Fatimah Azzahra!
Ayah dan ibuku memberi nama itu karna mereka berharap aku akan tumbuh menjadi wanita tegar dan penyayang.
Sejak berusia lima tahun aku tinggal bersama nenek Alma, ibu angkat dari ayahku. Nenek Alma sangat menyayangiku, akupun sangat menyayanginya.
Lima tahun yang lalu suami nenek Alma, kakek Alfa tiada karna terjebak ketika akan mendaki kegunung Butak.
Gunung Butak memiliki ketinggian 2.868 MDPL. Gunung Butak sendiri memiliki dua jalur, yakni jalur Panderman dan jalur Blitar. Jalurnya cukup berat dan melelahkan. Kakek Alfa sendiri sangat suka tantangan, sejak masih muda beliau selalu melakukan pendakian keberbagai gunung yang berbeda di indonesia.
Namun kali ini berbeda, berkali-kali nenek Alma meminta pada kakek Alfa agar tidak pergi mendaki kegunung, beliau tetap ngeyel sampai akhirnya beliau wafat karna kedinginan dan kurangnya bekal.
Sejak kakek Alfa tiada, nenek Alma seperti mayat hidup. Beliau makan, minum, bahkan sampai membuang kotorannya pun di atas ranjang.
Wa wassainal-insana biwalidaih, hamalat-hu ummuhu wahnan 'ala wahniw wa fisaluhu fi 'amaini anisykur li wa liwalidaik, ilayyal-masir.
dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyampihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada Aku kembalimu.
Seumur hidupku, aku akan selalu berbakti pada nenek Alma. Bagiku beliau adalah Pahlawan tanpa tanda jasa dalam kehidupan hitam putih ku, tidak akan ada warna tanpa kehadirannya.
Kali ini beliau menghilang seperti asap tanpa jejak, aku berlari keseluruh penjuru kota Surabaya hanya untuk menemukan keberadaannya. Aku berlari sambil membawa fotonya, bertanya kepada semua orang yang ku temui, sambil berharap ada yang melihat nenek Alma.
Aku semakin sedih karna tidak ada yang tahu keberadaan wanita separuh baya itu.
Hikkk.hikk.hikk.
Aku mulai menangis sesegukan. Apa yang akan terjadi pada hidupku jika orang yang selama ini menjadi penopang ku tidak lagi bersamaku. Bayangan-bayangan buruk seolah menari di pelupuk mataku, aku semakin ketakutan.
"Berpikirlah Fatimah, berpikirlah!" Aku mencoba mengingat semua tempat yang bisa di kunjungi nenek Alma. Tidak ada petunjuk yang bisa ku temukan selain mengarah kegunung Butak.
Ndok. Tadi malam nenek mu ini mimpi bertemu dengan kakekmu, dia terlihat tampan dengan pakaian putihnya. Ia bahkan menggunakan surban putih yang nenek belikan terakhir kali untuknya, wajahnya terlihat tampan. Nenek takut kakek mu akan melupakan nenek karna dia muda sementara nenek sangat tua.
"Ia, itu benar. Nenek Alma pasti kegunung Butak, lokasi terakhir kakek Alfa ketika beliau masih hidup." Lirih ku pelan sambil menghapus air mata dengan punggung tangan ku.
Ya Allah. Tidak ada orang yang bisa ku mintai tolong. Lirihku pelan. Aku tidak memiliki apapun yang bisa ku banggakan selain Iman di dada dan nenek Alma yang selalu mencintaiku tanpa syarat. Aku hanya bisa berharap semoga beliau baik-baik saja.
...***...
Gunung Butak dikenal dengan jalurnya yang landai namun panjang dengan pemandangan yang sangat indah. Terkadang kenyataan tidak sesuai harapan, hari itu kabutnya sangat tebal, dan jarak pandang hanya sepuluh meter.
Medan menanjak cukup tinggi dan keluar masuk hutan, daerah batu yang terkenal dingin di tambah lagi musim hujan.
Malam itu menjadi pengalaman buruk yang ku alami, medan menanjak cukup tinggi dan terasa makin berat di tengah gelap serta hujan gerimis.
"Nenek. Nenek. Nenek dimana?" Panggilku sambil berteriak. Aku yakin nenek Alma pasti ada di hutan ini. Setiap kali merindukan kakek Alfa, nenek Alma selalu mencari kesempatan untuk kabur dariku.
Aku berlari sambil menoleh kekanan dan kekiri, berharap nenek Alma ada di setiap sudut yang ku cari. Aku terkejut ketika seseorang menarik lenganku kasar dari arah belakang.
"Kamu siapa? Lepaskan tanganku ." Bentakku kasar. Dengan sekuat tenaga aku terus saja berontak, yang membuatku takut orang itu semakin kesal dan kasar. Ia mendorong tubuhku kasar, aku meringis kesakitan ketika tubuhku menghempas pohon besar yang lapuk di makan usia.
"Apa yang anda lakukan?" Ucapku berteriak lebih keras. Sepertinya hati dan pikirannya telah dirasuki Iblis terkutuk, sedetikpun tidak ada rasa belas kasihannya pada ku, padahal aku terus menerus memohon untuk di lepaskan.
"Kamu berani berteriak padaku? Sekarang lihat apa yang bisa ku lakukan padamu!" Ucap lelaki itu kasar sambil mendekatkan dirinya padaku.
Lelaki itu mengunci tubuhku dengan kedua lengan kekarnya, aku tetap berontak. Semakin aku berontak semakin ia menguatkan dekapannya. Aku terkejut ketika ia melempar penutup kepalaku kasar. Aku mulai berteriak sambil menangis sesegukan. Sekujur tubuhku bergetar karna ketakutan.
"Aku tidak perduli jika kamu menangis sampai air matamu kering. Kamu berani bermain dengan peria lain di belakangku, apa laki-laki itu melakukan ini padamu, hah?" Bentak lelaki itu kasar.
"Kamu menangis di hadapanku, sementara dengan peria laknat itu kamu tersenyum manis, hah? Teriak lelaki itu lagi lebih keras dan kasar.
Aku tidak bisa menandingi tenanganya. Aku kalah namun aku tidak pasrah begitu saja. Sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya, dan hal itu semakin membuatnya kesal.
Satu jam berlalu, aku masih menangis pilu.
Apa salah ku Tuhan sampai aku di perlakukan seburuk ini...? Aku tidak tahan dengan diriku sendiri, lalu bagaimana aku akan berani menghadapkan wajahku padamu? Aku kotor. Aku kotor. Teriakku dalam hati.
Aku merasa jijik pada diriku sendiri. Bagaimana aku bisa membalas Manusia berhati Iblis ini jika aku sendiri tidak bisa menggerakkan tubuh ku. Aku terlalu lemah walau hanya untuk sekedar memakinya.
Aaahhh! Lelaki itu berteriak membuatku semakin ketakutan padanya. Aku menangis tanpa mengeluarkan suara. Iblis tidak bisa berbuat baik, dan sekarang setelah lelaki itu menghancurkan harga diriku sehancur-hancurnya ia menyelimuti tubuh polosku dengan jas yang tadinya ia lempar kasar.
"A-P-A yaanng sudahhhh anda laakukannn kepadaku?" Ucapku dengan derai air mata kesedihan.
"Tidakkahhh andaaa takut kepada Allah?" Ucapku lagi dengan suara pelan yang nyaris tak terdengar.
Dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki, aku mulai membaca ayat suci.
Wa la taqrabuz-zina innahu kana fahisyah, wa sa'a sabila.
Dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (Qs. Al-Isra: 32).
Lelaki itu meninggalkanku sendiri tanpa menoleh kebelakang. Aku ingin memaki. Tapi siapa yang akan ku maki? Memaki Takdir? Aku tidak seberani itu untuk mempertanyakan Tuhanku!
Kitab Taurat di tulis sebelum nabi Adam AS diciptakan. Kitab Taurat 40 tahun lebih dulu di tulis sebelum nabi Adam di ciptakan. Di dalam Kitab Taurat terdapat pernyataan bahwa nabi Adam AS durhaka kepada Allah SWT hal itu sejalan dengan yang tertulis dalam Al-Quran:
Dan durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah dia. (Qs.Thaha:12).
Bagaimana aku bisa menyalahkan Takdir yang telah di tulis jauh sebelum Tuhanku menciptakanku?
Aku tahu ini berat. Sangat berat. Aku hanya bisa mohon agar diberikan kekuatan untuk menjalani sisa kehidupanku dengan kekuatan dan kesabaran.
Namun tetap saja Air mata kesedihan ini tidak bisa berhenti menetes, dan sekarang aku merasakan pusing dan mual di saat bersamaan. Pandanganku berkunang-kunang, semenit kemudian hanya kegelapan saja yang ada karna aku mulai hilang kesadaran.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Ana Hardi
Fatimah yg kuat ya,suatu hri nti Alan akan brtekuk lutut...💪💪💪🥺🥺
2022-01-03
1
putri caca
riyet di bacana 🙏
2021-08-07
0
Bu'e Kirana N Kenzie
Q belum paham cerita y
2021-05-14
0