Hmm berani-beraninya mobil itu menabrak mobil aku,,, apa kurang besar mobil aku itu sampai-sampai dia tabrak,, batin Stevan sambil berjalan ke dekat mobil Serli.
"Astaga Serli,,, bisa-bisanya kamu menabrak mobil pria itu,, kok perasaan aku jadi nggak enak yah,," ucap Dika sambil melihat Stevan yang sedang berjalan ke dekat mobil.
"Aduhh sama kok perasaan aku juga nggak enak nih,, tapi inikan nggak sengaja," ucap Serli lalu segera turun dari dalam mobilnya.
"Ma..." ucapan Serli menggantung begitu dia berdiri sangat dekat dengan Stevan.
Kenapa wajah pria ini seperti tidak asing buat aku,, sepertinya aku kenal dengan dia sebelumnya,, batin Serli.
"Kenapa kamu langsung diam begitu hah? kamu terpesona dengan kegantengan aku,, iya?" ucap Stevan dengan kepedean nya.
"Emmm nggak sama sekali kepedean banget kamu,,, aku hanya merasa pernah bertemu dengan kamu sebelumnya," ucap Serli.
Dimana juga aku bertemu dengan dia coba,, batin Stevan.
"Hmmm begini nih kalau udah ketahuan pasti ngeles,, aku belum pernah bertemu dengan wanita bar-bar seperti kamu ini bisa-bisanya mobil lagi diam kamu tabrak,, atau kamu sengaja yah mau merayu aku supaya aku nggak marah,, makanya kamu berucap seperti itu?" ucap Stevan lagi.
"Astaga kamu ini makin lama makin kepedean dan makin ngawur saja yah,, siapa juga yang mau merayu kamu,," ucap Serli yang mulai ngegas.
"Duh paman sepertinya mereka ribut tuh," ucap Dika yang melihat dari dalam mobil.
"Iya ayo kita turun,," ucap ayah Serli.
Dika dan ayah Serli pun akhirnya turun dari dalam mobil.
"Serli kenapa kamu marah-marah nak," ucap ayah Serli sambil berjalan ke dekat Serli.
Stevan terkejut begitu melihat ayah Serli,, karena dia sangat mengenal betul ayah Serli dan juga dia semakin terkejut begitu mendengar nama Serli yang berarti dia adalah Serli teman masa kecilnya dulu.
Stevan lalu memperhatikan Serli.
Dia sudah dewasa juga sekarang,,,, aku sengaja tidak mau mencari tau tentang kamu karena aku mau balas dendam,, aku tidak mau melibatkan kamu,, tapi kenapa aku malah bertemu dengan kamu secara tidak sengaja begini,, batin Stevan.
"Iya Serli kok kamu malah marah-marah,, padahal kamu yang salah Serli," bisik Dika.
Ketika Serli ingin bicara lagi tiba-tiba suster datang membawa tandu. Dan Stevan pun kembali tersadar dari lamunannya lalu segera ke mobilnya. Sisil dengan segera di pindahkan ke tandu,, lalu di bawa masuk.
Stevan menoleh sebentar ke arah Serli lalu segera menyusul suster.
"Serli tadi kamu kok marah-marah sama dia?" tanya Dika yang masih penasaran.
"Hemmm karena dia itu kepedean banget tau,, sumpah kepedean banget jadi cowok,, bisa-bisanya dia bilang aku mau merayu dia supaya dia nggak marah hanya karena aku bilang pernah bertemu dengan dia sebelumnya,, padahal aku nggak ada maksud buat merayu dia sama sekali,,, aku berucap seperti itu karena memang itu yang aku rasakan," ucap Serli.
"Memang dimana kamu habis bertemu dengan dia Serli?" tanya Dika penasaran.
"Yah mana aku tau,, makanya aku mengucapkan itu siapa tau aja kan benar," ucap Serli.
"Hemm pantas saja dia berpikiran seperti itu,," ucap Dika.
"Isshh kok kamu belain cowok itu sih,," ucap Serli.
"Ya ampun ayah ayo kita masuk ke dalam,, ayah butuh perawatan," ucap Serli cepat begitu melihat ayahnya yang masih terluka.
"Ehh iya kok kita gosip di luar," ucap Dika.
"Ayo paman," ucap Dika.
Mereka pun segera masuk ke dalam juga.
Sementara Stevan ketika Sisil sedang dirawat,, dia duduk menunggu sambil mengingat kembali kenangannya bersama Serli. Teman yang sangat baik menurutnya dan juga memiliki nasib yang sama dengannya.
Kenapa harus bertemu dengan dia,, dia juga nggak pernah berubah tetap ceria seperti dulu,, dan sepertinya dia semakin cerewet saja,, tapi ngomong-ngomong paman kenapa yah kok bisa luka seperti itu,, kalau aku terang-terangan bisa-bisa Serli curiga sama aku karena dia sepertinya masih mengingat aku,, masih mengenali aku meskipun sudah lama kita tidak bertemu,, aku harus berpura-pura tidak kenal dengan dia,, batin Stevan.
Sementara Serli dan Dika juga sedang menunggu ayahnya yang sedang dirawat.
"Serli beneran yang kamu rasakan itu?" tanya Dika yang masih penasaran,, dia sebenarnya sudah lama menyukai Serli,, sejak mereka bertemu di tempat kerja dia sudah jatuh cinta dengan Serli tapi dia tidak berani mengungkapkan perasaannya pada Serli,, dan Serli juga terlihat hanya menganggap dirinya sebagai teman,, dia takut pengungkapan cinta dia akan membuat pertemanan dia dan Serli berubah.
"Iya beneran,, aku tuh kayak nggak asing banget sama tuh cowok tadi,," ucap Serli sambil mengingat Stevan.
"Sudahlah nggak usah terlalu dipikirkan mungkin itu hanya perasaan kamu saja," ucap Dika.
"Oh iya tapi kamu lihat nggak sih,, cewek yang dia bawa tadi kok bisa penuh dengan darah seperti itu sih,," ucap Dika sambil mengingat Sisil yang sedang meringis kesakitan tadi.
"Terus lagi hamil besar pula," ucap Dika lagi.
"Ehh iya kamu benar banget loh,, kok bisa yah wanita itu menjadi seperti itu," ucap Serli juga.
"Apa jangan-jangan wanita itu mengalami kekerasan?" ucap Dika.
"Nggak tau juga sih,, tapi sepertinya iya sih,, berarti pria itu sangat tega yah,,, kentara sih dari wajahnya," ucap Serli.
"Kamu bilang tadi sepertinya kamu nggak asing dengan wajah pria itu,, sepertinya kamu pernah bertemu dengan dia,, itu berarti kamu nggak asing berarti sama orang jahat?" ucap Dika.
"Isshhh nggak gitu juga maksud aku," ucap Serli.
"Yah terus gimana?" ucap Dika.
"Nggak tau lah,, kamu nggak bakalan mengerti karena kamu nggak merasakan apa yang aku rasakan," ucap Serli.
"Ya ampun Serli gaya bicara kamu,," ucap Dika seakan tidak percaya begitu mendengar ucapan Serli.
"Emang benar kali yang aku katakan,, aku tuh nggak bisa menjelaskannya,, yang penting aku merasa nggak asing dengan pria itu," ucap Serli lagi.
"Hemm iya deh,, tapi kita kembali pada wanita yang bersama dengan dia tadi,, kenapa dia bisa seperti itu dan aku takut juga karena kamu ada masalah dengan dia,, jangan sampai kamu seperti wanita itu,," ucap Dika.
"Astaga Dika pikiran kamu jauh banget sih,, wanita itu sedang hamil tadi kenapa kamu langsung mikir begitu,," ucap Serli sambil menggelengkan kepalanya melihat Dika.
"Yah aku juga nggak tau kenapa bisa mikir seperti itu," ucap Dika sambil nyengir.
"Atau jangan-jangan wanita tadi istri dia?" ucap Dika lagi.
"Yah nggak tau juga,, hanya kalau memang benar itu istri dia berarti dia orang jahat dong kok bisa istrinya seperti itu," ucap Serli asal.
"Aku belum menikah," ucap Stevan tiba-tiba yang membuat Serli dan Dika terlonjak kaget.
##############
Mampir ke novelku yang lain juga yah judulnya...
- AKU BUKAN PELAKOR
- SEORANG PELAYAN
- CINTA PRESDIR TAMPAN
klu nggak nemu di pencarian,, tinggal klik fotoku aja,, semuanya novelku ada di profil
Makasih sebelumnya buat yang sudah baca🙏😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
fhira"vhiyol3t
lanjut thor.aku suka banget nih cerita,seru tentu nya
2021-05-22
0
Ilsa Suil
kmn ini kak...gk up"...
2021-03-04
0
Ilsa Suil
lanjut kak...ak da mampir nie...
2021-02-24
0