TERJEBAK CINTA META
Malam diiringi hujan syahdu yang membuat meta selalu teringat akan kenangan lama. Meta masih menatap buku materi pelajaran Fisika, mencoba menghapal rumus-rumus satu demi satu. Bukan tanpa alasan meta menghapal rumus rumit itu. Besok ada ulangan fisika di sekolah, meta tak mau nilai fisika kali ini di bawah 9. Meta termasuk orang yang perfeksionis jika berurusan dengan nilai. Apalagi ada Dinda teman sekelasnya yang selalu membayangi nilainya di sekolah, dinda merupakan salah satu rival nilainya. Semenjak masuk di SMA dia masih terus dibayang-bayangi sosok Dinda. Apalagi 2 tahun terakhir ini semenjak kelas 2 dan 3 ini mereka berada dalam satu kelas.
Malam sudah mulai larut, tapi meta masih enggan merebahkan diri di tempat tidurnya. Masih ingin melatih hitung fisika yang dia rasa masih perlu banyak latihan. Sesekali dia melihat foto yang tertempel di depan meja belajarnya. Tapi saat melihat foto itu bukannya bertambah semangat tapi malah makin membuyarkan konsentrasinya. Foto yang sengaja dia pasang kira-kira semenjak 3 tahun lalu, semenjak dia masih duduk di bangku SMP. Foto bergambar sosok bernama Rendi, mantan cinta monyet meta sekaligus pacar pertama meta. Cinta monyet yang selalu membuatnya gagal move on. Bahkan cinta monyet yang selalu membuatnya enggan untuk mengenal cinta lagi.
Setiap kali melihat foto yang terpajang itu, semakin masa lalu yang indah bersama dengan Rendi tergambar begitu jelas dipikirannya. Pernah sesekali meta menyembunyikan foto itu, alhasil meta merasa ada yang kurang yang kemudian memaksa dirinya untuk memasang foto itu lagi.
"Huft....sampai kapan aku bisa lupain. kamu Rendi?"
Meta memandang sendu potret kebersamaannya dulu. Mengingat setiap kenangan indah berdua.
"Seandainya kamu tidak pergi begitu saja" kata meta lirih.
Banyak kenangan tersimpan saat kebersamaannya dengan Rendi, tapi waktu itu tiba-tiba Rendi begitu saja pergi meninggalkannya. Rendi pindah bersama keluarganya ke luar negeri, tanpa ada penjelasan, tanpa ada kata putus, dan bahkan tanpa ada kabar sedikit pun darinya hampir 3 tahun ini. Dan bagi meta sesudah Rendi pergi, semua begitu kosong baginya. Bahkan meta selama ini berusaha menutupi rasa rindunya dengan menyibukkan diri dengan kegiatan sekolah dan belajar.
Malam semakin larut, akhirnya matanya yang sudah kuyu membuat meta ingin merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Sebelum itu met membereskan buku-buku dan memasukan ke dalam tasnya. Tanpa sengaja ketika dia membuka tasnya ada amplop yang entah berisi apa di dalamnya. Meta pun mengambilnya, amplop berwarna pink dengan aroma yang semerbak mewangi menempel di surat yang ada di dalamnya. Meta pun membuka isi surat itu.
Dear Meta,
Sewangi mawar harummu menyemarakkan hatiku....
Seindah sinar mentari senyummu menyinari hariku....
Tiada kata yang merdu selain desir suaramu....
Matamu yang sendu menggelorakan hatiku....
Sejuta Cinta ingin ku berikan untukmu....
Cinta itu belum ada di matamu....
Namun ingin ku buka hatimu untukku.....
Tapi semua masih semu di matamu....
Jangan pernah kau palingkan muka untukku....
Aku hanya ingin melihat senyum ceriamu.....
Ttd
Ardian
Yang selalu mengagumimu
Matanya yang tadinya kuyu menjadi terbelalak melihat puisi dari Ardian. Memang bukan sekali ini Ardian mengirimkan puisi-puisi buatannya untuk meta. Di sekolah Pun Ardian juga sering mencari-cari perhatian Meta, bahkan sesekali Ardian memberikan coklat untuknya. Padahal meta sama sekali tidak suka coklat, alhasil meta memberikan pada sahabat baiknya Rika sekaligus teman sebangkunya yang selalu setia menjadi sahabatnya itu.
Ardian memang tak segan-segan mengeluarkan rayuan-rayuan mautnya untuk meta. Tapi entah mengapa meta tak pernah tertarik dengannya. Padahal Riska selalu bilang kalau Ardian itu perfect, tampan, pintar, dan yang pastinya keren. Bahkan Rika juga sangat mendukung kalau meta jadian dengan Ardian. Tetap saja meta masih enggan untuk menjalin hubungan dengan cowok. Mungkin sekarang meta juga hanya ingin fokus untuk ujian kelulusannya saat ini, karena meta sadar sekarang sudah kelas 3 SMA, bahkan sebentar lagi menghadapi ujian kelulusan. Bahkan dia juga tak mau kalah saing nilai dengan rivalnya Dinda.
Setelah membaca surat dari Ardian, meta meletakkan surat itu ke dalam laci meja belajarnya. Sekarang laci mejanya sudah hampir penuh oleh tumpukan surat dari Ardian dan juga beberapa orang yang pernah mengirimnya surat dengan tipe yang sama yakni surat cinta. Selama ini memang ada beberapa orang selain Ardian yang suka mengiriminya surat. Meta tak pernah sekalipun menggubris surat-surat itu, meski ada beberapa orang yang mengirimkan surat itu terang-terangan meminta meta untuk membalas, namun meta tak pernah membalasnya.
Meta memasukkan buku-buku materi ke dalam tas, mangatur jam wekernya tepat di pukul 4 pagi supaya dia bisa melakukan sholat subuh, sesudah sholat subuh biasanya meta menyempatkan membaca materi pelajaran lagi.
Tok...tok...tok....suara ketukan pintu kamar
"Kamu belum tidur met?"
"Belum ma...."
Sosok perempuan kira-kira berusia 40 tahunan itu menghampiri meta dan melihat meta masih duduk di meja belajarnya.
"Udah malem...nanti kamu kecapekan....terusin besok lagi belajarnya"
"Iya ma...ini juga udah selesai kok...habis itu langsung tidur"
"Ini mama bawakan susu buat kamu..diminum ya..."
"Iya...makasih ma...."
Bagi meta mamanya adalah sosok yang luar biasa, meski mamanya hanya single parents namun dia merupakan sosok kuat yang selalu menjadi mama terbaik. Sesibuk apapun mamanya, pasti selalu menyempatkan untuk mengobrol ataupun melakukan kegiatan bersama. Mamanya yang sebagai pekerja kantor mengharuskan bekerja dari pagi sampai sore bahkan sampai malam kalau mamanya lembur. Tapi mamanya selalu memberikannya kasih sayang yang membuatnya tumbuh menjadi anak yang kuat. Meta belajar banyak dari mamanya untuk menjadi wanita kuat.
"Habis minum susu terus langsung bobok ya...jangan begadang....katamu besok kamu ada ujian fisika kan...jadi jangan sampai bangun kesiangan ya...."
"Siap ma....ini aku juga mau bobok ko...."
" Ya udah mama ke kamar dulu yah....mam juga mau istirahat...o iya besok mama pulangnya agak malem karna ada meeting sama klien...nanti kamu dimasakin sama bi darmi gak papa kan"
"Iya gak papa ma...lagian mungkin besok aku pulangnya agak sore karna ada ekskul"
"Met bobok sayangku...." kata mama meta sambil mencium keningnya.
Meta pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, bersiap untuk tidur namun dia teringat belum mengecek hpnya dari tadi. Meta mengecek setiap pesan masuk, ada beberapa pesan dari Rika menanyakan PR dan ada juga pesan dari Ardian yang menanyakan suratnya tadi. Meta pun menjadi tak berminat dan kemudian meletakkan hpnya di atas meja lagi, menarik selimut, memejamkan mata, berharap kalau dalam mimpinya bisa bertemu dengan Rendi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nasma Inggita
😍😍😍
2021-03-11
0
Calladorable
.
2021-03-10
0
Yupi Imut
aku udah mampir nih,,
2021-03-09
0