Pada suatu malam, beberapa hari setelah penyerangan desa Ardheim.
"Jadi kau tidak menemukannya?" ujar Kapten kepada pria di depannya.
"Ya, aku sudah mencari ke seluruh penjuru desa, aku sangat yakin kalau tidak ada jejaknya sama sekali" jawab pria tersebut.
"Hmm... Sepertinya kita harus berusaha lebih keras lagi. Tidak mudah menemukan tempat persinggahannya" ujar Kapten dengan kecewa.
"Bagaimana dengan anak itu?" lanjutnya.
"Sudah dua hari sejak dia datang kesini, tapi dia masih enggan memakan apapun" jawab pria tersebut.
"Huh... Dasar anak kecil. Tetap berikan dia makan. Besok aku akan menemuinya" ujar Kapten sambil memegang kepalanya.
"Baik, serahkan kepadaku" jawab pria itu dan pergi dari sana.
"Kemana kau pergi kali ini?" gumam kapten dalam hati.
Sementara itu keesokan harinya di tempat lain, Giro tampak lemah karena tidak makan selama dua hari. Dia menolak semua makanan yang disodorkan kepadanya. Walaupun sebenarnya dia tahu bahwa hal tersebut merupakan tindakan yang bodoh, tetapi sifat keras kepalanya menolak untuk menerima pemberian dari pembantai desanya.
Dua hari lalu Giro di bawa ke tempat ini setelah desanya di bakar tanpa bekas, dan seluruh penduduknya dibunuh dengan kejam. Entah mengapa, tetapi orang yang bertanggung jawab atas semua itu malah membawanya ke tempat ini dan bahkan memberikannya makanan. Dia menolak mentah-mentah semua makanan yang diberikan kepadanya.
Dia tidak tahu saat ini sedang berada dimana. Satu hal yang pasti, dia sedang berada di sarang Savager, kelompok pembunuh yang sering kali meresahkan desa-desa kecil seperti desanya dahulu. Kelompok ini sama sekali tidak memiliki belas kasihan, mereka membunuh dan menghancurkan suatu desa tanpa tersisa.
Dia disimpan di sebuah ruangan yang cukup luas. Tidak ada apapun disana selain tempat tidur, meja makan kecil, dan beberapa kursi yang sudah usang. Ia tidak yakin apakah ini adalah penjara atau bukan, tetapi sepertinya ruangan tersebut terlalu bagus untuk ukuran penjara.
Selama dua hari ini ia hanya terbaring di tempat tidurnya. Terkadang bayangan ibu dan adik-adiknya muncul di fikirannya, membuatnya lagi-lagi meneteskan air mata. Dia sangat menyesal, mengapa dia tak ikut dibunuh juga pada saat itu? Apa yang sebenarnya orang itu inginkan darinya? Dia dan keluarganya bukanlah orang yang spesial, mereka hanya keluarga kecil yang sehari-sehari membuat anyaman untuk dijual di kota.
Semakin dia memikirkannya, semakin sesak dadanya. Dia memandangi selendang adiknya. Saat dia dibawa pergi dari desanya, dia sempat mengambil selendang adiknya yang saat itu sedang dijemur didepan rumahnya. Mungkin, itulah satu-satunya barang yang paling berharga untuknya, barang yang bisa terus mengingatkannya akan kejadian hari itu.
Tiba-tiba dia mendengar langkah kaki dari luar menuju ke arah ruangannya.
Sreekkk.... Suara pintu terbuka.
Giro menoleh kearah pintu dan terkejut dengan sosok yang ia lihat. Sosok yang membuat darahnya mendidih. Sosok kapten dari kelompok yang menghancurkan desa dan membunuh keluarganya. Dia melompat dari tempat tidurnya dan berlari kearah Kapten.
"KAU..!!" teriaknya sambil mengepalkan tangannya dan mencoba untuk melompat kearah Kapten yang sedang memegang makanan di tangannya. Akal sehatnya benar-benar hilang kendali saat ini.
"Hoo... Itu berbahaya, makanan yang kubawa ini bisa tumpah jika tinjumu mengenainya" ucapnya sambil mengambil tangan Giro yang melayang kearahnya dan menahannya di udara.
Giro menggeliat mencoba melepaskan tangannya saat Kapten mengangkat tubuh Giro hanya menggunakan tangan kirinya.
"Tenanglah anak muda, sekarang belumlah saatnya kau melakukan hal yang tidak berguna seperti ini" ujar Kapten dan melemparkan Giro ke arah tempat tidur.
Giro pun tersungkur dan tubuhnya membentur tempat tidur. Tubuhnya terasa sangat sakit. Kapten hanya menggunakan tangan kirinya, tetapi dia bisa merasakan beberapa tulang belakangnya ada yang patah dan mulutnya mengeluarkan darah.
"Apa yang diinginkan orang ini?" gumam Giro sambil menatap Kapten yang berdiri gagah didepannya. Giro membasuh darah yang keluar dari bibirnya, dan mencoba duduk dengan waspada menghadapi Kapten.
"Kau sama sekali belum makan sedikit pun sejak kedatanganmu disini" ucap Kapten berjalan perlahan kearah meja makan.
"Apa menurutmu dengan perut kosong seperti itu bisa mengalahkanku?" lanjutnya sambil menyimpan makanan yang ia bawa diatas meja.
"Kau tahu siapa aku?" tanya Kapten, dia duduk di salah satu kursi yang ada disana.
Giro hanya diam, dia tidak memiliki banyak sisa tenaga setelah dilempar seperti itu. Dia hanya bisa menatap Kapten dengan tatapan yang tajam.
"Kau tau mengapa aku membawamu kemari?" ucap Kapten melihat tatapan Giro.
"Karena kau memiliki tatapan itu. Kau melihat desamu dihancurkan tanpa sisa, keluargamu dibantai, tetapi yang terpancar di matamu bukanlah keputus-asaan" lanjutnya.
"Harapan, kebencian, kemarahan, dan ambisi. Semuanya terpancar dari tatapanmu itu" Kapten melipatkan tangannya di dadanya.
"Tapi kau tahu, semua itu tidak ada artinya jika kau tidak memiliki kemampuan"
"Apa kau fikir dengan keadaanmu yang sekarang bisa membalaskan dendam keluargamu?"
"Jangan buat aku tertawa! Aku adalah Kapten Lazor, pemimpin dari kelompok Red Rock. Jangankan anak kecil sepertimu, satu batalion penuh pun tidak akan sanggup mengalahkanku"
Kapten berhenti sejenak. Suara semilir angin dari luar ruangan terdengar nyaring dibandingkan kesunyian diantara mereka berdua. Mereka saling tatap, dan Kapten pun melanjutkan omongannya.
"Sudah lama sejak terakhir kali aku menemukan seseorang yang bisa menandingiku"
"Dan orang tersebut adalah orang yang memiliki tatapan yang sama persis dengan tatapan yang kau miliki"
"Itulah kenapa aku membawamu kesini. Aku ingin melihat, apakah kau mampu merubah tatapanmu itu menjadi bahan bakar yang bisa membawamu naik ke puncak? Atau, kau akan termakan oleh tatapanmu sendiri?"
"Kau membenciku, kan?"
"Kau ingin membalaskan dendam keluargamu, kan?"
Lagi-lagi Kapten berhenti sejenak. Dia mengepalkan tangannya sebelum kembali melanjutkan omongannya.
"Kalau memang seperti itu, bangunlah! Jadilah lebih kuat dari sekarang"
"Berikan aku hiburan dengan kekuatanmu. Lawan aku kelak, bunuh aku!"
Kapten tersenyum.
"Tetapi tentu saja kau tidak akan bisa melakukannya jika kau bahkan tidak bisa bertahan hidup"
"Pilihan ada di tanganmu"
Kapten berdiri dari kursi yang ia duduki. Ia berjalan perlahan keluar ruangan. Tepat didepan pintu, dia berhenti.
"Aku harap kau tidak mengecewakanku, Nak" ujarnya sambil menutup pintu ruangan.
Tubuh Giro terasa panas. Amarahnya begitu memuncak, dadanya terasa sesak. Dia begitu membenci Kapten itu. Dia begitu ingin mencabik-cabik muka menjijikannya. Dia mengepalkan tangannya dan memukul lantai begitu keras hingga kulit tangannya terkelupas.
"Aku tidak boleh berakhir seperti ini" ujarnya mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Dia mencerna perkataan Kapten tadi. Kapten benar, Giro tidak akan bisa membalaskan dendam keluarganya jika ia tidak bisa bertahan hidup. Dia tidak peduli apa yang diinginkan Kapten itu. Tapi satu hal yang pasti, dia tidak akan menyerah begitu saja.
"Aku harus bisa bertahan hidup" ujarnya sambil mencoba beranjak dari duduknya.
Dia berjalan menuju meja makan, tertatih melawan rasa sakit di seluruh tubuhnya, dia tidak mengira rasanya akan sesakit itu hanya dengan satu lemparan dari Kapten.
Dia duduk di kursi didepan meja makan yang diatasnya sudah tersaji makanan yang dibawa oleh Kapten.
"Akan kubuat kau menyesal telah membiarkanku hidup!" Ujarnya sambil menyantap makanan tersebut sambil terisak, pilu yang ia rasa, kelak akan menjadi kekuatan yang berkali-kali lipat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
anggita
langkah pertama, first.step.
2021-04-04
0
👑Meylani Putri Putti
semangat up thor di tunggu ya feedback nya
2021-03-10
0
MysterYinYan
Mantap lah 👍
2021-02-16
0