"Iya benar tuan,, dia adalah Dimas Chandrawinata," jawab Ira.
Begitu mendengar ucapan Ira,, Stevan langsung teringat dengan masa kecilnya bersama dengan Dimas.
Aku bukan saudara kamu jangan pernah mengganggap aku saudara kamu,, pokoknya kamu bukan saudara aku,, karena kamu hanyalah anak dari wanita malam,, bukan anak dari mama aku,, ucap Dimas sambil mendorong Stevan hingga dia terjatuh.
Sementara di waktu yang sama di dalam kamar hotel.
"Apa kamu pikir,,, seorang Dimas Chandrawinata akan menjadikan seorang wanita malam sebagai istri? pikiran kamu terlalu jauh,, kamu tidak pantas menjadi istri aku Sisil sangat tidak pantas,," ucap Dimas kepada Sisil sambil menarik keras rambut Sisil yang membuat Sisil langsung meringis kesakitan.
"Tapi aku hamil anak kamu Dimas,, aku hamil anak laki-laki,," ucap Sisil sambil mencoba melepaskan tarikan tangan Dimas pada rambutnya yang terasa sangat sakit.
"Anak aku?
"Laki-laki?" ucap Dimas lagi sambil mendorong tubuh Sisil ke tempat tidur.
Sisil lagi-lagi meringis kesakitan akibat dorongan Dimas yang lumayan kuat.
#########
Sementara Stevan segera masuk ke dalam Hotel tersebut.
Stevan berjalan masuk dan Dimas berjalan ke luar dari dalam kamar Hotel,,, dia terlihat biasa saja sambil berjalan santai.
Ketika Stevan masuk ke dalam lift untuk naik ke atas,,, sedangkan Dimas keluar dari lift sebelah lalu berjalan dengan santainya menuju ke mobilnya.
Stevan yang sudah sampai ke lantai paling atas hotel itu segera mencari Sisil.
"Sisil,," teriak Stevan dan berharap Sisil akan mendengarnya.
Karena terlalu panik Stevan tidak kepikiran lagi untuk mencari tau dulu nomor kamar Hotel Dimas,, dia hanya yakin bahwa Dimas pasti memilih kamar Hotel paling atas.
"Sisil," teriak Stevan lagi sambil melihat-lihat disekelilingnya.
"Sisil,," teriak Stevan lagi yang belum ada jawaban sama sekali.
Hingga tiba-tiba Stevan mendengar suara Sisil.
"Siapapun,, tolong saya,," teriak Sisil dari salah satu kamar Hotel.
"Sisil,," ucap Stevan lalu segera mencari asal suara itu.
"Tolong saya," teriak Sisil lagi sambil meringis kesakitan.
Begitu Stevan yakin asal suara Sisil dari dalam kamar hotel yang tidak terkunci itu,, Stevan dengan segera masuk ke dalam kamar Hotel itu dan benar saja disitu ada Sisil yang sedang terduduk di lantai meringis kesakitan dengan darah yang banyak di paha hingga betisnya.
Stevan terkejut melihat kondisi Sisil.
"Sisil,, kenapa bisa kamu seperti ini?" ucap Stevan panik sambil mendekati Sisil.
"Tuan,, tolong aku tuan,, ini sangat sakit tuan,," ucap Sisil sambil meringis kesakitan.
"Kamu akan baik-baik saja Sisil,," ucap Stevan lalu segera mengangkat tubuh Sisil dan membawanya keluar dari dalam kamar hotel itu,, menuju ke mobilnya.
Sementara diwaktu yang bersamaan Serli sedang belanja bersama temannya yaitu Dika.
"Perhatian,, selama beberapa menit akan ada penurunan harga pada makanan siap saji,,, khusus daging sapi,,"
Serli yang mendengar itu langsung berlari cepat ke tempat itu sambil mendorong troli belanjaan meninggalkan temannya yang sejak tadi menemani dia.
"Serli,, tunggu,,, Serli mau kemana kamu," teriak temannya sambil mengikuti Serli yang sedang berlari,, hingga tidak sengaja dia menabrak seseorang.
"Maaf pak,, maaf sekali lagi,, saya sedang mengejar teman saya pak,, maaf yah,," ucap Dika sambil membantu bapak itu berdiri.
"Iya tidak apa-apa nak,, lain kali lebih hati-hati lagi dan tidak usah lari-lari," ucap bapak itu yang tidak sengaja di tabrak oleh Dika.
"Iya pak maaf yah," ucap Dika merasa bersalah.
"Iya," ucap bapak itu lalu kembali melanjutkan jalannya dan Dika kembali menyusul Serli yang sudah berlari duluan.
"Maaf tapi saya yang mengambil duluan," ucap Serli sambil tersenyum kepada ibu-ibu yang hendak mengambil daging ayam itu,,, yang tersisa satu saja yang mendapatkan potongan harga.
Ibu-ibu itu hanya tersenyum lalu segera pergi ke tempat lain,, karena memang Serli duluan yang mengambilnya.
"Terima kasih tante," ucap Serli lagi.
"Iya," ucap ibu-ibu itu lalu kembali melanjutkan jalannya.
"Jadi Serli kamu berlari hanya karena daging ayam ini?" tanya Dika begitu sudah sampai ke tempat Serli sedang berdiri.
"Iya Dika dan saya mendapatkan daging ayam yang terakhir,, untung saja kan tadi aku cepat nggak nungguin kamu, aku hampir kehilangan daging ayam ini,," ucap Serli sambil melihat Dika.
"Serli kamu berlari seperti tadi hanya untuk daging ayam?" tanya Dika seakan tidak percaya.
"Jika kamu ingin memakan daging ayam,, tinggal beritahu aku nanti aku belikan,, daripada harus berlari-lari seperti tadi," ucap Dika lagi.
"Hei,, kamu benar-benar tidak mengerti,, di toko lain menjualnya dengan harga penuh sementara disini hanya setengah harga saja,,, makanya aku seperti tadi karena bisa lebih hemat,, aku nggak mau menyusahkan kamu tau,," ucap Serli.
"Astaga aku nggak mungkin kesusahan kalau hanya untuk membelikan kamu daging ayam," ucap Dika.
"Terima kasih Dika,, tapi aku senang kok dapat potongan harga begini,," ucap Serli lalu segera berjalan lagi diikuti dengan Dika yang hanya menggelengkan kepalanya.
Dia terkadang bingung dengan wanita.
Rumah Serli.
"Hah ini lagi,,, ini lagi,," ucap ibu tiri Serli sambil melihat belanjaan Serli.
Serli yang sedang mencuci tangannya hanya menggelengkan kepalanya begitu mendengar ucapan ibu tirinya,, lalu segera berjalan ke tempat ibu tirinya.
"Lihat ini,, ayah kamu menginginkan ayam dan kamu membelikan dia,, sedangkan aku menginginkan lobster kamu tidak belikan,," omel ibu tiri Serli.
"Beli daging setiap hari,, seharusnya jangan membeli daging terus Serli," omel ibu tiri Serli lagi.
"Ma,,, aku ingin membelikan yang mama inginkan tapi harganya mahal,, aku tadi membeli daging itu dengan potongan harga juga ma,, kita kan harus hemat ma,," ucap Serli.
"Oh sekarang kamu sudah mulai hitung-hitungan sama aku mentang-mentang aku dan ayahmu meminta uang sama kamu,,, iya Serli?" ucap ibu tiri Serli lagi.
"Ma,,, aku tidak pernah berpikiran sampai kesitu,, aku hanya berhemat saja ma,, supaya cukup semuanya sampai aku gajian lagi,, karena selain biaya untuk keseharian kan masih ada ayah yang perlu uang ma,, untuk biaya pengobatannya ayah,," ucap Serli.
"Mama tau kan Alzheimer ayah tidak bisa disembuhkan," ucap Serli lagi.
"Iya tau," ucap ibu tiri Serli.
Sementara diwaktu yang sama ayah Serli sedang menyiram bunga-bunganya,,, dan tidak sengaja dia menyentuh vas bunga yang tergantung mengakibatkan vas itu jatuh mengenai kepalanya dan berdarah.
Ayah Serli berteriak meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.
"Paman,, paman,, paman kenapa?" ucap Dika sambil berjalan ke dekat ayah Serli,,, dia tidak sengaja mendengar ayah Serli sedang teriak kesakitan begitu dia ingin menemui Serli.
"Astaga kepala paman berdarah," ucap Dika panik.
"Vas itu tadi jatuh,, dan tidak sengaja mengenai kepala ku," ucap ayah Serli sambil terus memegangi kepalanya yang berdarah.
"Ayo paman ikut aku kita harus beritahu Serli dan membawa paman ke rumah sakit,," ucap Dika sambil membawa ayah Serli masuk ke dalam rumah.
"Serli,, Serli,," teriak Dika panik.
Hah itu suara Dika,,, batin Serli.
Lalu segera berjalan menemui Dika yang sedang teriak.
"Ada apa...Di,,,, Hah ayahku kenapa Dika?" tanya Serli yang ikutan panik juga.
"Vas bunga tadi jatuh dan tidak sengaja mengenai kepala paman,," ucap Dika.
"Ayo kita bawa paman ke rumah sakit," ucap Dika lagi.
"Ayo,," ucap Serli.
"Hei,,, Serli mau kemana kamu,, aku belum selesai memarahi kamu,," teriak ibu tiri Serli yang tidak dihiraukan lagi oleh Serli karena panik melihat kepala ayahnya berdarah.
Di lampu merah...
Sisil terus meringis kesakitan di kursi belakang mobil Stevan.
"Jalur ini belok kiri kenapa mobil itu tidak belok," umpat Stevan di dalam mobilnya, karena dia benar-benar sedang terburu-buru,, tapi mobil itu malah berhenti tidak belok ke kiri.
Dia juga sudah membunyikan klakson mobilnya berulang kali tapi tidak di gubris.
"Tolong tuan,, ini sangat sakit,," ringis Sisil yang sudah terlihat lemah dan pucat.
Sementara mobil Serli berada di belakang mobil Stevan yang juga terus membunyikan klakson mobilnya karena mobil Stevan tidak jalan-jalan,,,, dia juga sedang terburu-buru untuk membawa ayahnya ke rumah sakit.
"Mobil itu kenapa tidak jalan-jalan sih,," ucap kesal Serli di dalam mobil.
"Tenanglah nak,, aku tidak kenapa-kenapa kok,," ucap ayah Serli.
"Bagaimana bisa ayah bilang tidak kenapa-kenapa,, kepala ayah itu sedang berdarah sekarang,, aku harus bicara dengan orang itu,," ucap Serli lalu segera keluar dari dalam mobil.
"Hei Serli mau kemana kamu," ucap Dika lalu memutuskan untuk keluar juga dari dalam mobil.
"Aku akan menyuruh orang itu untuk belok secepatnya," ucap Serli.
Disaat bersamaan Stevan juga keluar dari dalam mobilnya.
#############
Mampir ke novelku yang lain juga yah judulnya...
- AKU BUKAN PELAKOR
- SEORANG PELAYAN
- CINTA PRESDIR TAMPAN
klu nggak nemu di pencarian,, tinggal klik fotoku aja,, semuanya novelku ada di profil
Makasih sebelumnya buat yang sudah baca🙏😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
fhira"vhiyol3t
ok kayak nya makin seru nih cerita
2021-05-22
0
Dewifitriani
Makin menarik
2021-02-19
0
Nia Yusniah
ceritax menarik semoga makin banyak yg baca
2021-01-30
0