RAHASIA DIBALIK WAJAH INNOCENT
Siang itu, dibawah terik matahari yang sangat menyengat, seorang gadis berseragam putih abu berdiri didepan pagar rumah yang sangat besar. Gadis itu adalah Bulan Arandita rahayu, putri dari salah satu ART dirumah besar itu.
Bulan memandang takjub rumah dihadapanya itu. Bagimana tidak, rumah itu sangat besar, mungkin berpuluh puluh kali besarnya jika dibanding kontrakan 2 kamar yang dia tempati bersama ibunya.
"Ibu." Sapa Bulan saat melihat ibunya keluar dari gerbang besar itu.
Arum, wanita setengah baya itu tergopoh gopoh keluar setelah mendapat telepon dari Bulan. Dia tak ingin anaknya kepanasan terlalu lama diluar.
"Harusnya kamu tidak usah repot repot kesini, bukankah kamu harus sekolah?" tanya sang ibu.
"Bulan gak repot kok Bu. Lagipula Ibukan harus selalu minum obat darah tinggi. Bulan tidak mau karena lupa membawa ibu jadi tidak minum obat siang ini."
Begitulah hubungan mereka berdua. Ibu dan anak itu saling menyayangi. Bulan sudah tidak memiliki ayah, ayahnya meninggal karena kecelakaan 10 tahun yang lalu. Kerena itu ibunya harus bekerja sebagai ART untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
"Jam segini kamu kok sudah pulang sekolah Nak?" tanya sang ibu sambil merapikan rambut Bulan yang sedikit berantakan karena tersapu angin.
"Harusnya belum Bu, tapi kan Bulan udah selesai ujian akhir. Jadi sudah gak ada pelajaran lagi. Hari ini Bulan minta ijin pulang duluan." Bulan berusia 18 tahun, dia baru saja menyelesaikan ujian akhir di salah satu SMK di Jakarta.
Tin... tin....
Melihat mobil majikannya datang, penjaga langsung membuka lebar gerbang rumah mewah itu.
Pemilik mobil itu tak lain adalah Bharata, majikan ibunya Bulan. Bharata terus memperhatikan gadis berwajah innocent yang tengah mengobrol dengan asisten rumah tangganya.
"Siapa gadis itu?" tanya Bhara kepada asisten pribadinya yang kala itu sedang menyupirinya.
"Maaf Tuan, saya tidak tahu. Sepertinya kerabat dari pembantu yang sedang diluar itu." Jawab Mario sang asisten pribadi.
"Cari tahu tentang gadis itu secepatnya?" titah Bhara.
"Baik tuan."
Melihat majikannya pulang, Arum segera kembali ke dalam rumah.
"Siapa gadis tadi?" tanya Mario saat Arum baru masuk rumah.
"Putri saya Tuan." Jawab Arum sopan.
"Dia masih sekolah? siapa namanya?"
"Namanya Bulan, dia baru selesai ujian, sebentar lagi dia lulus SMA."
Arum tak menaruh curiga sedikitpun dengan pertanyaan Mario. Dia mengira pertanyaan itu masih dalam batas wajar.
Setelah mendapatkan informasi tentang itu, Mario segera melaporkan kepada Bhara.
Bhara menugaskan Mario untuk mencari tahu lebih detail tentang Bulan.
Bhara sudah memiliki 2 istri tapi belum memiliki anak. Istri pertamanya bernama Dilla yang berusia 39 tahun sama dengannya. Dilla divonis tidak bisa memiliki anak karena ada kerusakan pada rahimnya.
Dilla sudah 2 kali melakukan aborsi saat masih muda, hal itu membuatnya tidak bisa hamil lagi.
Dilla dan Bhara pacaran sejak kuliah. Orang tua Dilla tidak menyetujui hubungan mereka karena Bhara hanya anak angkat dati kluarga Prayoga.
Bhara tidak memiliki hak waris dari segala harta keluarga Prayoga. Semua warisan jatuh ke tangan adiknya yang merupakan putra kandung Prayoga.
Dilla pernah hamil 2 kali saat masih berpacaran dengan Bhara. Saat itu mereka masih muda, masih jauh keinginan untuk menikah dan punya anak. Ditambah lagi tidak ada restu dari orang tua Dilla.
Bhara dulunya adalah pecandu narkoba, sama dengan Dilla. Hidup mereka sangat hancur dimasa muda. Bhara pernah dipenjara gara gara kasus narkoba. Hingga dia diusir dari rumah. Sejak saat itu Bhara sangat membenci orang tua angkatnya.
Semua berubah saat adik Bhara meninggal karena kecelakaan. Prayoga meminta Bhara untuk kembali ke rumah dan mengelola perusahaan. Bhara yang memang butuh harta itu untuk mengambil hati orang tua Dilla tidak membuang kesempatan itu.
"Kamu sudah pulang Mas?" Sapa Dilla saat melihat suaminya masuk ke kamar. "Tumben kamu pulang siang hari ini?" Tanya Dilla sambil baranjak dari pembaringan lalu menghampiri suaminya.
"Aku sangat lelah." Jawab Bhara sambil mendudukkan tubuhnya disofa.
"Kau pasti kelelahan karena semalam tidak tidurkan? Kau selalu begitu jika dirumah Bia." Ucap Dilla dengan wajah cemberut.
"Hai.... kenapa wajahmu seperti itu?" kau sendiri yang menyuruhku menikah dengan Bia. Lalu kenapa kau cemburu sekarang?"
Bianca adalah istri ke 2 Bhara. Dia dulunya adalah sekretaris Bhara. Dilla yang ingin Bhara bahagia menyuruhnya menikah lagi agar memiliki keturunan. Tapi sudah hampir 3 tahun menikah dengan Bia, mereka belum juga memiliki keturunan.
"Aku tidak cemburu, hanya saja aku tidak suka kalau kau meninggalkan pekerjaan hanya gara gara terlalu lelah." kata Dilla sambil memijit bahu suaminya.
"Aku hanya bekerja keras agar segera memiliki anak. Kau tahukan, dokter bilang kesuburanku menurun akibat obat obatan terlarang, rokok dan miras yang selalu aku konsumsi dulu."
"Tapi kan kau sudah berhenti Mas. Kemungkinan kesuburanmu sudah kembali normal lagi."
Bukan hanya Dilla yang divonis tidak bisa hamil. Tapi Bhara juga memiliki riwayat sebagai pecandu narkoba dan miras serta rokok. Karenanya, kesuburannya menurun.
"Entahlah, tapi Bia belum juga hamil sampai sekarang. Mungkin ini hukuman untuk kita. Tuhan sudah 2 kali memberi kita kesempatan. Tapi kita malah menggugurkannya." Bhara sangat menyesal dengan kebodohannya saat masih muda dulu.
"Sudahlah Mas, jangan ungkit masalah itu lagi." Dilla benci sekali kalau masa lalunya diungkit. Sampai sekarang bahkan dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri yang telah dua kali membunuh janinnya.
"Aku setuju dengan idemu untuk menikah lagi." Ucap Bhara tiba tiba.
"Apa aku tidak salah dengar. Beberapa hari yang lalu kau mati matian menolak. Kenapa sekarang kau tiba tiba setuju?" Dilla merasa ada yang aneh. "Jangan jangan kau sedang jatuh cinta pada seseorang?" tebak Dilla.
"Entahlah."
"Ish." Dilla berdecak kesal sambil memukul bahu suaminya.
"Kenapa kau marah? bukankah kau yang menyuruhku menikah lagi karena Bia tak kunjung hamil?" Bhara menatap wajah cemberut Dilla.
"Aku tetap saja seorang istri. Aku pasti cemburu jika suamiku bilang mencintai wanita lain. Dan kau terlihat bahagia. Dasar puber kedua," maki Dilla.
"Hahaha." Bhara justru tertawa mendengar omelan istrinya. Baginya Dilla adalah partner hidup terbaiknya. Dilla ada untuknya saat sedih maupun senang. Masa lalu kelam mereka membuat mereka saling memahami satu sama lain. Bhara bahkan tidak pernah berniat menikah lagi walaupun Dilla tidak memiliki anak. Tapi karena Dilla memaksa, akhirnya Bhara menikah untuk yang ke dua kalinya dengan Bianca.
"Ralat kata katamu barusan, aku tak pernah bilang mencintai. Aku hanya sedikit tertarik."
"Siapa wanita itu?" Dilla penasaran.
"Aku juga tidak tahu, aku hanya melihatnya sedang mengobrol dengan salah satu asisten rumah tangga kita didepan gerbang."
"ART yang mana?"
"Mana aku tahu, aku tak hafal ART dirumah ini."
"Apa gadis itu sangat cantik hingga kau tertarik saat baru melihatnya."
"Cantik, wajahnya innocent, aku suka yang seperti itu." Ucap Bhara sambil mengingat ingat lagi wajah gadis yang dilihatnya barusan.
"Sakitnya hatiku." Dilla memegang dadanya. "Kau sangat keterlaluan, bisa bisanya memuji wanita lain didepanku?" Dilla melotot ke arah Bhara.
"Nanti aku panggilkan dokter jika hatimu sakit. Biar dioperasi dan diganti dengan hati yang baru." Bhara hanya menanggapi Dilla dengan candaan.
"Keterlaluan sekali kau Mas." Dilla mencubit pinggang Bhara.
Seperti itulah Dilla, demi kebahagiaan suaminya, dia rela melakukan apapun. Bhara adalah laki laki berusia 39 tahun yang angkuh dan kejam. Tapi didepan Dilla, dia berubah menjadi pribadi yang hangat dan humoris. Ibarat kata, Dilla adalah pawangnya Bhara. Hanya Dilla satu satunya orang yang berani memerintah Bhara.
Bhara menganggap Dilla adalah sebagian dari hidupnya. Dilla adalah orang terpenting baginya. Walaupun dia menikah lagi, tidak ada yang sebaik Dilla dalam hal partner hidup.
"Apa perlu aku membantumu untuk mencari tahu siapa gadis itu?" tanya Dilla.
"Kau memang selalu bisa membaca pikiranku. Baru saja aku ingin meminta bantuanmu, tapi kau sudah menawarkan diri. Tapi aku sudah menyuruh Mario mencari tahu."
"Ternyata kau sudah melangkah lebih cepat dari dugaanku." Dilla menghela nafas berat. Sebenarnya hatinya sakit melihat Bhara tertarik dengan wanita lain selain dirinya. Tapi harus bagaimana lagi. Di bukan istri yang sempurna. Tak ada pilihan lain selain dimadu. Tapi sanyangnya, madunya yang bernama Bia tak kunjung hamil setelah 3 tahun menikah dengan Bhara. Hingga Dilla menyuruh Bhara untuk menikah lagi.
"Jangan seperti itu, kau segalanya bagiku. Jika kau melarangku menikah, aku tidak akan menikah lagi." Bhara menggenggam tangan Dilla lalu menciumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
🦩🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ ᖇ!ᖇ!ᗴ💖E𝆯⃟🚀
aq mampir kesni dlu
2024-04-07
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2023-09-27
0
💦 maknyak thegech 💦✔️
penasaran sama si Moon
2023-07-07
0