Sudah selama satu minggu Mario mengikuti Bulan. Dia mencari tahu semua tentang gadis itu.
"Bagaimana?" tanya Bhara pada Mario.
"Nama gadis itu adalah Bulan. Selama seminggu ini tidak ada hal mencolok dari kegiatannya. Dia hanya kesekolah, setelah itu langsung pulang. Sepertinya dia gadis rumahan. Dia tidak pernah keluar dengan temannya atau mampir kemana mana saat pulang sekolah. Dia juga tidak pernah diantar pacarnya. Dan saat saya bertanya pada salah satu teman sekolahnya, mereka bilang Bulan tidak punya pacar."
"Kelas berapa dia?"
"Kelas 3, sebentar lagi dia lulus."
"Bagus, atur cara agar besok aku bisa bertemu dengannya," titah Bhara.
"Baik Tuan."
"Ya, sepertinya dia gadis yang sesuai dengan kriteriaku. Gadis innocent itu benar benar membuatku tertarik. Dia sangat tepat untuk dijadikan istri ke 3 ku. Aku harus bisa menikah dengannya," batin Bhara.
*****
Tin tin tin
Bulan menoleh saat merasa mobil disebelahnya terus membunyikan klakson. Mobil itu tiba tiba berhenti didepan Bulan.
Seorang pria berjas hitam keluar dari mobil mewah itu.
"Permisi Nona, Tuan saya ingin bertemu dengan anda." Mario berbicara kepada Bulan. Sesaat kemudian dia melihat seorang pria membuka kaca jendela mobilnya.
Pria itu adalah Bharata.
"Bisakah nona ikut kami sebentar?" Tanya Mario lagi.
"Maaf Tuan, tapi sepertinya anda salah orang. Saya sama sekali tidak mengenal tuan anda," jawab Bulan. Perasannya tiba tiba tidak enak. Dia tak mengenal pria itu, lalu kenapa dia ingin bertemu?
"Nama anda Bulan kan?"
"Darimana anda tahu?"Bulan terkejut mendengar pria didepannya mengetahui namanya. Dia semakin merasa takut.
"Saya bahkan juga tahu jika ibu anda bernama Arum. Alamat anda dan sekolah anda."
Bulan terbelalak kaget. Dia bingung kenapa pria ini mengetahui semua tentangnya.
"Jangan bingung seperti itu, kami bukan orang jahat. Yang didalam mobil itu adalah Tuan Bharata, majikan ibu anda."
Bulan bernafas lega mendengarnya. Tadinya dia pikir jika orang didepannya itu berniat jahat. Tapi setelah tahu jika dia majikan ibunya, Bulan sedikit lega.
"Maaf Tuan, ada keperluan apa ya beliau ingin bertemu dengan saya?"
"Bisakah ikut kami sebentar, ada yang ingin Tuan saya bicarakan dengan anda."
"Baiklah." Akhirnya Bulan menurut, bagaimanapun dia adalah majikan ibunya. Jadi Bulan merasa harus bersikap sopan padanya.
Mobil yang membawa Bulan dan Bhara berhenti didepan sebuah restoran mewah. Dia bertanya dalam hati, ada urusan apa majikan ibunya mengajaknya ke restoran mewah?
"Maaf Tuan, apa yang ingin anda bicarakan dengan saya?" Bulan sangat penasaran.
"Lebih baik kita makan dulu, kau baru pulang sekolah, kau pasti lapar."
"Baiklah." Bulan mengangguk.
Setelah makanan datang, mereka menyantapnya tanpa banyak bicara. Bhara terus menerus menatap ke arah Bulan, dan hal itu membuat Bulan merasa risih.
Bulan mengecek ponselnya. Dia berharap Satria mengirim dia pesan. Saat ini dia sangat merindukan Satria. Perbedaan waktu 12 jam membuat mereka jarang berkomunikasi.
"Apa kau suka makanannya?" tanya Bhara.
Bulan yang sibuk memikirkan Satria tak sadar jika Bhara berbicara padanya.
"Apa yang dipikirkan gadis ini, dia seperti tidak bisa fokus padaku. Biasanya wanita lain selalu mencari perhatianku. Tapi kenapa gadis ini malah sibuk dengan ponselnya." gumam Bhara dalam hati.
"Apa kau suka makanannya?" Bhara kembali bertanya.
"Eh, iya Tuan, makanannya enak." Jawab Bulan dengan sedikit gugup.
"Tidak usah tegang seperti itu, santai saja." Bhara mencoba mencairkan suasana.
Bulan berusaha tersenyum walaupun sebenarnya dia malas. Menurutnya lebih baik berada dikamar memikirkan Satria daripada makan bersama Bharata. Hal ini hanya membuang waktunya percuma.
"Apa kau sedang menunggu chat dari pacarmu? kulihat kau selalu saja memperhatikan ponselmu dari tadi?" tanya Bhara.
"Tidak Tuan, saya hanya melihat lihat baju di online shop." Bulan berbohong, sebenarnya dia memang menunggu chat dari Satria.
"Apa kau ingin beli baju, aku bisa mengajakmu ke butik yang terkenal untuk membeli baju," tawar Bhara.
"Tidak perlu Tuan, terimakasih."
"Kau bisa membeli apa saja yang kau mau, anggap saja hari ini aku sedang baik."
"Tidak Tuan, terimakasih." Bulan terus saja menolak. "Apa yang sebenarnya ingin anda bicarakan?" Bulan sudah tak sabar ingin tahu apa maksud majikan ibunya mengajaknya bertemu. Dia malas sekali ditempat ini, suasana begitu tidak nyaman baginya. Ditambah lagi tatapan mengintimidasi dari Bhara yang membuatnya risih.
"Sebentar lagi kamu luluskan?" tanya Bhara.
Bulan hanya menjawab pertanyaan Bhara dengan Anggukan. "Saya ingin memberimu beasiswa untuk melanjutkan kuliah. Kata ibumu kau sangat ingin kuliah."
"Terimakasih atas niat baik Tuan. Tapi saya sudah mendapat beasiswa dari tempat lain. Lebih baik anda berikan pada anak karyawan anda yang lainnya saja." tolak Bulan dengan sopan karena tak ingin membuat Bhara tersinggung.
"Lepaskan beasiswa itu, saya akan memberimu beasiswa sampai S3."
"Sekali lagi maaf Tuan, saya tidak bisa. Sepertinya tidak ada lagi yang harus kita bicarakan. Kalau begitu saya permisi dulu." Bulan beranjak dari duduknya lalu meninggalkan Bhara.
"Kenapa gadis ini selalu saja menolakku," batin Bhara.
"Tunggu." Bhara mengejar Bulan lalu menarik tangan gadis itu hingga jatuh dipelukan Bhara.
Bhara menatap kedua mata indah Bulan. Jantungnya berdegup kencang.
"Tolong jangan kurang ajar, lepaskan saya," Bulan berusaha lepas diri dari pelukan Bhara.
Bukannya melepaskan, Bhara malah mendekatkan wajahnya pada wajah Bulan. Dekat, dekat dan makin dekat hingga membuat keduanya saling merasakan hembusan nafas satu sama lain. Tubuh Bulan gemetaran mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Tolong jangan kurang ajar." Teriak Bulan tepat didepan wajah Bhara.
"Kurang ajar sekali kau, kau pikir kau siapa bicara seperti itu padaku. Aku bisa memecat ibumu sekarang juga kalau kau bicara kurang ajar padaku," ancam Bhara. Dia tak terima Bulan membentaknya.
"Memangnya apa salah saya dan ibu saya. Kenapa ibu saya mau dipecat? Saya hanya tidak suka jika anda memaksa memeluk saya. Saya tidak ada niatan untuk kurang ajar atau tidak sopan pada orang yang lebih tua. Justru anda yang tidak sopan dan kurang ajar pada saya." Bulan pergi meninggalkan Bhara yang tengah emosi.
"Shit, beraninya gadis itu menghinaku." Bhara mengepalkan tangannya lalu melampiaskan kemarahannya dengan memukul meja disebelahnya.
Melihat Bulan keluar dari restoran, Mario yang tadinya duduk di meja agak jauh, mendekat ke arah Bhara.
"Cepat atur pernikahanku dengan Bulan," titah Bhara.
Mario bingung dengan perintah Bhara. Dia melihat sendiri jika Bulan pergi dan seperti tak suka pada Bhara.
"Tapi.... bukankah... "
"Siapkan minggu ini juga." Bentak Bhara memotong kata kata Mario.
Mario menggaruk garuk kepalanya. Dia benar benar bingung dengan tugasnya kali ini.
"Apakah Bulan bersedia?" Mario ragu ragu bertanya tentang hal itu.
"Itu urusanmu."
"Maksudnya?" Mario membulatkan matanya.
"Kau yang harus mencari cara agar Bulan mau menikah denganku. Aku tak peduli cara apa yang akan kau lakukan. Bahkan jika kau menggunakan cara kotorpun, aku tak peduli. Yang penting dalam minggu ini aku harus menikah dengan Bulan."
Apapun yang dikatakan Bharata hukumnya adalah wajib untuk dipenuhi oleh Mario. Dia sungguh frustasi. Tugasnya kali ini sungguh diluar nalar. Kalau saja bukan karena gaji yang besar, ingin rasanya dia keluar dari pekerjaannya.
"Apa kau gila Tuan, bisa bisanya kau menyuruhku mengatur pernikahanmu dengan gadis yang tak mau menikah denganmu. Bahkan kau hanya memberiku waktu 1 minggu." Gerutu Mario dalam hati.
Bharata menjadi uring uringan akibat penolakan Bulan. Para karyawannya tidak luput dari palampiasan kemarahannya. Mario menjadi orang yang paling sering kena marah gara gara ini. Mario benar benar tidak tahan, dia terus memutar otak agar bisa membuat Bharata menikah dengan Bulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ibelmizzel
laki2 sinting.😡
2023-03-19
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-01-27
0
Juan Sastra
emang doyan bhara ,, orang ggak mau malah di paksa
2023-01-06
0