Rumah orangtuaku di Kota Jatirimbun tidaklah besar, tetapi juga tidak kecil, karena rumah tersebut mampu menampung keluargaku yang berjumlah 6 orang. Rumah tersebut memiliki 4 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 ruang tamu yang sekaligus juga merupakan ruang keluarga untuk menonton tv, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 halaman depan, dan 1 halaman belakang.
Rumah itu dikontrak oleh ayah dari temannya, jadi dengan kata lain rumah itu adalah milik teman ayah. Tidak hanya rumah yang kami tinggali, tetapi rumah yang ada di sebelah rumahku juga merupakan milik teman ayah. Teman ayah memberikan harga yang sangat murah pada ayah, mengingat pertemanan mereka yang sudah terjalin dari ayah masih bujang dulu.
Sedari pagi rumahku sudah disibukkan dengan kegiatan bersih-bersih, kemudian akan dilanjutkan dengan acara sembahyang bersama orangtuaku serta kakak-kakakku. Hal itu biasa kami lakukan setiap hari raya tiba.
Aku yang saat itu masih duduk di kelas 5 SD tentu merasa sangat malas harus bangun pagi di hari libur. Dengan sabar, ibuku membangunkanku untuk segera membersihkan diri.
"Re bangun, sebentar lagi kita mau sembahyang bersama loh" ucap ibuku lembut.
"Heeemmmm, iya bu 10 menit lagi" jawabku masih dengan mata terpejam.
"Ayo dong jangan malas Re, semua kakak kamu sudah bangun. Mending kamu cepetan mandi deh!" perintah ibuku tegas.
Dengan malas akupun bangun dari tempat tidurku menuju kamar mandi.
Tetapi sesampainya aku di depan kamar mandi, kakak ketigaku dengan jahilnya masuk lebih dulu karena ingin buang air kecil. Aku yang masih mengantuk pun hanya mengiyakan permintaannya dan dengan sabar menunggunya selesai buang air kecil.
Setelah selesai mandi aku bergegas mengenakan pakaianku agar bisa ikut sembahyang bersama, ya walaupun sebenarnya keluargaku juga menungguku. Selesai dengan pakaianku, kami semua akhirnya melaksanakan sembahyang bersama.
Pukul 11.30 kami sekeluarga sudah selesai melakukan sembahyang bersama, dan sedang bersantai bersama di ruang keluarga yang sekaligus menjadi ruang tamu. Karena merasa kelelahan akibat kesibukan yang sudah dilakukan sedari pagi, orangtua dan kakak-kakakku tidur siang di kamar masing-masing. Sementara aku masih menonton tv sendiri di ruang keluarga.
Saat tengah asyik menonton tv, tanpa sengaja aku melihat seseorang berbaju putih berjalan menuju kamar kakak ketigaku. Tentu hal itu berhasil membuatku menghentikan kegiatan menonton tv. Penasaran dengan siapa orang yang masuk ke dalam kamar kakakku, aku mendatangai kamar kakakku kemudian membuka pintunya.
Kulihat hanya ada kakak ketigaku yang sedang terlelap di atas tempat tidurnya tanpa ada seorang pun selain dia. Akupun berpikir mungkin aku salah melihat jika ada seseorang yang memasuki kamar kakak ketigaku.
Dengan santai aku kembali ke ruang keluarga untuk menonton tv lagi. Berhubung acara tv yang aku tonton saat itu adalah acara favoritku. Beberapa menit kemudian, orang berbaju putih itu kembali lagi terlihat olehku memasuki kamar kakak ketigaku. Tentu kali ini aku merasa tidak salah melihat, sehingga bergegas mendatangi kamar kakakku lagi.
Aku membuka pintu kamar kakak ketigaku dengan kasar sehingga membuatnya terlonjak kaget. Lagi-lagi hanya kakak ketigaku saja yang kudapati di kamar itu.
"Astaga dik, kamu kenapa sih kok buka pintunya keras gitu?" tanya kakak ketigaku kesal dengan wajah yang masih kaget.
"Eeehhmm tadi aku lihat ada orang yang masuk ke kamar kakak, makanya aku cepat-cepat kesini" jawabku menjelaskan.
"Mungkin kamu salah lihat dik, buktinya tidak ada siapa-siapa di sini" sahut kakakku masih kesal.
"Tapi aku sudah melihatnya dua kali kak, tadi aku juga datang ke kamar kakak dan tidak melihat siapapun di sini selain kakak" ucapku membela diri.
"Ya mungkin yang kamu lihat penunggu rumah ini, makanya jangan nonton sendirian" ujar kakakku menakut-nakuti.
"Yang penting kan aku tidak takut kak" sahutku kemudian berlalu meninggalkan kamar kakakku.
Aku tak terlalu mempedulikan apa yang kulihat saat itu sehingga dengan santai aku kembali fokus menonton tv. Begitupula kakak ketigaku yang kembali tidur setelah kekagetannya karena ulahku.
Namun, lagi-lagi kejadian yang sama terjadi kembali. Akhirnya aku kesal sendiri dan mulai bicara.
"Oh ayolah siapapun kamu jangan hilang muncul terus dong, kan aku lagi nonton ini" ucapku mengeluh. Sunyi tak ada sahutan sama sekali, sehingga membuatku kembali fokus menonton.
Tiba-tiba bulu kudukku meremang, sehingga membuatku mau tidak mau menolehkan kepalaku ke belakang. Kulihat sesosok kakek-kakek sedang tersenyum ambil menatapku. Aku tidak merasakan ketakutan sama sekali, melainkan aku merasa biasa saja seolah kakek-kakek itu adalah manusia biasa.
Padahal aku tahu jika kakek itu pasti bukan manusia. Lama aku saling bertatapan dengan sosok kakek-kakek itu sampai akhirnya ibuku terbangun dari tidurnya.
"Kamu ngapain Re kok tegang gitu lihatin sofa kosong?" tanya ibuku heran.
"Itu bu ada kakek-kakek yang lagi senyum lihatin Rea" jawabku jujur sehingga membuat ibuku mengerutkan alisnya.
"Mana Re? itu sofanya kosong kok" sahut ibuku.
"Itu bu, kakeknya masih ada di sofa itu lihatin Rea" ucapku bersikeras sambil menunjuk sofa yang dibilang kosong oleh ibuku.
"Kamu jangan aneh-aneh deh Re" ujar ibuku tidak percaya kemudian berjalan ke ruang makan untuk mengambil air.
Sosok kakek itu menghilang bersamaan dengan perginya ibuku ke ruang makan. Aku bukannya tercengang, tetapi malah terheran-heran dengan sosok kakek itu, karena rasanya wajahnya sangat tidak asing bagiku.
Iseng-iseng aku membuka album foto lama yang dimiliki oleh orangtuaku. Kulihat ada seorang kakek yang wajahnya sama dengan sosok kakek yang menatapku. Kuambil foto itu dan menunjukkannya pada ibuku yang sedang berada di dapur.
"Bu ini loh kakek yang Rea lihat tadi" ucapku sambil menunjukkan selembar foto pada ibuku.
"Kamu yakin lihat kakek ini Re?" tanya ibuku memastikan.
"Iya bu Rea yakin karena wajahnya sama" jawabku yakin.
"Astaga Re ini kakaknya kakek kamu yang sudah lama meninggal. Kamu tidak bohong kan Re?" ujar ibuku.
"Rea tidak bohong bu. Kakek itu lihatin Rea sambil senyum makanya Rea heran jadi ikutan lihatin kakeknya" sahutku apa adanya.
"Ya sudah, mungkin kakeknya lagi kangen sama cucunya, makanya datang berkunjung di hari raya begini. Tapi kamu tidak takut kan Re?" ucap ibuku memastikan.
"Tidak bu Rea merasa biasa saja dilihat oleh kakek itu sambil tersenyum. Rea senang kalau kakek itu datang berkunjung soalnya Rea kan tidak pernah merasakan kasih sayang dari kakek" jawabku polos.
Sedari kecil aku memang tidak pernah merasakan kasih sayang dari kakek dan nenekku, karena mereka semua sudah meninggal. Nenekku meninggal saat aku belum dilahirkan, sedangkan kakekku meninggal saat usiaku masih 2 tahun. Jadi, dapat dikatakan bahwa saat kecil dulu aku sangat ingin merasakan kasih sayang kakek dan nenek, karena melihat teman-temanku sangat disayang oleh kakek dan nenek mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments