Sudah enam hari Mas Gino tidak pulang. Hari ini adalah hari ketujuh. Aku tidak menyangka pernikahanku seperti ini. Namun, yang membuatku heran, Mas Gino tidak lupa mentransfer biaya kebutuhanku sehari-hari. Selain tidak pulang ia juga tidak pernah memberikan kabar kecuali dari nomor baru. Aku mulai bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa dengan Mas Gino?
"Assalamualaikum". Sebuah suara yang tidak asing di telingaku.
Spontan aku langsung berlari ke ruang tamu.
"Waalaikumussalam. Mas Gino???" Aku terkejut melihat suamiku dihiasi senyumnya yang sumringah.
"Sayang, aku sangat rindu". Ujar Gino sambil membentangkan tangannya menyambutku agar menghamburkan diri ke pelukannya. Tanpa terasa air mataku menetes merasakan haru. Aku langsung memeluk suamiku erat seolah tak ingin melepaskannya lagi. Kami saling melepas rindu.
"Mas kemana aja? Aku benar-benar khawatir?" Tanyaku manja.
"Ntar Mas cerita ya, Sayang. Mas mandi dulu" ujarnya seraya melepas pakaian hendak membersihkan badan.
"Baik, Mas". Ujarku agak gugup disertai jantung berdebar. Tapi aku sadar bahwa pria yang di depanku ini sudah sah menjadi suamiku.
"Kenapa, Sayang? Kok melamun? Mas mandi dulu, ya. Nggak lama, kok!" Canda Mas Gino seolah tahu apa yang ada dalam pikiranku.
"Apaan sih, Mas.!" Ujarku tersipu malu.
Selang berapa menit Mas Gino sudah segar keluar dari kamar mandi. Sebelumnya aku sudah menyiapkan baju rumahan untuknya.
"Ini, Mas. Aku udah siapin baju." ujarku seraya menyodorkan baju ganti untuknya.
"Sayang, aku minta maaf, ya. Kamu harus melewati hari pernikahan tanpaku selama seminggu. Hari ini aku akan menebusnya. Kamu bisa minta apa saja, Mas akan penuhi." Ujar Gino.
Aku menyunggingkan senyum terbaik yang aku punya. Mas Gino menatapku lekat seolah tak ingin berpaling.
Dunia begitu indah setelah aku bertemu dengan Mas Gino. Ia telah melengkapi hidupku. Mencintaiku dengan tulus. Aku tahu ia adalah pria yang baik. Terkadang aku sering memperhatikannya ketika masih menjadi pasiennya. Waktu itu shalat zhuhur telah tiba, Mas Gino langsung ambil wudhu dan mengambil posisi sebagai muadzin di Mesjid Rumah Sakit. Suaranya sangat merdu. Hatiku begitu nyaman mendengarnya. Jarang ada laki-laki sibuk masih bisa menyempatkan diri untuk beribadah. Tapi laki-laki ini berbeda.
***********************
"Mas, bangun gih udah Ashar. Kita shalat berjamaah, yuk!" Ajakku sambil mengelus rambutnya.
Sambil mengusap mata ia melempar senyum termanisnya.
"Makasih ya, Sayang." Ujarnya sambil memegang pipiku.
"Makasih untuk apa?" Tanyaku kurang paham.
"Makasih udah hadir dalam hidupku." Ujarnya tersenyum simpul.
"Gombal, deh!" aku berkelit.
"Mungkin menurutmu agak gombal tapi itulah yang aku rasakan, Rania!" jelasnya.
"Okey, Mas mandi dulu, ya. Setelah itu kita shalat berjamaah. Mas ingin membawamu makan di luar." Tambahnya kemudian.
"Baik, Mas!"
***********************
Pov Gino
Aku tidak ingin merusak kebahagiaan ini dengan menjelaskan yang sebenarnya pada Rania. Belum puas rasanya merasakan kebahagiaan yang baru sebentar ini. kelak kalau sudah tiba waktunya aku akan menjelaskan semua kepadanya. Aku tidak ingin kehilangan Rania walau itu hanya satu menit lamanya.
Malam ini aku ingin membawanya ke suatu tempat dimana tempat itu akan menjadi kenangan terindah bagi kami berdua. Rania sangat senang aku ajak makan malam di luar. Ia memang perempuan yang baik, tulus dan manis. Tidak sulit buatku jatuh cinta padanya. Ia memiliki mata indah ketika menatapku. Rasanya jantung ini bertalu-talu seolah berpesta ria. Hanya dia perempuan yang bisa menggetarkan hatiku. Selain itu, ia juga Sholehah. Nggak neko-neko dan banyak tuntutan.
************************
Pov Rina
"Aku tidak bisa terima apa yang telah kamu lakukan padaku, pa. Tunggu saja aku nggak akan tinggal diam setelah kamu menghianatiku". Geram Rina.
"Halo, Segera laksanakan tugasmu. Aku tidak ingin ada kata gagal". Tegas Rina
"Aku mengira selama ini kamu udah membalas cintaku, Pa. Ternyata semua itu tidak lebih dari rasa hutang budimu pada ayahku. Tidak bisakah kamu mencintaiku seperti pasangan lainnya? Sesulit itukah untuk mencintaiku? Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik untukmu, Pa. Sakit rasanya mengetahui kamu mencintai perempuan lain". Rina sesenggukan sambil memandangi foto pernikahan mereka.
Rasa cinta di hatinya berubah jadi dendam. Ingin rasanya ia melenyapkan perempuan yang telah merebut hati suaminya.
" Perempuan itu harus merasakan apa yang aku rasakan. Tunggu saja, kamu tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya hidup tenang". Gigi Rina terdengar berbunyi gemeretak.
Flash back
Rina adalah perempuan cerdas. Sejak SMA ia sudah mengenal Gino dan jatuh cinta padanya. Rina mengutarakan cintanya terlebih dahulu. Gino adalah laki-laki hangat terhadap siapa pun. Gampang bergaul juga ramah. Banyak perempuan yang menyukainya karena selain cerdas ia rendah hati. Gino tidak langsung menerima cintanya Rina dengan alasan ingin fokus kuliah. Gino mengambil kuliah di Fakultas kedokteran. Begitu pun Rina mengambil Fakultas yang sama namun mengambil program spesialis yang berbeda. Gino mengambil spesialis Ilmu Penyakit Dalam sementara, Rina mengambil Spesialis Kesehatan Anak. Mereka masih tetap sering bertemu. Hingga suatu ketika, Gino mengalami krisis keuangan. Ia bekerja sambil kuliah. Tempat Gino bekerja terjadi kebakaran sehingga ratusan karyawan menjadi korban PHK, salah satunya Gino. Sementara, ia harus membayar uang kuliah yang tidak sedikit. Pada saat itu, Rina mengetahui kondisi Gino dan menawarkan bantuan untuk membiayai kuliahnya yang tinggal 2 tahun lagi. Sebab, ayah Rina sudah mengenal Gino sejak kecil. Ayah Gino dan ayah Rina bersahabat. Apalagi mereka pernah menjadi rekan bisnis semasa hidupnya ayah Gino. Namun, perusahaan ayah Gino gulung tikar. Suatu ketika ayah Gino mendapat tawaran kerjasama dengan salah satu koleganya. Ia sangat bersemangat dan mengajak ibu Gino ikut serta menemui koleganya tersebut. Namun, takdir berkata lain. Pada saat perjalanan menuju pulang ayah Gino mengalami kecelakaan dan tidak bisa diselamatkan lagi. Tidak ada yang tersisa. Akhirnya Gino diambil pamannya dan mengasuhnya seperti anak sendiri.
*********************
Gino tidak ada pilihan lagi selain menerima tawaran Rina untuk membantu biaya kuliahnya yang tinggal sebentar lagi. Hingga akhirnya mereka sama-sama menyelesaikan kuliah dan bekerja di rumah sakit yang berbeda. Pada saat itulah, Rina mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan Gino atas bantuan ayahnya. Sulit bagi Gino menolak permintaan orang yang telah berjasa dalam hidupnya. Sebab, pada saat itu, Gino sama sekali tidak pernah mencintai siapa pun. Apa salahnya ia membuka hati pada seorang perempuan yang akan menjadi istrinya? Hanya itu yang ada dipikiran Gino. Setelah menikahi Rina 10 tahun lamanya ia tidak menyadari ternyata rasa yang ada untuk Rina hanya sebatas sayang pada orang yang telah berjasa dalam hidupnya. Ia baru menyadari setelah bertemu dengan Rania, perempuan yang telah menggetarkan kalbunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Novianty Sugeng
10 thn membina rumah tangga tdk ada cinta sungguh aneh, kmu yg tdk mau membuka hati mu Gino .. huuufff
2021-06-28
0
Diah Ratna
g mau legowo kamu gin,g bersyukur sama apa yg telah Tuhan berikan.
buka hati untuk Rani,tutup untuk pelakor
2021-05-29
1
Awalludduin rambe
Puebinya mantapp
2021-02-18
2