Pemandangan didepan mata Giro bukanlah pemandangan yang pantas dilihat oleh anak seumurannya. Mayat penduduk desa ditumpuk layaknya sampah yang hendak dibakar. Entah apa tujuan orang-orang ini, yang pasti saat ini dia sedang berada dalam bahaya.
Walaupun Giro masih berumur 13 tahun, tapi ini bukan pertama kalinya dia menghadapi bahaya. Seringkali saat pergi ke hutan dia harus berhadapan dengan peristiwa yang sangat berbahaya hingga mengancam nyawanya. Dari tanah longsor hingga lari dari harimau maupun serigala.
Perlahan kemampuannya dalam memutuskan sesuatu semakin baik, karena dalam keadaan yang genting, satu keputusan yang salah dapat merenggut nyawanya. Dan sekarang, kemampuan bertahan hidupnya seolah diuji hingga batasnya.
"Dilihar dari keranjangmu, sepertinya kau baru pulang dari gunung?" tanya sang Kapten kepada Giro.
"Iya... Tiap hari aku pergi ke gunung untuk mengumpulkan kayu bakar" jawab Giro berusaha agar tetap terlihat tenang, walau matanya memancarkan amarah yang luar biasa.
"Mata itu... Aku pernah melihat tatapan seperti itu sebelumnya" gumam sang Kapten.
"Kau lihat luka di mataku ini? Ini adalah luka yang kudapat dari orang yang memiliki tatapan sepertimu" lanjutnya sambil memegang bekas luka yang menggores matanya, luka yang cukup besar hingga menutupi sebagian besar wajah kirinya.
"Apa kau takut kepadaku?" tanya Kapten sambil mengacungkan pedangnya kearah Giro.
"Aku takut kalau jawabanku akan mengecewakanmu" jawab Giro sambil terus mencoba waspada. Dia tahu jika orang di depannya itu bukanlah orang biasa. Salah menjawab, dan nyawanya yang jadi taruhan.
"Ohh... Sepertinya tatapanmu dibarengi dengan sedikit keberanian. Bagus sekali.." ucap Kapten sambil tersenyum sambil mendekatkan wajahnya kearah wajah Giro.
"Tapi kau tahu Nak, keberanian tanpa kemampuan hanyalah omong kosong" lanjutnya.
"Apa kau memiliki keluarga disini, Nak?" tanyanya dengan santai.
Tiba-tiba Giro teringat keluarganya. Apakah mereka berhasil selamat atau... Tidak, dia tidak ingin berfikiran seperti itu. Dia berharap ibu dan adik-adiknya berhasil melarikan diri sebelum semua penduduk desa ditangkap.
"Ya, aku punya seorang ibu dan dua orang adik" jawabnya perlahan, mencoba menyembunyikan ketegangannya. Giro mencoba melihat kearah tumpukkan mayat di depannya, berharap tidak menemukan ibu dan adik-adiknya diantara mayat-mayat tersebut.
"Sayang sekali. Sepertinya keluargamu berada disana. Kau mau mencarinya?" lanjut sang Kapten sambil menunjuk kumpulan mayat di belakangnya.
Giro pun segera berlari kesana. Dia melihat satu persatu mayat didepannya. Bau darah begitu segar di hidungnya. Tapi dia tidak peduli, dia hanya ingin keluarganya tidak berada disana.
Tangannya berhenti mencari ketika matanya melihat sebuah tubuh perempuan paruh baya yang memeluk erat dua orang anak kecil.
"Nova... Giru... Ibu..." ucap Giro lirih.
Kesedihannya tidak mampu terbendung lagi. Air matanya mengalir membasahi pipinya. Rasa sakit yang luar biasa menusuk jantungnya. Rasa sesak yang begitu menghabiskan nafasnya. Mengapa? Satu-satunya pertanyaan menggema dalam fikirannya.
Dia meraih tubuh mereka bertiga dengan tangan mungilnya.
"AAARRRRRGGGHHHHHH.....!!!!" teriak Giro yang tak mampu lagi menahan semuanya.
"Maafkan kakak, Nova, Giru... Kakak tidak ada di samping kalian saat kalian benar-benar membutuhkan kakak..." lirihnya sambil terisak.
Ia terisak, terus terisak. Dengan tangan gemetar dia menoleh ke belakang, linangan air matanya tidak bisa menutupi pancaran kemarahannya. Dia menatap sang Kapten tanpa rasa takut sedikitpun, seolah berkata "Kau akan membayar semua ini!".
"Hoo... Benar-benar tatapan yang mengerikan..." ujar sang Kapten tersenyum.
Dia berjalan perlahan ke arah Giro sambil menyandarkan pedang besar yang ia pegang di pundaknya. Tepat didepan Giro yang terus menatap matanya, dia berjongkok dan mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Giro.
"Tatapan seperti itu bukanlah tatapan yang dimiliki oleh orang yang putus asa dan takut" ujarnya sambil memegang dagu Giro dengan jarinya.
"Itu adalah tatapan yang penuh keberanian dan harga diri, tatapan dari singa yang terluka." lanjutnya.
"Apa kau membenciku?" tanya Kapten.
Yang ada difikiran Giro saat itu hanyalah kebencian. Melihat senyum yang terpajang di wajah sang Kapten benar-benar membuatnya muak. Ingin sekali ia mengambil pedang yang dibawa Kapten dan menebas lehernya. Tapi ia sadar, ia tidak memiliki sedikitpun kesempatan untuk melakukannya.
Orang didepannya itu bukanlah orang sembarangan. Dia memiliki tubuh yang besar dengan otot yang begitu kekar. Rambutnya panjang namun ditutupi oleh helm berbentuk kepala singa, atau mungkin itu adalah kepala singa sungguhan hasil buruannya. Dia memakai zirah besi yang sangat berkilau. Giro sama sekali tidak bisa melihat sedikitpun celah yang dimiliki olehnya.
Giro hanya bisa terdiam sambil terus menatap mata sang Kapten. Kepedihan yang ia rasa tidak serta merta membuatnya melakukan hal yang bodoh.
"Walaupun kau tak berkata apapun, tapi matamu sudah menjawab semua pertanyaanku" ujar sang Kapten.
"Bakar semua mayat! Kita pulang hari ini" teriak kapten kepada anak buahnya.
"Dan untuk anak ini..." lanjutnya.
"Aku tidak ingin meninggalkan satupun orang yang selamat. Tapi aku menyukai matamu itu, Nak." gumamnya sambil melihat kearah Giro.
"Bawa dia! Mungkin dia bisa berguna untuk kita." lanjutnya sambil beranjak dan pergi dari sana.
Giro pun diikat menggunakan rantai besi dan di lemparkan kedalam gerobak yang penuh dengan barang rampasan. Matanya kembali melihat mayat ibu dan kedua adiknya. Air mata kembali mengalir di pipinya. Rasa yang teramat sesak mengumpul di dadanya. Api perlahan melahap mayat mereka. Kepulan asap menjadi pertanda perpisahan mereka untuk selamanya.
"Maafkan aku Ibu, Nova, Giru..." ujarnya lirih.
"Aku berjanji, aku akan membalaskan dendam kalian dengan balasan yang tidak akan pernah mereka lupakan" lanjutnya sambil menutup matanya.
Janjinya hari itu menjadi janji yang akan menjadi titik balik kehidupannya. Kehidupan bahagia dan hangat bersama keluarganya sudah tidak ada lagi.
Gerobak yang ia tumpangi perlahan melaju, pergi menjauh dari desa yang selama ini ia tinggali. Selamat tinggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
anggita
like yg tertunda👌
2021-04-04
0
👑Meylani Putri Putti
like plus 5 bintang
2021-03-10
0
Ende Setiani
👍👍👍💖 karya the best
2021-03-05
1