuanya baik-baik saja" ujar ibuku.

Aku dan ibuku mengobrol santai sampai akhirnya ibuku menyuruhku untuk mandi karena hari sudah menjelang malam. Seperti biasa  pukul 08.30 malam aku sudah masuk ke kamarku (lebih tepatnya kamarku dan kakak perempuanku) untuk tidur. Sedangkan orangtua dan kakak-kakakku masih asyik menonton tv sambil mengbrol.

Malam itu aku merasa sedikit gelisah dan kesusahan untuk masuk ke alam tidurku. Awalnya kupikir karena efek tidur siangku yang terlalu lama, sehingga membuatku malam itu tak bisa tidur nyenyak. Sampai akhirnya kakak perempuanku masuk ke kamar dan tidur di sebelahku.

Kakak perempuanku sudah tertidur dengan nyenyak, sedangkan aku masih tidak bisa memasuki alam tidurku. Sudah ku bolak-balik badanku, masih saja aku merasa sangat gelisah dan tidak bisa tidur.

Kudengar tv sudah dimatikan pertanda semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing untuk tidur. Aku memaksakan diriku untuk tidur karena besoknya harus sekolah. Entah memang takdir atau tidak, tiba-tiba saja aku merasa ingin buang air kecil.

Dengan kesal aku bangun dari tempat tidurku dan pergi menuju kamar mandi. Kamar mandi di rumahku hanya ada satu buah dan letaknya di belakang dekat dapur. Usai menyelesaikan urusanku di kamar mandi, aku hendak kembali ke kamar. Namun, tiba-tiba ku dengar sayup-sayup suara gerobak berjalan di kejauhan.

Aku menajamkan pendengaranku untuk memastikan apakah benar yang aku dengar. Lama-kelamaan suara gerobak itu semakin mendekat dan terdengar melintasi rumahku. Sesampainya di ujung gang yang buntu, suara itu hilang dan mulai lagi terdengar dari arah masuk gang.

Ketika tengah serius mendengarkan suara gerobak berjalan itu untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundakku. Keringat dingin sudah membasahi keningku dan tentu saja aku sangat terkejut dengan tepukkan itu. Ingin kulihat ke belakang untuk mengetahui siapa gerangan yang menepuk pundakku, tetapi aku terlalu takut.

Sampai akhirnya suara Kak Vian terdengar, sehingga membuatku bernafas lega.

"Re kamu ngapain kok tegang gitu?" tanya Kak Vian heran.

"Ssstt!!!! coba kakak dengar deh" bisikku.

Kak Vian pun menajamkan pendengarannya, kemudian dia menatapku.

"Kakak dengar kan?" tanyaku masih berbisik.

"Ya kakak dengar kok Re, ayo coba kita intip!" ajak Kak Vian.

"Kakak saja, aku takut" bisikku.

Kak Vian langsung naik ke atas sofa dan mengintip melalui ventilasi di atas jendela. Karena penasaran, aku pun ikut mengintip lewat jendela dengan menyingkap sedikit gordennya. Kosong itulah yang terlihat oleh pengelihatanku. Namun, suara gerobak berjalan masih tetap terdengar di pendengaranku.

Aku menatap tegang kakakku, begitupula sebaliknya. Sampai akhirnya suara gerobak itu menghilang dan tak terdengar lagi.

"Re tadi kamu lihat apa?" tanya Kak Vian padaku.

"Kosong kak hanya suara yang aku dengar, kakak gimana?" tanyaku balik.

"Sama Re kakak juga hanya mendengar suara" jawab Kak Vian singkat.

Jantungku masih berpacu dengan cepat akibat mendengar suara tadi. Keringat dingin masih terlihat di pelipisku, sehingga membuat kakakku memeluk tubuhku.

"Udah Re kamu jangan takut, kita punya Tuhan jadi yakinlah jika Tuhan akan selalu melindungi" hibur Kak Vian sambil menepuk-nepuk punggungku.

"Kakak takut juga kan? buktinya detak jantung kakak juga sama seperti aku" ledekku.

"Kita tidur di ruang tamu aja yuk Re, soalnya sudah nggak kuat kayaknya kalau jalan ke kamar" ucap Kak Vian jujur.

Aku mengangguk pertanda setuju karena kakiku juga sudah lemas akibat kejadian malam itu. Malam itu aku dan Kak Vian tidur saling berpelukan di ruang tamu. Sungguh malam yang sangat menegangkan bagiku dan Kak Vian. Dalam hati aku bertekad jika besok pagi, aku harus menceritakan kejadian yang sudah aku dan Kak Vian alami malam itu.  

Keesokan harinya, aku dan Kak Vian menceritakan kejadian itu kepada ibuku. Dan ternyata ibuku juga mendengar suara gerobak berjalan itu. Tentu aku dan Kak Vian sangat terkejut mendengar pengakuan ibuku. Pasalnya, tidak hanya kami berdua saja yang mendengar suara gerobak berjalan pada malam itu, tetapi ibuku juga.

Terpopuler

Comments

Agus Wijaya

Agus Wijaya

cerita nya ... masih misteri

2024-05-29

0

Naya Kunaya

Naya Kunaya

kenapa ga ada komen?

2021-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!