Di Paviliun Rong...
"AHHHH!!! Siapa! Siapa yang berani melakukan itu dihadapanku??!!!" Putri Lan berteriak dengan sangat keras hingga seluruh paviliun bisa mendengarnya.
Bagaimana tidak, kepala dayangnya sudah menjadi onggokan mayat kering dengan banyak luka gores ditubuhnya. Hal ini terjadi karena ia memintanya untuk mengetes teh yang disediakan dapur istana untuknya.
Tiba-tiba di tengah teriakan histeris itu, seekor cacing yang ukurannya lumayan besar, kira-kira sebesar ibu jari, menggeliat keluar dari mulut si kepala pelayan.
Putri Lan hampir pingsan melihat cacing itu. Dia jelas-jelas menyuruh seseorang mengirimnya kepada Qiao Rong kemarin. Untungnya, firasatnya untuk mengetes teh itu benar.
"QIAO RONGGGG!!!"
*****
Qiao Rong sedang tertawa terbahak-bahak di taman Paviliun Yun. Dia baru saja mendengar reaksi Putri Lan dari cerita Li Junyan. Cukup membayangkan teriakan dan eskpresi Putri Lan saja telah membuatnya ingin meneteskan air mata. Apalagi, Li Junyan cukup ahli dalam meniru ekspresi.
Sudah hampir seminggu ia berada di tubuh Qiao Rong. Dalam seminggu ini, sudah cukup banyak aktivitas yang ia lakukan.
Tiba-tiba, Chu Yue bergegas datang dengan terburu-buru. Ia berkeringan dan kehabisan napas. "Yang Mulia! Kaisar memanggil anda! Oh dewa-dewi tidak pernah ada hal baik terjadi saat Kaisar memanggil anda.. saya-" Chu Yue terlihat sangat khawatir.
"Chu Yue. Tenang." Qiao Rong sudah memikirkan ini matang-matang. Pembalasannya hari ini atas cacing Gu itu tentunya tidak akan dilakukannya apabila dia tidak memiliki kesempatan untuk memenangkan kasus itu dihadapan Kaisar.
Putri Lan memang kuat. Tapi dia bodoh. Bertindak melalui emosi. Qiao Rong telah menganalisis kelemahan itu kemarin saat dia memikirkan tentang kejadian yang membuat nyawa Qiao Rong asli melayang. Dia tidak berpikir jauh. Nama keluarga kerajaan akan tercoreng begitu rakyat mengetahui bahwa ia membunuh adiknya. Apalagi hal itu dilakukan karena Kaisar memajukan tanggal pernikahan Qiao Rong dan Su Xiao.
Qiao Rong segera bergegas ke aula istana, tempat tahta Kaisar berada. Dia ditemani sekitar sepuluh dayang yang mengikutinya dengan berbaris rapi. Qiao Rong tidak lupa juga membawa hadiah yang telah disiapkannya.
"Hormat, Kaisar." Setelah sampai, seluruh dayang, kasim, sampai pejabat yang ada di aula istana bersujud. Tidak terkecuali Qiao Rong, dan Putri Lan yang ada disebelahnya.
Kaisar Qiao segera membubarkan pejabat istana dan para kasim.
"Hari ini ada kejadian besar di Paviliun Rong. Seorang kepala dayang mati mengenaskan karena meminum teh. Dari tubuhnya keluar seekor cacing Gu." Awal nada Kaisar memang tenang, namun lama-kelamaan ia tidak bisa menyembunyikan kemarahannya.
Kaisar menggebrak meja hingga banyak buku dan gulungan berjatuhan. "Siapa yang bertanggung jawab atas hal ini?!"
Putri Lan langsung bersujud, "Ayahanda! Qiao Rong pelakunya! Pasti dia! Pasti dia!".
Kaisar mengusap dahinya. "Mana buktinya, Qiao Lan?"
"Salah satu dayang Qiao Rong sudah mengakuinya Ayahanda! Katanya ia yang disuruh memasukkan cacing itu." Putri Lan terlihat gemetaran dan ingin menangis karena ketakutan. Heh, aktingnya sangat hebat, batin Qiao Rong.
Salah satu dayang yang ada di barisan Qiao Rong masuk ke dalam aula istana.
"Ampun Baginda! Saya diancam oleh Putri Qiao Rong untuk memasukkan cacing Gu itu karena keluarga saya!" Dayang itu bersujud dan pura-pura menangis.
"Pembelaanmu? Qiao Rong?" Kaisar menatap Qiao Rong dalam-dalam. Sebenarnya ia tidak mempercayai bahwa Qiao Rong berniat mencelakai Qiao Lan.
"Bolehkah saya bertanya kepada Saudari Lan, Ayahanda? Apa motif saya? Darimana saya mendapatkan cacing Gu itu?" Qiao Rong memiliki ketenangan yang aneh. Putri Lan mulai khawatir.
"Te-tentu saja kau iri padaku yang memenangkan kompetisi bulan lalu! Cacing Gu itu.. bisa kau dapatkan darimana saja bukan? Bagaimana aku bisa tahu?!" Putri Lan mulai gelisah. Sudah beberapa detik sejak tuduhan itu, namun raut wajah Qiao Rong belum berubah.
"Cacing Gu, hanya tumbuh dengan memakan biji buah plum. Anda bisa tanya seisi istana, paviliun mana yang memiliki pohon plum?" Qiao Rong tersenyum sinis kepada Putri Lan.
"A-ah.. itu.. pasti kau mencurinya dari Paviliun Rong!" Putri Lan mulai cemas, dia tidak bisa membantah lagi.
Kaisar akhirnya sadar mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Namun dia tidak tega menghukum putri kesayangannya. Belum lagi, jika ia mengukum Putri Lan, berita ini pasti akan tersebar ke seluruh ibu kota.
"Kalian ini saudari, tidak baik saling menyalahkan. Perkara ini, jadikanlah pelajaran. Hukum dayang itu tiga puluh pukulan." Mendengar Kaisar berkata begitu, Putri Lan tersenyum kembali tentulah Kaisar tidak tega menghukumnya. Apalagi hanya demi Qiao Rong yang tidak memiliki roh pelindung itu. Dua orang prajurit istana masuk dan menyeret dayang itu yang sedang berteriak meminta belas kasihan kepada Kaisar.
"Baik, A—" Tiba-tiba ucapan Putri Lan itu terpotong.
"Ayahanda, ijinkan saya mempersembahkan hadiah yang saya bawa pada hari ini." Qiao Rong mengeluarkan sulaman Li Junyan. Kepala Kasim Qi mengantarkan sulaman itu kepada Kaisar. Mata Kaisar tidak bisa berpaling dari sulaman itu. Sangat indah. Kepala kasim juga berpikir begitu.
"Bagus! Bagus! Keterampilan menyulam-mu sudah meningkat lagi, Qiao Rong. Qi Hu, hadiahkan Putri Rong sesuatu yang ada di gudang harta kerajaan. Biarkan dia memilihnya besok." Kaisar terlihat sangat senang. Belum lagi yang digambar adalah bunga lotus. Ia merasa Qiao Rong pantas mendapatkan sesuatu dari gudang harta kerajaan.
Putri Lan sedang berfokus menahan amarahnya. Ia menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan kedua tangannya. Qiao Rong! Tunggu saja!, batin Putri Lan sambil menatap Qiao Rong dengan sinis.
Qiao Rong membalas tatapan itu dengan senyuman. Besok setidaknya ia akan mendapatkan satu harta karun, namun Putri Lan malah harus menelan bulat-bulat rasa malu yang di dapatkannya hari ini.
Li Junyan diam-diam ikut keluar dan mengamati Putri Lan. Ia meledeknya dengan menjulurkan lidahnya ke arah Putri Lan, sayang sekali Putri Lan tidak bisa melihatnya.
Kaisar masih tertawa senang dengan kepala kasim sehingga melupakan kejadian sebenarnya. Akhirnya ia langsung menyuruh mereka kembali ke paviliun masing-masing.
Setelah memberi hormat kepada Kaisar, Putri Lan pergi dari aula istana dengan wajah masam, sementara Qiao Rong pergi dengan wajah gembira.
Saat melihat Qiao Rong keluar dengan wajah gembira, Chu Yue menghela napas lega. Ia tahu pasti putri yang dilayaninya itu telah menyelesaikan semuanya dengan kemenangan. Chu Yue pun ikut tersenyum selama perjalanan kembali ke Paviliun Yun tanpa menanyakan apapun pada Qiao Rong.
Sesampainya di Paviliun Yun, Qiao Rong malah bertemu dengan Selir Shu yang sedang berjalan mondar-mandir menunggunya. Selir Shu terlihat sangat khawatir. Melihat Qiao Rong yang kembali dengan wajah gembira, hati dan pikiran Selir Shu menjadi tenang.
Begitu Qiao Rong mendekat, Selir Shu tanpa ragu langsung memeluk putrinya itu.
"Oh! Puji dewa-dewi! Kau baik-baik saja!" Selir Shu lalu menatap Qiao Rong dengan mata berkaca-kaca.
Qiao Rong juga ikut terharu, menjadi yatim piatu di kehidupan sebelumnya, bagaimana ia tidak terharu melihat ibunya yang sekarang sangat menyayanginya seperti ini?
Mereka berbincang dan berbincang tentang apa yang dialami Qiao Rong barusan. Qiao Rong menceritakan semuanya dengan lengkap dan mendetail. Selir Shu sangat senang. Sepertinya putrinya telah menjadi dewasa, namun itu merupakan hal yang baik. Dengan begitu ia dapat menjadi tenang untuk sementara ini.
Setelah Selir Shu pergi, Qiao Rong kembali ke kamarnya. Chu Yue kembali menawarkan secangkir teh Pu'er, namun Qiao Rong menolak. Dia sudah muak dengan teh beberapa hari ini, apalagi dengan insiden cacing Gu itu.
Chu Yue dan Qiao Rong kembali membahas insiden itu. Chu Yue terus-terusan memuji-muji Qiao Rong. Seperti, betapa pintarnya rencana Qiao Rong yang memanfaatkan salah satu dayang Putri Lan yang sedang sakit agar Chu Yue bisa menyelinap masuk dan menyamar. Yang membawa teh itu dari dapur istana sebenarnya adalah kepala dayang Putri Lan sendiri, sementara Chu Yue hanya menyelipkan cacing Gu nya saja.
Saat hari sudah malam, Qiao Rong pun berbaring di atas kasurnya. Sungguh hari yang menyenangkan.
Sepertinya ia akan bermimpi indah malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-03-02
0
maestuti dewi saraswati
lanjutt thor
2021-04-24
0
EL CASANDRA
kaisarnya pilih kasih kalo gini mikirin reputasi mulu ya kan biar menegaskan kerakyat bahwa putra atau putri kaisar jg pantas dihukum kl salah bkn hanya rakyat atau sebagainya
2021-04-05
15