Pagi ini seperti biasa meta berangkat sekolah diantar mamanya, meski kantor mamanya tak searah namun mamanya selalu menyempatkan untuk mengantarnya ke sekolah. Meta adalah anak semata wayang, dia hanya tinggal berdua dengan mamanya karena mama dan papanya berpisah semenjak dia masih kecil. Meski mamanya masih muda yang tak menutup kemungkinan untuk menikah lagi, namun mamanya tak pernah menginginkan untuk menikah lagi, bahkan mamanya hanya ingin fokus bekerja dan memberi kasih sayang penuh pada meta. Mamanya menjadi sosok kuat yang menafkahi dan merawat meta sampai sekarang.
Hanya dalam waktu 30 menit meta sudah sampai di sekolah. Meta turun dari mobil dan menuju ke kelasnya. Seperti biasa sapa hangat security sekolah selalu menyapanya dengan senyuman dan ucapan selamat pagi. Meta berjalan menuju kelas 3 IPA 1 menjumpai teman-teman sekelasnya.
"Hai Meta....pagi...." sapa Devan yang juga teman sekelasnya.
"Eh kamu Van...pagi..."
"Kamu udah belajar fisika belum...hari ini kan ulangan..."
"Udah belajar sih....tapi ada beberapa rumus yang masih agak susah dihapal gitu...."
Brukkkkk.... seseorang menubruk meta dari belakang membuat meta hampir saja terjatuh ke lantai.
"Aduh....." kata meta yang kaget sekaligus sakit ada orang yang menubruknya dari belakang.
"Eh maaf ya gak sengaja, habis kalian jalannya di tengah sih." kata Dinda yang bersikap seolah-olah tak sengaja.
"Hati-hati dong sakit tahu....!" kata meta.
Meta hafal betul Dinda selalu membuat masalah dengan dia bukan hanya soal masalah nilai tapi juga masalah yang lain.
"Ya kan udah minta maaf tadi...udah ya gue duluan" kata Dinda sambil berlalu menuju kelas seperti tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Meta pun masih memegang lengannya yang kesakitan. Dalam hati sebenarnya dia kesal dengan perbuatan Dinda itu.
"huh...nyebelin banget sih tuh anak....!Dia itu sering cari masalah sama kamu ya met....!" kata Devan yang juga hampir ikut emosi melihat tingkah laku Dinda.
"Ya udahlah dia memang selalu kayak gitu ke gue, udahlah langsung ke kelas aja yuk, biar bisa belajar dulu sambil ulangan"
Meta berusaha menahan sakitnya karena teringat kalau dia akan berjalan di depan kelas Ardian.
Meta berjalan cepat-cepat menuju kelasnya, untuk sampai ke kelasnya dia harus melewati kelas 3 IPA 2. Meta selalu ingin cepat-cepat melewati kelas itu, takut kalau Ardian menganggunya seperti yang biasa dia lakukan. Ardian biasanya menunggu meta di depan kelasnya, walaupun terkadang hanya iseng ingin menyapa atau memberikan amplop berisi puisi-puisi layaknya pujangga terkenal. Kali ini dia berharap Ardian tidak menggangu moodnya, karena di jam pertama hari ini ada ulangan fisika yang membutuhkan konsentrasi penuh.
Meta berjalan semakin cepat melewati kelas Ardian, dia buru-buru masuk ke dalam kelas, memastikan kalau Ardian tak mengetahui kedatangannya.
"Huft lega" kata meta sambil duduk di mejanya.
"Apanya yang lega met?" kata Rika teman sebangkunya sekaligus sahabatnya itu.
"Biasalah ka....gue gak mau ketemu sama si ardian" kata meta
Meta membuka tasnya, mengambil buku fisikanya berniat untuk mengulang materi sebelum ulangan.
"Hahahaha....segitunya kamu ngindarin dia...emang Ardian hantu apa sampe kamu ketakutan digangguin gitu?"kata Rika menggoda.
"Ini lebih menyeramkan dibanding digangguin setan tau....!"
"Dia tadi udah ke sini sebenarnya...nyariin kamu...eh tapi kamu belum dateng...jadi dia nitipin ini ke aku...."
"Apaan nih....?Surat cinta lagi?"
"Gak tahu buka aja"
Meta menerima surat yang dititipkan itu, belum sempat dia membukanya dari belakang ada orang yang merebut surat itu dari tangan meta.
"Heh balikin gak...." kata meta mengejar Dinda yang merebut surat dari Ardian.
"Ambil aja kalo bisa" kata Dinda yang mulai resek.
Meta tak bisa merebutnya dari tangan Dinda, bahkan Dinda membuka dan membacakan surat itu dengan keras di depan kelas.
Dear Meta,
Entah kenapa hariku begitu kelabu...
tak satu pun suratku kau balas....
Mengapa dirimu selalu menyiksaku dengan sikap acuhmu padaku...
meta seandainya kamu tahu isi dari perasaanku....aku berharap kau tak kan mengabaikan ku...
Beribu kata tak sanggup melukiskan keindahanmu....
Beribu puisi tercipta untuk mengagumimu....
Segala cara telah ku tempuh demi untuk mendapatkan cintamu...
Tertanda
Orang yang selalu mengagumimu
Ardian
"Hahaha....hari gini surat-suratan....jadul banget sih....!" kata Dinda yang semakin mengejek meta di depan kelas.
"Balikin gak suratnya....lo tuh udah keterlaluan tahu gak....ngapain lo baca isi surat itu di depan kelas..."
Meta benar-benar tidak habis pikir dengan Dinda, bahkan menurutnya kali ini Dinda sudah keterlaluan mempermalukannya.
"Ambil aja kalau Lo bisa..." kata Dinda.
" Gue tahu....pasti Lo itu iri kan sama gue...karna gak ada orang yang suka sama lo....gak ada orang yang naksir sama lo...."
"Ih...ngapain gue iri sama lo...cantikan juga gue kemana-mana dibanding Lo...!"
"Balikin gak surat gue...."
Tiba-tiba Devan menyerobot mengambil surat itu dari tangan Dinda dan memberikannya pada meta.
"Eh Din kenapa sih lo sering cari gara-gara sama meta....gak lucu tahu gak baca surat orang di depan kelas gini...." kata devan.
"Wah...wah...ada pahlawan kesiangan kayaknya....atau jangan-jangan kamu juga salah satu pengagumnya meta...." kata Dinda berkacak pinggang.
"Bukan urusan Lo...!" kata Devan yang juga emosi melihat meta dipermalukan seperti itu.
Devan memang bukan sahabat meta, tapi
entah kenapa Devan seakan selalu tahu kesulitan meta, bahkan Devan baik secara sengaja atau nggak sering membantu Meta. Pada dasarnya devan orang yang asik, bisa diajak curhat dan juga bukan tipe cowok yang lebay ngirimin puisi tiap hari.
"Eh ada pak Prapto datang....bubar...bubar" teriak salah seorang teman meta.
Meta pun duduk ditempat duduknya, begitu pula Devan dan Dinda. Meta menahan amarahnya pada Dinda. Pagi yang buruk sukses mengacaukan konsentrasinya saat ini. Dia tak habis pikir kenapa dari dulu Dinda selalu mencari masalah dengannya. Rasanya ingin berteriak dan marah saat ini, dengan Ardian yang selalu mengganggunya dengan puisi-puisi gak jelasnya dan dengan Dinda yang hari ini sukses mempermalukannya di depan kelas.
Tapi meta harus menahan itu saat ini, mengumpulkan konsentrasinya kembali untuk ulangan fisika hari ini. Meta tak mau sampai gagal mendapat nilai terbaik, dia gak mau si Dinda anak resek itu bisa mengunggulinya, dia tak ingin memberi celah untuk rivalnya itu.
"Sabar met, sekarang kita fokus ngerjain ulangan aja, gak usah dipikirin si Dinda resek itu, kamu gak mau kan nilai fisika mu kali ini jelek gara-gara gak konsen ngerjain soal" kata Rika mencoba menenangkan meta.
"Iya kamu benar ka, bisa-bisa kalau nilaiku kalah sama Dinda, pasti dia semakin besar kepala."
Seketika kelas pun hening ketika kertas ulangan sudah ada di depan mereka dan segera mereka mengerjakan soal demi soal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
zsarul_
hi salam kenal thorr
aku mampir nihh 🤗
semangatt
yuk baca juga cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
dijamin baper deh bacanyaa 😍
mari saling support thorr ❤️
thanks
2021-03-10
0