Chapter 5

Happy Reading❣

...“Bukannya aku ingin menentang takdir Tuhan, tapi aku akan terus berdoa agar kita berjodoh di masa depan.”...

...~Natasya Quiella Natapraja~...

Sinar matahari pun telah datang kembali menyambut dunia yang penuh drama ini. Membuka lembaran baru untuk hari ini dan menutup lembaran hari kemarin. Tasya mulai mengerjapkan matanya beberapa kali. Menyesuaikan cahaya yang ditangkap oleh retina matanya. Rasanya dia sangat malas untuk bangun. Namun, tiba-tiba wajah tampan Vino singgah dipikirannya.

“Ah, Arvino. Andaikan cinta gue terbalaskan, pasti gue bakalan masuk dalam kategori tujuh wanita paling bahagia di dunia. Kalau bukan sekarang, mungkin besok atau nanti. Tenang aja, kita pasti akan bersatu,” gumam Tasya sambil merentangkan tangannya dan tersenyum manis, jangan lupakan posisinya yang masih berbaring di atas ranjang.

Tasya bangkit dari tidurnya, mengambil handuknya di lemari lalu berjalan menuju kamar mandi. Setengah jam kemudian, Tasya telah siap dengan seragam SMA Pelita Bangsa khas sekolahnya. Dia lantas turun ke lantai bawah, menghampiri kedua orang tuanya yang sudah menunggunya di meja makan.

“Pagi, Ayah, Bunda!” sapa Tasya tersenyum manis lalu duduk di bangku meja makan, tepat di depan bundanya.

“Abang mana, Dek?” tanya Rafa.

Tasya menoleh ke arah ayahnya.

“Masih tidur kali, Yah. Katanya hari ini nggak sekolah, lagi ada urusan.”

“Abangmu itu ada urusan mulu, ya? Dua hari yang lalu udah nggak sekolah, sekarang malah nggak sekolah lagi. Bilang aja kalau malas sekolah!” hardik Tera, kepalanya menggeleng, dia cukup heran dengan kelakuan anak sulungnya yang sering absen sekolah itu.

Tasya hanya mengangkat bahunya acuh lalu meraih roti tawar dan mengolesinya dengan selai coklat kesukaannya.

Setelah itu, tak ada percakapan yang mereka lontarkan, mereka tampak khusyuk dengan makanan mereka masing-masing.

“Tasya berangkat dulu, Yah, Bun.” Tasya bangkit dari duduknya setelah menyelesaikan sarapan rotinya.

“Enggak sarapan dulu, Dek?” tanya Tera.

“Tadi bukannya udah, Bun?”

“Sarapan nasi maksud Bunda,” jawab Rafa.

Tasya menggeleng.

“Enggak deh, nanti aja di sekolah bareng sama Arin. Ya udah, Tasya berangkat, assalamualaikum.” Gadis itu mencium punggung tangan ayah dan bundanya, lantas melenggang pergi keluar pintu.

“Berangkat sama siapa kamu, Sya?” tanya Tera, sedikit berteriak karena sudah berjarak beberapa meter dengan Tasya.

Tasya menoleh ke belakang menghadap bundanya.

“Sama Bang Gilang, Bun.” Dia kembali melanjutkan langkahnya.

Tin-tin-tin!

Tepat saat dia menginjakkan kakinya di depan pintu utama, Gilang sudah datang dengan mobil sport hitam miliknya. Tasya pun menghampiri Gilang dengan sedikit berlari.

Gilang turun dari mobilnya. Dia dengan cepat memutari mobil, membukakan pintu untuk Tasya.

“Makasih, Bang.”

Gilang mengangguk sebagai jawaban lalu kembali ke kursi kemudi dan mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

“Udah sarapan, Sya?”

Tasya sejenak menghentikan aktivitasnya melihat keluar jendela, dia pun menoleh ke arah Gilang.

“Tadi cuma makan roti doang, Bang.”

“Mau sarapan bubur dulu, nggak?” tawar Gilang.

Tasya tampak menimang-nimang dengan telunjuk yang diletakkan di dagunya.

“Kebanyakan mikir, Abang tahu kamu nggak akan nolak kalo soal makanan.”

Tasya nyengir.

“Hehe, Bang Gilang mah tahu kebiasaan Tasya.”

“Iya dong, kita, kan kenal nggak sehari dua hari, tapi udah lama banget,” ucap Gilang lalu memutar setir mobilnya menuju ke penjual bubur langganannya.

Tak lama, di sinilah mereka berdua berada, di depan gerobak penjual bubur ayam. Tasya tampak mengetuk-ngetukkan jarinya di meja sambil menunggu pesanannya juga pesanan Gilang datang.

“Bang Gilang sering ke sini?” tanya Tasya.

“Iya, lumayan sering sih kalau waktunya mepet,” sahut Gilang.

Tasya hanya mengangguk-angguk paham. Tak lama kemudian pesanan mereka telah datang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka telah tiba di parkiran khusus siswa di SMA Pelita Bangsa. Gilang dan Tasya turun dari mobil, kemudian berjalan beriringan di koridor. Tampak banyak pasang mata yang melirik ke arah mereka. Mereka semua memang sudah tahu bahwa Tasya dan Gilang sudah sahabatan sejak lama, jadi sering bersama. Namun, tetap saja terdengar suara netizen yang tak suka dengan kedekatan keduanya.

“Tasya masuk duluan ya, Bang,” ucap Tasya saat mereka berdua sudah berada di depan kelas Tasya.

Gilang mengangguk.

“Kalau gitu Abang ke kelas dulu, ya, belajar yang pinter.” Pria itu lantas membalikkan badannya berjalan menuju kelasnya.

Sepeninggal Gilang, Tasya segera memasuki kelasnya. Kedua sahabatnya ini sudah hadir saja.

“Pagi, Tasya!” sapa Lala saat melihat Tasya duduk di bangkunya, yang berada di belakang Lala.

Tasya tersenyum.

“Pagi juga, Lala.”

“Lo kenapa coba suka sama Vino?” tanya Arin tiba-tiba setelah duduk di sebelah Tasya. Pertanyaannya itu jelas saja mengundang kerutan di dahi Tasya juga Lala.

“Lah, emangnya kenapa kalau Tasya suka sama Vino, kenapa coba Arin tiba-tiba marah, atau jangan-jangan Arin suka, ya sama Vino?” tuding Lala. Gadis polos itu memicingkan matanya sambil mengarahkan telunjuknya di depan wajah Arin.

“Dih.” Arin berdecih tak terima, enak saja Lala bilang kalau dirinya suka dengan laki-laki tak jelas seperti Vino. Lagi pula dirinya tak ada niatan menikung sahabat tercintanya, yaitu Tasya. “Ya kali gue suka sama modelan kayak gitu. Maksud gue bukan gitu, maksud gue tuh kenapa coba lo suka sama Vino. Kan yang perhatian sama lo Bang Gilang, bukan Vino,” lanjutnya, memperjelas.

Lala mengangguk dengan mulut membentuk huruf O.

“Ya, kan Lala cuma nebak.”

“Udah-udah, nggak boleh ribut, ini masih pagi juga kok. Gini ya, gue suka kok sama Bang Gilang ....” Belum sempat Tasya melanjutkan kalimatnya, sudah terpotong saja oleh pekikan Arin.

“Apa? Lo jadi cewek jangan kemaruk gitu dong, Sya, semua cowok diembat. Lo nggak boleh gitu, kena karma nanti lo,” potong Arin sambil menggelengkan kepala dan berdecak pelan.

“Haih, apaan sih lo? Makanya kalo orang lagi cerita jangan dipotong dulu,” ucap Tasya kesal.

Lala mengangguk setuju dengan ucapan Tasya.

“Bener tuh kata Tasya, Arin sih kebiasaan.”

“Hehe, oke lanjut-lanjut,” ujar Arin menggaruk belakang kepalanya.

“Oke, gue emang suka sama Bang Gilang, tapi itu dulu ....”

“Ngomong kek dari tadi.” Arin kembali memotong ucapan Tasya.

“ARIN!” tegur Lala dan Tasya bersamaan.

“Iya-iya, oke lanjut.” Arin cengengesan sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

“Gue suka sama Bang Gilang sebelum gue ketemu sama Vino. Kayaknya terakhir gue suka sama Bang Gilang waktu SMP deh.” Tasya tampak mengingat-ingat. “Iya kok SMP, tepatnya waktu lulus SMP sih,” lanjutnya.

“Kok kita nggak pernah tahu sih?” tanya Arin yang diangguki oleh Lala.

“Iya, karena gue mencintai dia secara diam-diam. Tanpa seorang pun tahu, karena gue rasa semua itu bakalan percuma kalo Bang Gilangnya nggak suka juga sama gue,” ucap Tasya.

“Tapi kayaknya, Bang Gilang suka deh sama Tasya. Bang Gilangkan perhatian banget sama Tasya,” tutur Lala.

“Ya, karena gue yakin Bang Gilang cuma menganggap gue kayak adiknya sendiri,” ucap Tasya.

“Sumpah, lo SMP udah kenal cinta-cintaan aja lo, ya, Sya? Kalau gue mah, jangan kan SMP, SMA aja gue kagak dibolehin pacaran sama abang gue. Katanya pacaran itu nggak baik, bikin sakit hati doang,” kilah Arin mengingat pesan abang sepupunya.

“Benar juga sih ya, tapi kalau menurut gue nih, ya, hidup bakalan hampa tanpa cinta. Seperti lagunya Roma Irama hidup tanpa cinta bagai taman tak berguna,” ucap Tasya, menyanyikan potongan lirik dari lagu Roma Irama.

“Ck, suara lo udah jelek, kagak usah nyanyi lagi, bisa pecah gendang telinga gue lama-lama.” Arin menutup kedua telinganya.

“Udah terlambat, Arin, Tasya udah nyanyi dari satu menit yang lalu. Terus Arin baru nutup telinga sekarang.” Lala menurunkan tangan Arin yang masih menempel di telinganya sendiri.

“Iya, ya, kok gue mendadak bego sih.”

Tasya menepak kepala Arin yang duduk di sampingnya.

“Lo emang bego dari lahir kali, Rin.”

To be continue ....

Terpopuler

Comments

Peri Cantik

Peri Cantik

kok jdi spam smngt ya

2021-03-09

2

Peri Cantik

Peri Cantik

semangat kakak, yuhuu

2021-03-09

1

Peri Cantik

Peri Cantik

semangat kakak

2021-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!