The dearcurt sword
Melambaikan tanganku pada rekan kerjaku, mereka membalasnya dan aku segera pergi setelah pamitan dengan mereka semua. Langkah kakiku begitu pelan karena lelah setelah bekerja seharian, aku merasa kalau bekerja di super market itu lumayan capek.
Di sepanjang jalan rasanya begitu nyaman ketika angin menghembuskan rambutku, aku berpikir untuk memanjangkannya tetapi aku urungkan niatku tersebut karena terlalu berlebihan. Karena aku bukan perempuan.
Mereka mengatakan kalau rambut mereka sama seperti nyawa, namun mungkin itu hanya omongan belaka...
"Kupikir sebaiknya aku cepat pulang saja ke rumah dan makan malam, sendiri di rumah baguslah," gumamku.
Sambil menatap ke bawahku melihat ke jalanan berharap mungkin ada uang receh atau apa saja yang bisa aku ambil, aku hanya berpikir bahwa bisa menemukan uang berjumlah besar.
Tapi ya orang itu harus bekerja jika ingin punya uang, aku juga berpikir seperti itu...
"Nak kakek lapar... Berikan kakek uang, " pinta seorang kakek tua di pinggir jalan.
Aku berpikir kalau orang seperti ini tidak pantas untuk begini dan harusnya juga di urus seseorang.
"Kek bagaimana kalau kakek ikut denganku, kalau hanya makan di warung itu takkan kenyang."
"Terserah padamu..."
"Bisa berdiri ?"
"Maaf..."
Memberikan tanganku dia meraihnya lalu berdiri dengan bantuanku, aku merasa kalau melihat kakek tua ini teringat seseorang yang aku anggap ayah tapi dia hanya orang yang mengurusku bukan ayahku.
Menghembuskan nafas kami berjalan menuju rumahku, rumahku ini biasa saja sama seperti rumah pada umumnya tidak ada yang spesial darinya. Aku sama sekali tidak ada niatan untuk membeli rumah yang super besar dan mewah.
Malah sebaliknya aku membenci kemewahan, mereka orang kaya kebanyakan sombong dan menganggap rendah orang sepertiku. Aku merasa kalau setinggi-tingginya mereka, mereka nantinya juga akan jatuh.
Uang itu hanya sebuah benda, mereka takkan beranak atau berganda...
"Oh Kek sudah sampai, ayo masuk., " ajakku pada kakek itu.
Dia mengangguk dan masuk melewati pintu bersamaku...
Sesampainya di rumahku aku melihat sofa meminta kakek itu duduk dulu di sana, dia mengangguk dengan di sertai senyuman. Kupikir sebaiknya cepat membawakannya makanan, mungkin akan aku bawakan lebih banyak.
Pergi ke dapur aku mengambil piring dan membuka penutup penanak nasi, uapnya panas...
"Kamu tinggal sendirian ?"
"Ah, iya Kek..."
"Begitu yah, apa kamu gak kesepian ?"
"Umm.. Biasa saja kok."
Mengambil beberapa makanan untuk pendamping nasi, aku hanya punya ini saat ini karena belum masak soalnya dan masih hangat ternyata.
"Maaf kek hanya ini yang aku punya.."
"Tak apa kok."
Aku menyimpannya di atas meja makan, memintanya untuk duduk dia mengangguk dan menurut...
Melihat teko kosong kupikir saatnya mengisi lagi dan apa aku buat teh hangat saja ? Ah, aku kehabisan gula sebelumnya dan sebaiknya jangan karena mungkin kakek itu tidak suka manis.
Dia melahap makanan dengan lahap, aku melihatnya begitu senang tapi ya aku belum ganti baju. Apa meninggalkannya sendirian di sini tak apa ? Entah kenapa aku berpikir kalau mungkin dia akan mencuri, karena kita tak tahu taktik apa yang akan di gunakan para pencuri.
Menghembuskan nafas aku berpikir mana mungkin dia melakukannya dan toh rumahku juga tidak ada benda berharga, aku tidak menyimpan emas atau apapun di rumahku.
Mungkin meninggalkannya sendirian di sini tak apa dan kuharap dia tak ketakutan...
"Kek aku mau ke kamar dulu ganti baju, kalau masih kurang kakek tambah saja dan minumnya ada di teko di depan penanak nasi, yang itu sudah kosong," Kataku sembari pergi.
Berjalan pergi menuju kamar, tak tahu apa dia mendengarkanku atau tidak.
Beberapa langkah setelah aku meninggalkan dapur, melihat ada TV yang mati dan kupikir takkan aku servis...
Itu rusak beberapa hari yang lalu, aku bahkan tidak ada niatan untuk memperbaikinya dan tidak ada gunanya juga karena aku jarang menonton televisi.
"Kuharap aku bisa ke dunia lain saja," Kataku dalam hati.
Sambil membuka pintu kamar dan masuk ke dalam, aku berpikir seperti itu karena belakangan ini rasanya dunia ini tambah hancur saja.
Sambil menganti bajuku aku masih teringat kejadian penyerangan kemarin yang mengakibatkan pemimpin negara terbunuh, sekarang akhirnya kedua belah pihak menginginkan pertempuran. Aku merasa kalau dunia ini terlalu banyak masalah.
Andai saja aku bisa ke dunia lain dan mendirikan negaraku di sana...
"Aku takkan membuat rakyatku menderita selama aku menjabat sebagai raja," kataku dalam hati.
Tapi ya aku hanya berkhayal besar saja mana mungkin aku bisa ke dunia lain, kukira akan ada sesuatu yang terjadi ? Ah, itu hanya perasaanku karena memikirkan hal ini.
Setelah selesai mengganti baju aku merasa kalau keringat sudah ada di dahiku, kurasa akan mandi dulu tapi mungkin lebih baik melihat keadaan kakek tua tadi yang ada di dapur.
Meregangkan tanganku aku merasa lega akhirnya dan menoleh ke pintu ada orang tua itu...
"Kek ada apa, apa susah selesai makannya ?"
"Udah kok Nak, sekarang kakek mau kembali pulang."
"Baik.. Aku antar sampai ke pintu dan apa kakek tahu jalan ke rumah ?"
"Tahu kok terima-kasih atas kebaikanmu."
"Tentu kek jangan terlalu di pikirkan," kataku sambil tersenyum.
Aku menghampirinya beberapa langkah setelahnya dia di hadapanku, kakek ini memegang tanganku memberikan sesuatu yaitu sebuah koin dan kelihatan kuno sekali tampaknya. Namun aku menerimanya dengan senang hati.
Menghantar ke pintu rumah, kakek ini sempat melihat kamarku tadi...
"Kamu tinggal sendirian, apa tidak takut ?"
"Eh ? Apa yang aku takutkan, memang tidak ada hantu atau apa tapi ya hantu itu tidak pantas untuk di takuti soalnya manusia lebih kejam mau membunuh sesama karena harta."
"Kamu bijak sekali."
"Ahaha tidak kok hanya saja itu yang sedang saya pikirkan."
Kakek tertunduk, "Soal harta dan uang yah..."
Kakek itu kelihatan melamuni sesuatu membuatku heran, diumur seperti ini dia harusnya tidak keluar kemana-mana dan hanya menikmati sisa hidup saja.
"Apa kakek sama sekali tidak punya keluarga ?"
"Kakek hanya punya satu cucu saja dan sekarang dia sakit, biasanya dia yang bekerja untuk makan."
"Sakit apa ?"
"Angker."
"Hah ?"
Angker ? Penyakit apa itu ? Aku baru pertama kali mendengarnya dan kedengarannya sedikit seram entah kenapa, apa kakeknya salah bicara sekarang aku mencoba memikirkannya. Ah! Yang bener mungkin kangker, Kek kenapa kamu tidak memasang huruf 'k' dalam perkataanmu.
"Kangker mungkin Kek."
"Ah iya itu, maaf Nak... Kakek udah tua jadi sering lupa," kata kakek dengan senyum masam.
Udah tua sering lupa, kedengarannya seperti pantun tapi ya aku memikirkan kalau kangker itu lumayan besar biaya pengobatannya dan mungkin saat ini sedang di rawat di rumah sakit. Apa mungkin aku berikan saja ?
Tapi ini biaya hidupku selama satu bulan ini dan kalau soal makan mungkin saja terpenuhi kalau kerja lembur, harusnya seperti itu saja. Tak apa mending aku berikan saja...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-08
0
anggita
kangker memang angker~ salam dari novel silatb13 Pembunuh.
2021-02-13
2
Djohan
Aku izin baca ya kak. Keren ceritanya. Aku fav sama vote ya. Udh aku simpan. Semangat terus ya Author. Bial berkenan, mampi juga ke ceritaku yg berjudul " Just wanna be seen" Terima kasih😊
2021-02-06
3