Sementara diwaktu yang sama Sisil sedang jalan menuju ke salah satu kamar Hotel tempat Dimas sedang bersama wanita penggoda lainnya.
Sisil yang sedang mencari nomor kamar Hotel Dimas dan Dimas yang sedang asik berciuman dengan wanita penggoda diwaktu yang sama.
Sisil terus berjalan sambil memegangi perutnya yang tampak membesar,, dia sedang hamil anak dari Dimas.
Sisil juga wanita malam yang pernah tidur dengan Dimas dan dia akhirnya mengandung anak dari Dimas.
Ketika Dimas sudah ingin bersenang-senang dengan wanita bayaran yang lain,, tiba-tiba pintu kamar Hotel Dimas di ketuk membuat Dimas benar-benar kesal.
"Apa-apaan ini? siapa yang berani mengganggu kesenangan aku?" ucap Dimas dengan kekesalannya.
"Jangan khawatir sayang,, aku akan melihat siapa yang datang lalu kita akan melanjutkannya lagi yang tertunda ini," ucap wanita itu sambil tersenyum lalu mengecup bibir Dimas.
Wanita itu segera memakai bajunya kembali sebelum pergi membuka pintu.
"Baiklah sayang," ucap Dimas lalu memakai celananya kembali tanpa memakai baju lagi,, dan kemudian dia segera baring di kasur,, membiarkan wanita itu pergi membuka pintu.
Wanita itu sedikit terkejut begitu membuka pintu dan melihat wanita lain yang sedang mengandung berdiri di depan pintu kamar Hotel.
"Ada apa kamu mengetuk pintu kamar Hotel pak Dimas?
"Kamu siapa?
"Kamu salah kamar yah?" tanya wanita itu sambil memperhatikan penampilan Sisil dan dia fokus pada perut besar Sisil yang sedang mengandung.
"Siapa itu?" tanya Dimas yang sedang rebahan santai di atas kasur.
Sisil yang mendengar suara Dimas langsung menerobos masuk ke dalam kamar dan wanita itu pun mengikuti Sisil masuk.
"Sisil,," ucap Dimas sambil terlonjak kaget.
Dimas langsung duduk begitu melihat Sisil.
Sisil melihat Dimas dengan penuh kemarahan. Dengan segera dia mengambil pistol dari dalam tasnya yang sudah dia persiapkan memang sebelum datang menemui Dimas,, Dimas dan wanita itu benar-benar terkejut begitu melihat Sisil sedang menodongkan senjata pada mereka berdua.
"Bisa-bisanya kamu melakukan ini pada aku Dimas?" ucap Sisil dengan penuh kemarahannya sambil terus menodongkan senjata pada wanita itu dan Dimas.
Dimas tampak panik.
"Apakah kamu tidak tau kalau dia pria aku?" ucap Sisil pada wanita itu yang sedang terduduk di kasur dengan ekspresi wajah ketakutan.
"Jika kamu tidak ingin mati,, sekarang juga kamu pergi dari sini,," ucap Sisil lagi kepada wanita itu.
"Baiklah,, aku akan pergi,, aku akan pergi," ucap wanita itu sambil mengambil tasnya lalu segera lari ke luar dari dalam kamar Hotel meninggalkan Dimas dan Sisil berdua.
"Sisil,," ucap Dimas.
"Dengarkan aku dulu,, tidak ada yang terjadi antara aku dan wanita itu,, kita belum melakukan apa-apa Sisil,, ini tidak seperti dengan apa yang kamu pikirkan sekarang Sisil," ucap Dimas sambil berusaha tenang menghadapi Sisil yang masih menodongkan pistol padanya.
"Sudahlah Dimas,, bisa-bisanya kamu melakukan ini pada aku,, kamu juga tidak akan tanggung jawab mengenai anak yang sedang aku kandung ini kan?" tanya Sisil pada Dimas.
"Aku akan tanggung jawab Sisil,, aku akan tanggung jawab," ucap Dimas cepat yang membuat kemarahan Sisil sedikit menurun.
"Tapi kamu harus tenang dulu,, oke,," ucap Dimas.
"Bukankah kamu sudah tau bahwa ibu aku sangat perduli dengan kehormatan dan reputasi dia di masyarakat?" ucap Dimas lagi.
"Ibumu tidak akan menerima anak ini karena aku bukan wanita baik-baik,, iyakan?" ucap Sisil lagi.
"Sisil,, ibuku.." ucapan Dimas terhenti karena Sisil sudah memotong ucapan Dimas lebih dulu.
"Aku tidak perduli Dimas,," teriak Sisil.
Di waktu yang bersamaan ada Stevan yang sedang menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi,, dia benar-benar khawatir kepada Sisil yang pergi menemui pria sendirian dan juga disaat dia sedang mengandung.
Stevan sangat ingin cepat sampai ke Hotel tempat Sisil berada.
"Baiklah Sisil,, ayo kita menikah,, aku akan tanggung jawab sekarang,," ucap Dimas yang langsung membuat Sisil merasa lega begitu mendengar ucapan Dimas,, tapi ada juga rasa kurang yakin di dalam hati Sisil,, dengan ucapan Dimas yang tiba-tiba langsung mau bertanggung jawab.
"Tapi pertama-tama lepaskan dulu pistol yang kamu pegang itu yah,," ucap Dimas sambil mendekati Sisil secara pelan-pelan.
"Berikan pistolnya pada aku,, lalu kita pergi menikah sekarang,," ucap Dimas lagi sambil terus mendekati Sisil dengan perlahan.
Sisil yang sedang bimbang antara mau percaya dan tidak kepada Dimas,, membuat Dimas mengambil kesempatan itu untuk mengambil pistol yang sedang di pegang Sisil.
Sisil benar-benar terkejut begitu pistol yang dipegangnya sudah diambil oleh Dimas.
Dimas lalu mendorong dengan keras Sisil ke lantai membuat Sisil langsung teriak kesakitan.
Dimas memberikan tamparan banyak kali di pipi Sisil membuat Sisil semakin teriak dan kesakitan.
"Dimas stop,, sakit Dimas," teriak Sisil.
"Berhenti ribut Sisil ini memang sangat menyakitkan tapi kamu sendiri yang mencari rasa sakit ini,, apa kamu pikir aku akan melawan ibuku hanya demi wanita seperti dirimu ini?" ucap Dimas sambil tersenyum mengejek.
"Dasar wanita bodoh,, dan juga berhenti merengek Sisil,," ucap Dimas.
Di waktu yang sama Stevan yang sedang menyetir memutuskan untuk menelepon Ira.
Ira dengan segera mengangkat panggilan telfon dari Stevan.
"Halo tuan,," ucap Ira dari balik telfon.
"Halo Ira,, apa kamu menelepon Sisil?" tanya Stevan yang panik.
"Iya tuan,," jawab Ira.
"Dia menjawabnya?" tanya Stevan lagi.
"Tidak sama sekali tuan,, aku menelepon dia sudah banyak kali tapi dia tidak mengangkat satu kali pun panggilan telfon dari aku," jawab Ira yang membuat Stevan semakin panik saja.
"Dia pasti sudah bersama pria itu,, apa yang harus kita lakukan,, aku benar-benar takut terjadi apa-apa pada Sisil tuan,," ucap Ira yang tak kalah paniknya.
"Tenang,, aku sedang dalam perjalanan menuju ke Hotel sekarang,," ucap Stevan yang berusaha tenang.
"Tolong bantu Sisil tuan,, dia pasti sekarang sedang merasa frustasi karena pria itu malah ke Hotel bersama wanita lain disaat dia sedang mengandung anak dari pria itu,, dan juga pria itu tidak mau tanggung jawab,," ucap Ira dari balik telfon.
"Apakah kamu tau siapa pria itu? supaya saya bisa tau cara menangani pria itu?" ucap Stevan.
"Saya ingat Sisil memberikan nama kontak di ponselnya baby Dimas,, dan Sisil juga pernah bilang nama pria itu Dimas," ucap Ira.
"Dia adalah putra dari seorang pengusaha real estate,, Bu Sinta," ucap Ira lagi.
Stevan terkejut begitu mendengar ucapan Ira.
"Nyonya Sinta Chandrawinata,," ucap Ira lagi lebih lengkap.
Stevan lebih terkejut lagi begitu mendengar nama lengkap Ibu Dimas. Dan akhirnya dia sampai di depan Hotel tempat Sisil pergi menemui Dimas seorang diri.
"Itu berarti bahwa,, pria yang ditemui Sisil sekarang adalah Dimas Chandrawinata?" tanya Stevan.
###############
Mampir ke novelku yang lain juga yah judulnya...
- AKU BUKAN PELAKOR
- SEORANG PELAYAN
- CINTA PRESDIR TAMPAN
klu nggak nemu di pencarian,, tinggal klik fotoku aja,, semuanya novelku ada di profil
Makasih sebelumnya buat yang sudah baca🙏😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
fhira"vhiyol3t
huffff sudah kuduga,pasti dimas saudara tirimu Evan.dan aku yakin setelah permasalahan antara sisil dan dimas,pasti Evan makin dendam dan benci terhadap keluarga ibu tirinya
2021-05-22
0
Aries_01
iyaa Dimas saudara tiri mu Evan
2021-01-28
0