The dearcurt sword
Setelah di depan pintu rumah, dia ingin pamit dan pergi tapi aku memegang tangannya menghentikan langkah kakinya. Setelahnya dia menoleh padaku dengan tatapan yang bingung, aku harus membiarkannya tinggal dulu sebentar saja.
"Tunggu kek, aku ada sesuatu buat kakek."
"Apa itu, Nak ?" tanya kakek tua agak bingung.
"Tunggu saja, jangan kemana-mana kalau pergi nanti aku sedih loh."
"Baiklah akan kakek tunggu dan kalau bisa agak cepat soalnya hari sudah mulai malam, lihat sudah sore...," ujarnya padaku.
Sambil menunjuk pada matahari terbenam dan ternyata sudah mau malam aku tidak sadar, waktu ternyata berjalan begitu cepat.
Aku berjalan menuju kamarku kembali dan semoga masih ada belum terpakai, seingatku aku belum memakainya jika dalam keadaan yang tidak terlalu darurat. Mungkin harusnya masih ada.
Melihat lemari aku mendatanginya lalu mencari celenganku, kemana sih ?
Setelah aku mengobrak-abrik isi lemari akhirnya menemukannya, langsung saja ku lemparkan ke lantai dan pecah si celengan ayam jago. Melihat uang yang berserakan, aku merasa kalau mungkin uangnya akan aku simpan sedikit.
Mengambil semuanya aku menghitungnya dengan teliti agar tahu jumlahnya, ya tentu kalau mau tahu jumlah harus di hitung...
Beberapa saat setelah lembaran terakhir aku hitung totalnya ada sekitar 3 juta lebih dan lebihnya itu ada 700 ribu saja, mungkin 700 ini akan aku simpan untuk simpanan. Ah jangan terlalu lama kasihan kakek itu menunggu.
Kembali ke luar kamar aku melihat ke ruang tengah sedang berdiri kakek itu menungguku, segera menghampirinya dia melihatku dan tersenyum sembari menggosok matanya. Kurasa rumah ini sedikit berdebu atau apa, tapi ya aku jarang di rumah jadi sudah mau bersih-bersih juga.
"Kek maaf lama.."
"Tak apa, lalu kamu mau apa minta kakek menunggu ?"
"Aku ada sedikit yang buat kakek dan semoga ini bisa bantu, yah walaupun mungkin takkan bisa di gunakan untuk berobat cucu bisa untuk makan."
"Apa kamu serius, Nak ?"
"Sangat..."
"Apa takkan menyesal ?"
Menghembuskan nafas aku mengambil tangan kakek tua ini memberikannya uang yang aku punya, dia menatapku dengan heran dan tak lama tersenyum begitu bahagia. Aku senang melihatnya seperti itu juga.
"Apa kamu ada mau atau sesuatu ?"
"Tidak, aku tak ingin apapun dan sekarang kakek bukannya harus pergi ? Ini sudah hampir malam loh..."
Bukannya pergi kakek ini di depanku memberikanku sebuah kristal yang indah, aku merasa bingung kenapa dia punya benda seperti ini ? Ah, apa mungkin sebelumnya kakek ini orang kaya atau tidak sih.
Namun beberapa saat kemudian aku melihat cahaya keluar dari kristal membuatku silau, secara refleks aku menutup mataku karena tak tahan dengan silau yang nampak dari benda ini. Apa yang terjadi ?
Pemandangan di sekitarku berubah dalam sekejap mata...
Kenapa aku berada di tempat lain yang begitu aneh, aku melihat sekitarku tempat ini adalah sebuah hutan yang begitu lebat dan saat ini aku sedang duduk di bawah naungan pohon. Di mana aku ?
Bukannya sebelumnya aku berada di rumah bersama kakek tua itu, kenapa tempatku berbeda dan kenapa tiba-tiba berada di sini tanpa alasan yang jelas. Tetapi yang sedang aku pikirkan hanyalah, di mana kakek tua tadi ?
"Kekk!!" teriakku dengan kencang, namun tak ada jawaban satupun dan entah kenapa aku jadi sangat gelisah saat ini.
"Jangan khawatir Nak..."
"Siapa di sana ?!"
Sebuah suara masuk ke pendengaranku tapi tak ada siapapun di sekitar, suara itu terdengar bergema dan hanya seakan aku yang mendengarnya.
"Keinginanmu kini terkabul, buat negaramu sendiri dan bahagialah... Keadaan serta situasimu saat ini sama seperti dunia asalmu, kakek sudah kabulkan permintaanmu untuk ke dunia lain dan di masa depan kamu akan bisa mendirikan kerajaanmu sendiri dan bahagia."
"Kakek apa maksudmu ?!"
"Waktunya sudah habis, sekarang... Kakek pergi dan pedang di belakangmu akan menjadi senjatamu."
"Hah ?!"
"Kalau begitu kakek pergi dulu.."
"Kek jangan pergi dulu! Kakek!!"
Beberapa saat kemudian suara kakek tua tadi itu hilang namun masih terngiang-ngiang di kepalaku dan mencerna hal yang kakek itu ucapkan, aku berada di dunia lain ?!
Tunggu, apa maksudnya nanti aku akan mendirikan negaraku sendiri ?!
Menoleh ke belakang melihat sebuah sarung pedang beserta pedangnya, aku meraih pegangannya dan menariknya ternyata cukup berat sambil mencoba untuk menggerakkan pedang ini.
Melihat sekitarku aku belum paham soal dunia ini, jika yang kakek itu katakan padaku benar maka aku tak tahu ini gawat atau tidak.. Tetapi yang pasti kalau ini dunia fantasi yang ada dalam novel atau komik, aku hanya bisa mempertahankan nyawaku saja.
Namun yang agak penting saat ini hanyalah, aku lapar...
"Andaikan aku bawa uang atau sesuatu...," kataku dalam hati.
Mencari sesuatu di saku celanaku, aku hanya menemukan koin yang di berikan kakek tadi dan sejumlah uang milikku.
Kalau aku pikir lebih dalam pastinya uang yang aku bawa ini takkan bisa di gunakan di dunia ini, lalu aku harus bagaimana ?
"Kupikir ini mudah, aku hanya harus mulai dari nol saja seperti sesudah aku di tendang dari panti asuhan," gumamku.
Sambil menyimpan sarung pedang di pinggangku, aku hanya bisa berharap kalau aku akan selamat dan berhasil bertahan hidup.
Memutuskan untuk pergi aku berjalan sambil membawa sebuah pedang di pinggangku, aku merasa kalau lumayan berat...
"Uwa... Ada sungai, kupikir akan minum dari sana saja karena tak ada air mineral dan apa nanti akan sakit perut kalau minum dari situ ?"
Aku menatap sungai di depanku namun karena tenggorokanku sudah kering aku tidak sanggup lagi, pada akhirnya berjalan menuju sungai tersebut...
Sembari berjalan aku memikirkan kalau saja punya panci atau teko mungkin bisa aku gunakan untuk merebus air, tetapi... Kebanyakan orang minum air dari sungai yang jernih tak apa.
Setelah di depan sungai aku berjongkok melihat air di sini begitu jernih...
Lingkungan di sini sangat terjaga karena manusia belum merusaknya mungkin harusnya aku bersyukur bisa ke tempat ini, ini sangat menakjubkan.
Saat ingin mengambil air dengan tanganku, aku melihat sesuatu...
"Aah ?! Apa itu ?! Mayat... Perempuan ?"
"Uhhh.."
"Dia masih hidup tampaknya..."
Aku melihat seorang perempuan dengan rambut merah muda di pinggir sungai, dia kelihatan sudah tidak bernyawa tapi aku melihat mulutnya bergerak barusan dan mungkin akan aku selamatkan saja.
Melihat bebatuan yang ada di sungai, aku menjadikannya pijakan untuk menyebrang dan menuju pinggir sungai. Rasanya begitu berat juga orang ini, kupikir terlalu banyak makan atau bagaimana tapi masa bodoh juga.
Saat sampai di depannya aku mengambil tangannya dan merasakan kalau agak hangat, dia juga masih bernafas. Lebih baik aku menjauhkannya dari sungai terlebih dahulu agar dia siuman.
Mengambil tangannya aku memapahnya menuju pohon di sekitarku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments