Sepulang sekolah meta bersiap untuk pulang, dia membereskan perlengkapan alat tulisnya dan memasukan buku ke dalam tas. Meta bangkit dari kursinya bersiap meninggalkan kelas.
"Met....ada waktu sebentar...aku pengen ngomong?" tanya Rendi.
"Gak...aku gak mau...." kata meta sambil berjalan.
"Please met beri aku kesempatan buat jelasin" kata Rendi menghalangi jalan meta.
"Kalo meta udah bilang gak mau ya udah jangan dipaksa dong," kata Devan yang dari tadi memperhatikan mereka berdua dari belakang.
Devan menarik tangan Rendi karna merasa tak suka dengan sikap Rendi yang memaksa meta.
"Gue gak ada urusan sama lo!" kata Rendi emosi.
"Tapi sekarang ada," Devan pun ikut emosi.
"Udah Van, biarin aja dia!" kata Meta menarik tangan devan.
Rendi yang melihat meta memegang tangan Devan pun mendadak terbakar cemburu dan dia ingin membuat cara supaya meta jauh dari Devan.
"Okey...gimana kalo kita berdua tanding basket...kalo Lo yang menang gue janji gak akan gangguin meta...tapi kalo gue yang menang berarti meta harus dengerin penjelasan gue....gimana deal?" kata Rendi sambil mengulurkan tangannya.
"Apa-apaan sih lo Rend ngajak tanding kayak gitu...!" meta mencoba melerai pertikaian mereka.
"Tenang aja met...aku pasti bisa ngalahin dia...biar dia gak gangguin kamu lagi!" kata Devan.
Meta khawatir kalo Rendi memenangkan pertandingan ini dan harus mendengarkan penjelasan dia. Meta tahu betul dulu waktu smp Rendi adalah ketua tim basket di sekolahnya.
"Okey...siapa takut...ayo kita tanding di lapangan" kata Devan percaya diri karena dia merasa kemampuan basketnya tidak diragukan lagi apalagi cuma menghadapi anak baru seperti Rendi.
Mereka berdua pun menuju lapangan disusul meta dan Putri.
"Peraturannya siapa yang lebih dulu bisa memasukan ke ring 3 kali dia yang menang," kata Devan.
Anak-anak yang lain juga menyemangati Devan, sedangkan cewek-cewek malah justru menyemangati si anak baru itu karna menurut mereka si Rendi anak baru itu terlihat lebih keren dibanding Devan. Padahal kemarin-kemarin sebelum Rendi datang, Devan menjadi idola para cewek-cewek sekolah apalagi waktu tanding basket, pastinya cewek-cewek sekolah itu langsung memanggil-manggil histeris nama devan. Tapi hari ini semua terpatahkan.
Melihat respon cewek-cewek di sekolahnya itu Devan semakin panas dan semakin ingin menunjukkan kalo dia lebih keren dari Rendi terutama di depan meta.
"Okey kita mulai" kata Rendi.
Terlihat meta berdiri di samping lapangan dengan putri, meta harap-harap cemas berharap Devan bisa memenangkan pertandingan meski dia tahu kemampuan basket Rendi seperti apa.
Devan mengocek bola, berlari melewati Devan dan mencetak poin. Suara anak-anak pendukung Devan pun bersorak menyemangati Devan. Entah kenapa hari ini lapangan basket menjadi pusat perhatian, padahal biasanya di jam-jam seperti ini mereka sudah pulang.
"Gue pasti menang" kata Devan percaya diri sambil mendribel bola.
"Hahaha...jangan percaya diri dulu...kamu baru dapet satu poin...masih ada 2 poin lagi" kata Rendi tersenyum kecut dan secepat kilat merebut bola dari tangan Devan dan melakukan shooting untuk mencetak poin.
Poin menjadi 1-1.
Setelah itu bahkan devan tak diberi kesempatan untuk merebut bola dari Rendi. Bahkan penguasaan bola Rendi lebih mahir ketimbang Devan. Devan pun berusaha merebut bola namun nihil. Poin menjadi 2-1. Anak-anak yang masih melihat pertandingan itu semakin penasaran siapa yang menjadi pemenangnya.
"Jangan percaya diri dulu ..gue pasti bakalan kalahin Lo!" kata Devan.
"Silahkan saja...tunjukin aja semua kemampuanmu!" kata Rendi yang masih menguasai bola dan mendribel bola bersiap melakukan shoot.
Benar saja skor menjadi 3-1.
Sorak Sorai cewek-cewek pendukung Rendi pun semakin riuh. Devan semakin kesal melihat kemenangan Rendi. Harga dirinya sebagai ketua tim basket sekolah diinjak-injak oleh si anak baru itu. Dan sekarang reputasinya sebagai cowok pebasket terkeren di sekolah sudah dikalahkan oleh Rendi.
"Akhirnya gue menang.... berarti meta boleh dengerin penjelasan aku....dan kamu gak usah deket sama meta lagi!"
"Eh gak usah sok ya..Lo cuma anak baru di sini....dan tadi gak ada kesepakatan Lo nglarang gue deket sama meta!" kata Devan yang benar-benar sudah emosi.
Meta pun sudah menebak hasilnya akan seperti ini. Devan memang belum sebanding kemampuan basketnya dibandingkan dengan Rendi.
"Udah...udah...ok gue bakal ngomong sama lo Rend...tapi gue gak mau di sini"kata meta.
"Ok dimana pun kamu mau...!" kata Rendi.
Meta pun berjalan meninggalkan lapangan yang penuh hiruk pikuk anak-anak yang sedari tadi menjadi suporter dadakan.
Devan benar-benar ingin marah melihat meta dengan Rendi, tapi Devan hanya bisa menahan amarahnya saat ini.
Meta berjalan menuju kantin sekolah, tempat yang dirasa cukup sepi untuk mendengar penjelasan Rendi. Saat ini Meta juga tidak ingin anak lain tahu mengenai hubungannya dengan Rendi dulu.
"Kita ngomong di sini aja" kata meta dingin.
Meta pun berniat mengambil tempat duduk, tapi tiba-tiba Rendi menghampirinya dan memeluknya.
"Aku kangen banget sama kamu met!" kata Rendi memeluk meta dan hampir meneteskan air mata.
"Apa-apaan sih...lepasin gak...aku gak mau anak-anak lain nglihat kita kayak gini!" kata meta memukul Rendi yang memeluknya.
"Nggak...aku gak bakal lepasin...!"
"Apa sih mau kamu...!"
Meta pun mulai menangis, dia tak kuasa menahan air matanya. Tak dapat dipungkiri kalo dia juga sangat merindukan Rendi. Tapi di sisi lain dia juga kesal dengan Rendi yang pergi tanpa ada kabar.
"Aku cuma mau kamu dengerin penjelasan aku!"
"Okey, aku akan dengerin penjelasan kamu tapi tolong lepasin aku!"
Rendi pun melepaskan pelukannya, mengusap air mata meta yang sudah deras mengalir di pipinya.
"Maafin aku karna aku udah ninggalin kamu 3 tahun yang lalu. Aku tahu kamu pasti marah, sedih, dan kecewa sama aku"
"Beri aku penjelasan kenapa kamu pergi begitu saja dari aku tanpa ada kabar, 3 tahun Rend....aku menanti kabar tentang kamu tapi kamu gak pernah kasih kabar buat aku..." kata meta.
Air mata meta mengalir semakin deras. Rendi tak sanggup melihat orang yang paling dia sayangi menangis di depannya. Rendi pun memeluk meta lagi dan mengusap lembut rambutnya.
"Kamu gak tahu met seberapa besar perjuanganku sampai aku bisa berdiri di sini. Waktu itu aku sedang sakit dan aku harus perlu dirawat intensif."
"Sakit?maksud kamu sakit apa?dulu kamu terlihat sehat-sehat saja?" kata meta melepas pelukan Rendi dan menatapnya dengan penuh pertanyaan.
"Aku memang gak pengen ada orang yang tahu mengenai penyakitku. Makanya waktu itu orang tuaku langsung membawaku ke Singapura untuk menjalani pengobatan. Dan asal kamu tahu selama 2 tahun lebih aku menjalani perawatan dan pengobatan, bahkan aku hampir frustasi. Waktu itu aku merasa terpuruk apalagi harus jauh dari kamu. Aku merasa sudah tidak punya semangat hidup. Tapi mamaku selalu support aku dan dia janji kalo nanti aku bisa sembuh dia akan mempertemukan aku dengan kamu lagi. Mulai dari itu aku mulai punya semangat lagi untuk menjalani hidup. Semenjak itu kondisiku pun mulai membaik, aku mulai melanjutkan homeschoolingku sambil menjalani perawatan sampai aku dinyatakan sembuh dan aku bisa ke sini. Bahkan aku mencari informasi semua tentangmu dan aku memilih pindah ke sini supaya aku bisa satu sekolah lagi denganmu!" kata Rendi menjelaskan semuanya.
"Memang kamu sakit apa?kenapa kamu tidak cerita ke aku?"
"Aku divonis menyidap penyakit leukimia dan harus menjalani perawatan. Aku gak mau kamu khawatir ataupun sedih...apalagi saat itu mau ujian kelulusan...makanya aku gak mau ngasih tahu kamu"
Meta pun. tercengang mendengar penjelasan dari Rendi, dia gak menyangka kalo kepergiannya 3 tahun belakangan ini adalah untuk mengobati penyakitnya.
"Aku yang harusnya minta maaf ke kamu...karna aku gak peka sama kamu... sampe-sampe kamu sakit separah itu aku gak tahu"
"Berarti kamu maafin aku kan met?"
"Iya aku pasti maafin kamu....aku juga minta maaf karna udah ketus sama kamu tadi... aku pikir kamu udah benar-benar ninggalin aku"
"Gak mungkin aku ninggalin kamu....justru selama ini aku berusaha mencari info tentang kamu meskipun aku lagi di Singapura. Ya udah jangan nangis lagi ya....aku gak bisa lihat kamu nangis kayak gini" kata Rendi mengusap air mata meta.
"Iya aku udah gak nangis lagi kok, kamu tadi gak papa tanding basket kayak gitu?nanti kamu sakit lagi gara-gara kecapekan dan harusnya kamu gak usah nantangin Devan, asal kamu tahu Devan itu ketua tim basket di sini!'
"Aku gak peduli Devan itu siapa, lagian kalo aku gak nantangin dia dan bisa menang kayak gini kamu gak bakal mau ngomong sama aku kan?"
"Iya maaf karna aku gak tahu kalo kamu sakit," kata meta tertunduk lesu.
"Kamu tenang aja aku udah sembuh kok, aku juga udah bisa beraktivitas biasa seperti orang sehat jadi kamu gak usah khawatir!"
"Syukurlah kalo gitu, eh udah sore nih kita pulang yuk pasti sopir aku udah nunggu di depan dari tadi."
"Yah, padahal masih pengen berduaan sama kamu, ya udah deh aku anter ke depan yuk!"
Rendi menggandeng tangan meta, seolah dia tak mau kehilangan meta lagi, dia ingin bersama meta selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments