KESEDIHAN KELUARGA WIJAYA

Brugghhh....

Safa terjatuh tak berdaya di pangkuan ayah nya. Kesedihan yang teramat mendalam membuat gelap dunia Safa .Tak sanggup Safa membayangkan melalui hari tanpa orang terkasih yang selalu menyayangi dan memanjakannya.

"Safa hikkss...hikkkss."

Teriak Novi tak kuasa menahan tangis melihat ibu Retno yang sudah seperti ibu baginya terbaring kaku, di tambah melihat Safa sahabatnya rapuh dan pingsan menahan kesedihan.

Ronald membopong Safa ke kamarnya di ikuti dokter Dian yang mengerti akan tugasnya. Sementara Novi mengekor di belakang dengan air mata yang mengalir tiada henti.

"Non Safa baik baik saja tuan sebentar lagi juga sadar "

Dokter Dian menjelaskan keadaan Safa tanpa di minta.

Ronald tak menjawab perkataan Dokter Dian rasa kesalnya masih menyelimuti hati sanubari nya yang paling dalam.

"Nov kamu temani Safa ,om akan mengurus pemakaman istri saya."

Ucap Ronald dan berlalu pergi tanpa menunggu jawaban Novi.

Di kamar utama di penuhi dengan para bibi dan pak Bejo ayah nya Novi .

"Pak Bejo tolong urus pemakaman istri saya ."

Ronald bicara dengan wajah yang tak bisa di artikan.

"Baik tuan ."

Bejo pun bergegas keluar bersama para orang suruhan Ronald.

"Mah kau lihat Safa begitu terpukul kehilangan mu .Aku tak sanggup mah menjalani hari ku tanpa mu mah .Aku berusaha terlihat tegar di hadapan putri kita kenyataannya aku sendiri rapuh mah ."

Gumam Ronald dalam hati dengan pandangan lurus ke arah jenazah istrinya.

Sekuat apa pun seorang pria jika melihat orang yang dia cintai meninggalkan nya maka sisi kerapuhannya akan terlihat dunia nya akan terasa gelap ,hati akan terasa kosong ,bahkan akan ada air mata yang jatuh di setiap kenangan menghantui . Begitulah yang Ronald rasakan sekarang .

Sore hari pemakaman Retno telah selesai. Ronald berusaha menyembunyikan kesedihan nya . Di raihnya tumpukan bunga dan di tabur di atas pusaran sang istri .

"Mah tenang lah dalam tidur panjang mu ,aku akan menjaga putri kita dengan segenap jiwa raga ku mah . Bahagialah kau di sana mah kau tak lagi merasakan sakit sekarang."

Ungkap Ronald dalam hati dengan pandangan kosong menatap tempat peristirahatan terakhir sang istri .

"Mah Semoga mamah bahagia di surga sana ."

Ucap Safa dengan air mata mengalir memeluk pusaran sang ibu .

Ronald begitu hancur melihat kesedihan putri nya ,jika dirinya rapuh lalu siapa yang akan menguatkan putri nya ,di rangkul nya putri tercinta .

"Ayo sayang kita pulang ,kamu jangan sedih lagi masih ada ayah disini ."

"Sebentar lagi pah ,Safa masih kangen sama mamah ."

Jawab Safa dengan bersandar ke pundak sanga ayah.

"Safa hujan akan turun ,sebaiknya kita pulang."

Novi mengerti akan kesedihan Safa namun dia tak ingin melihat Safa selarut ini dalam kesedihan.

Darrr....darrrrr.

Suara petir menggelegar langit terlihat begitu mendung seolah ikut menangisi kesedihan keluarga Wijaya.

Mereka semua melangkah pergi meninggalkan pusaran Retno.

Hari hari yang akan Safa lalui pasti akan terasa asing . Tapi apalah daya ini kisah hidup yang sudah menjadi suratan takdir untuk Safa . Siap atau tidak tapi itulah kenyataan yang harus di hadapi .

Malam hari Safa hanya termenung dalam lamunannya .Belum juga lama sang ibu meninggalkan nya kerinduan sudah merasuki jiwanya . Setiap malam Retno selalu mlbersama Safa dan bercerita tentang hari yang Safa lalui di sekolah . Terkesan aneh bukan di usia Safa yang tak lagi anak - anak tapi Retno selalu memperlakukannya layak nya putri kecilnya.

"Mah Safa rindu sulit sekali untuk menggapai mu mah ."

Ucap Safa dengan air mata mengalir dengan pikiran yang berkelana menelusuri setiap hari yang di lalui bersama sang ibu .Lama Safa terhanyut dalam tangisnya membawanya ke alam mimpi.

Di kamar yang berbeda Ronald tengah memandang foto Retno.

"Sayang bagaimana harus aku lalui hari tanpa kamu .Lihat aku baru sehari kau tinggalkan aku merasakan ruang kosong dalam hati ku ."

Ucap Ronald dengan mencoba terlelap dengan memeluk foto Retno untuk mengobati sedikit rindu.

Pagi hari mentari bersinar menyinari bumi .Burung - burung bersiul dengan di temani hembusan angin .

Ronald masih malas beranjak dari tidurnya ,sangat malas rasanya untuk beranjak mengingat sang dewi hati telah tiada. Ronald menyemangati diri sendiri mengingat masih banyak karyawan yang menggantungkan hidup pada perusahannya.

"Safa sebaiknya jangan dulu sekolah aku sudah meminta ijin pada kepala sekolah . Sebaiknya aku temani jalan ke taman untuk menenangkan pikiran mu ."

Ucap Novi begitu melihat Safa yang tengah rapih dengan seragamnya.

"Terima kasih Nov kami memang sahabat ku yang paling baik dan pengertian."

Jawab Safa dengan memeluk Nov.

"Safa ayah mu sudah menunggu untuk sarapan. "

"Baiklah ,kamu sarapan bareng aku yah ."

"Tidak Safa aku akan sarapan bersama ayah ku .Ayo cepat pergi kasihan ayah mu menunggu lama . Ingat kamu jangan terlihat sedih kamu satu - satunya penyemangat yang ayah kamu miliki."

Ucap Novi panjang lebar* .

Safa hanya mengangguk dan tersenyum. Benar apa yang dikatakan Novi diri nya kini harus tumbuh jadi gadis dewasa yang kuat .

"Selamat pagi ayah ."

Cup...satu kecupan mendarat di pipi Ronald.

"Pagi juga sayang ,hari ini kamu di temani Novi kan ? ."

" Iya ayah ,apa aku boleh pergi keluar ayah ?"

Tanya Safa penuh ragu.

" Tentu sayang tapi dengan para pengawal .Ayah berangkat yah sayang."

Ronald pergi melangkah dengan tangan mengelus kepala Safa. Sebelum berangkat Ronald memberi peringatan kepada para pengawal yang akan mengikuti Safa agar hal yang tak di inginkan tidak terjadi.

Safa dan Novi pergi ke sebuah taman . Mereka menghabiskan waktu berdua dari makan ,bercerita ,dan saling bercanda. Sedikit mengurangi kesedihan yang melanda di hati Safa. Para pengawal mengawasi dari kejauhan.

"Hei Safa kita kan sudah dewasa ,kamu ingin tidak mempunyai kekasih?."

Tanya Novi. Di usia mereka yang sudah duduk di bangku SMA belum sama sekali pernah berpacaran.

"Haaa ...kau ini ,hei kau tau kita berdua cantik tentu banyak yang ingin jadi pacar kita ,tapi mereka tak banyak keberanian karena para pengawal selalu mengikuti kita dan siap melaporkan semua kegiatan kita pada ayah."

Jawab Safa dengan tertawa getir jika mengingat dirinya selalu di kekang dan Novi pun terlibat . Tidak ada yang berani mengusik Safa sehelai rambut pun.

"Lalu apa kita akan jadi jomblo sampe nenek hah? aku sih ogah ."

Novi tampak kesal karena dirinya ikut di kekang ,dengan siapa bergaul dan berteman diluar . Tapi dirinya berpikir kembali, kalau bukan keluarga Safa dan kebaikannya keluarga Wijaya Novi menepis jauh - jauh perasaan itu.

"Sudah lah biarkan semua mengalir apa ada nya ,sekarang ayo pulang sudah sore."

Jawab Safa dengan berdiri dan meneguk air mineral sampai tak tersisa setetes pun dan melemparnya ke sembarang arah.

"Aww...."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!