Hari Minggu yang menyenangkan bagi Nara, Yumna, Husna, dan Zahra. Bagi mereka hari Minggu adalah hari kebebasan untuk beraktifitas tanpa harus memikirkan urusan pekerjaan yang sudah menyita waktu mereka. Biasanya waktu libur selalu dimanfaat mereka untuk mengikuti kajian mingguan yang diadakan setiap minggunya oleh pengurus masjid yang bekerja sama dengan berbagai komunitas di antaranya komunitas Ukhuwah Hijrah.
Agenda hari ini di mulai dari membagikan sarapan gratis kepada jamaah masjid sebelum mereka pulang ke rumah setelah selesai mendengarkan kuliah subuh. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan siang harinya yakni tausiah dari beberapa ustadz ternama.
"Bisa kamu bagikan bubur ini, Nara?" Tanya Husna pada Nara yang sedang melamun di sudut dinding. suara Husna sontak saja membuyarkan lamunan akibat rasa kantuk yang dialami Nara. Maklum saja kemarin seusai melakukan pemotretan dengan Dika, Nara langsung di antar Dika ke Masjid Al-Fallah Medan Timur, tempat acara ini dilaksanakan, jadi wajar saja akibatnya Nara tidak sempat untuk memejamkan matanya sejenak.
"Ke sana? ah nggak ah, banyak laki-laki di sana, aku malu, lagian aku ngantuk, mau memejamkan mataku sejenak sebelum akhirnya kita bersih-bersih untuk pesiapan sholat dhuha. " Jelas Nara.
"Tapi Nara, ini perintah dari Kaffa. Katanya bubur untuk jamaah laki-laki kurang, masih banyak jamaah laki-laki yang belum kebagian." Jelas Husna.
"Suruh saja Kaffa ke sini, dia ambil sendiri, atau panggil saja anggota yang lain kak Husna."
"Ah sudah ah, coba saja kalau diriku ini belum dipinang orang, sudah pasti aku akan sigap mengantarkan bubur ini ke Kaffa, kapan lagi coba ada cowok yang minta perempuan itu yang mengantar bubur ini ke dia biar bisa ketemu. hemm" Jelas Husna sembari matanya melirik ke arah Nara yang sengaja telinganya di tutup dengan tumpukan mukenah.
Husna pun pergi berlalu meninggalkan Nara yang sedang pura-pura tertidur di sudut dinding. Namun belum sempat mata terpejam Nara kembali dikejutkan dengan kedatangan Yumna dan Zahra, kemudian di susul Husna yang baru saja mengantar bubur untuk Kaffa.
"Nara, bangun, udah ah jangan pura-pura tidur gitu, nggak baik loh pagi-pagi udah nggak semangat gitu." Ucap Zahra.
"Habis ngapain emangnya kamu sama Dika Ra, kok lesu gitu wajah." Celetuk Yumna dengan polosnya.
"Astagfirullah, dasar Yumna mesum, kok jahat banget sih nuduhnya." Ujar Nara.
"Becanda Ra, lagian aku yakin kok Dika itu lelaki yang baik-baik."
"Sudahlah Yumna, berhenti godain Nara dengan Dika sahabat fotografernya itu, sekarang aku bawa info terbaru ini. Masya Allah banget ketua kita itu, sayangnya aku udah dipinang, karisma dan kesholehannya itu terpancar dari matanya saat ia menerima bubur dariku." Jelas Husna
"Siapa? Kak Kaffa?" Tanya Nara.
"Iya Ra, Kak Kaffa itu tipe suami idaman betullah, kamu yakin nggak kepincut sama dia Ra?Aku, Yumna, Zahra yang sudah punya calon pasangan aja masih sering khilaf kalau ketemu dia, nggak bisa jaga pandangan." Jelas Husna.
"Iya Ra, sampai kapan kamu mau menyendiri terus, kamu habiskan waktumu sama si Dika temen kamu itu, atau jangan-jangan kamu sama Dika..?" Belum sempat Yumna berbicara Nara sudah menyambarnya.
"Hussstt, Aku dan Dika itu hanya sahabatan. Aku pun nggak tahu kenapa aku jadi seperti ini, rasanya pengharapanku mengenai pasangan hidup sudah pupus seiring dengan bertambahnya usia. Berulang kali aku gagal dalam menjalin hubungan, bahkan aku sudah pernah gagal ta'aruf padahal kami sudah saling serius, belum lagi membahas lukanya hatiku karena tipuan mereka para ikhwan sholeh yang pada akhirnya hanya memberikan pengharapan tanpa ada kejelasan. Orang-orang seperti Kak Kaffa memang aku kagumi, tetapi aku yakin dia juga tipe yang sama seperti yang aku jelaskan di atas, dia akan pergi ketika kita meletakkan perasaan padanya. huppsss. entahlah, rasanya aku sudah mulai menikmati kesendirianku ini, mungkin aku sedang kena kutukan." Jelas Nara.
"Ha... kutukan?" suara mereka menyaut dengan kompak.
" Iya, kutukan dari doa-doa buruk yang diucapkan oleh wanita-wanita yang disakiti dan di abaikan perasaannya oleh Ayahku dulu, soalnya Ibuku bilang Ayahku dulu banyak yang mengagumi, tapi Ayahku hanya memberikan pengharapan palsu."
"Astagfirullah, dalam islam nggak ada itu yang namanya kutukan." Jelas Husna.
"Tapi doa-doa orang yang terzalimi akan dikabulkan bukan?" Sahut Nara kembali.
Husna pun hanya terdiam, dan Nara kembali memasang wajah sendunya.
"Aku baik-baik saja, aku bahagia jika kalian bahagia, doakan aku saja semoga yang dinanti akan datang." Jelas Nara sembari memeluk ketiga sahabatnya itu.
"Atau kamu mau aku jodohkan dengan pamannya calon suami aku, dia duda, kaya lagi, anaknya cuma satu masih imut, akan seru rasanya jika kamu nanti akan jadi bibiku Ra." celetuk Yumna dengan polosnya. Sontak saja sahabat-sahabat yang lain menyaut dengan kompak.
"Yumna......, duda lagi, duda lagi.," Sahut mereka sambil memepuk dahi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Megasrydevi Pasaribu
author nya orang medan kah😁😁😁
2021-04-04
0
Puti Andini
😁😁😁
2021-03-19
1
L_light
Sepertinya penggemar Ikatan Cinta😄
2021-02-17
1